tag:blogger.com,1999:blog-66164038428137602652024-03-08T10:46:26.298-08:00Educationini adalah sebuah Blog yang didalamnya memuat makalah-makalah tentang pendidikan dan juga pengetahuan tentang agama.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.comBlogger42125tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-7203925014658235422008-12-02T06:42:00.000-08:002008-12-02T06:45:07.790-08:00TASAWUFPENGERTIAN TASAWUF<br />Yaitu bersungguh-sungguh (dalam berbuat baik) dan meninggalkan sifat-sifat tercela (Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 7).<br />Aslinya Tasawuf (yaitu jalan tasawuf) adalah tekun beribadah, berhubungan langsung kepada ALLAH, menjauhi diri dari kemewahan dan hiasan duniawi, Zuhud (tidak suka) pada kelezatan, harta dan pangkat yang diburu banyak orang, dan menyendiri dari makhluk di dalam kholwat untuk beribadah (Lihat kitab Zhuhrul Islam IV-Halaman 151)<br /> Tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata hati bahkan rohnya dapat bersatu dengan Roh Tuhan. Filsafat yang menjadi dasar pendekatan diri itu adalah, pertama, Tuhan bersifat rohani, maka bagian yang dapat mendekatkan diri dengan Tuhan adalah roh, bukan jasadnya. Kedua, Tuhan adalah Maha Suci, maka yang dapat diterima Tuhan untuk mendekatiNya adalah roh yang suci. Tasawuf adalah ilmu yang membahas masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui penyucian rohnya. <br /> ASAL KATA SUFI <br /> Tidak mengherankan kalau kata sufi dan tasawuf dikaitkan dengan kata-kata Arab yang mengandung arti suci. Penulis-penulis banyak mengaitkannya dengan kata: <br /> 1. Safa dalam arti suci dan sufi adalah orang yang disucikan. Dan memang, kaum sufi banyak berusaha menyucikan diri mereka melalui banyak melaksanakan ibadat, terutama salat dan puasa. <br /> 2. Saf (baris). Yang dimaksud saf di sini ialah baris pertama dalam salat di mesjid. Saf pertama ditempati oleh orang-orang yang cepat datang ke mesjid dan banyak membaca ayat-ayat al-Qur'an dan berdzikir sebelum waktu salat datang. Orang-orang seperti ini adalah yang berusaha membersihkan diri dan dekat dengan Tuhan. <br /> 3. Ahl al-Suffah, yaitu para sahabat yang hijrah bersama Nabi ke Madinah dengan meninggalkan harta kekayaannya di Mekkah. Di Madinah mereka hidup sebagai orang miskin, tinggal di Mesjid Nabi dan tidur di atas bangku batu dengan memakai suffah, (pelana) sebagai bantal. Ahl al-Suffah, sungguhpun tak mempunyai apa-apa, berhati baik serta mulia dan tidak mementingkan dunia. Inilah pula sifat-sifat kaum sufi. <br /> 4. Sophos (bahasa Yunani yang masuk kedalam filsafat Islam) yang berarti hikmat, dan kaum sufi pula yang tahu hikmat. Pendapat ini memang banyak yang menolak, karena kata sophos telah masuk kedalam kata falsafat dalam bahasa Arab, dan ditulis dengan sin dan bukan dengan shad seperti yang terdapat dalam kata tasawuf. <br /> 5. Suf (kain wol). Dalam sejarah tasawuf, kalau seseorang ingin memasuki jalan tasawuf, ia meninggalkan pakaian mewah yang biasa dipakainya dan diganti dengan kain wol kasar yang ditenun secara sederhana dari bulu domba. Pakaian ini melambangkan kesederhanaan serta kemiskinan dan kejauhan dari dunia. <br /> Diantara semua pendapat itu, pendapat terakhir inilah yang banyak diterima sebagai asal kata sufi. Jadi, sufi adalah orang yang memakai wol kasar untuk menjauhkan diri dari dunia materi dan memusatkan perhatian pada alam rohani. Orang yang pertama memakai kata sufi kelihatannya Abu Hasyim al-Kufi di Irak (w.150 H). <br /> ASAL-USUL TASAWUF <br /> Karena tasawuf timbul dalam Islam sesudah umat Islam mempunyai kontak dengan agama Kristen, filsafat Yunani dan agama Hindu dan Buddha, muncullah anggapan bahwa aliran tasawuf lahir dalam Islam atas pengaruh dari luar. <br /> Ada yang mengatakan bahwa pengaruhnya datang dari rahib-rahib Kristen yang mengasingkan diri untuk beribadat dan mendekatkan diri kepada Tuhan di gurun pasir Arabia. Tempat mereka menjadi tujuan orang yang perlu bantuan di padang yang gersang. Di siang hari, kemah mereka menjadi tempat berteduh bagi orang yang kepanasan; dan di malam hari lampu mereka menjadi petunjuk jalan bagi musafir. Rahib-rahib itu berhati baik, dan pemurah dan suka menolong. Sufi juga mengasingkan diri dari dunia ramai, walaupun untuk sementara, berhati baik, pemurah dan suka menolong. <br /> Pengaruh filsafat Yunani dikatakan berasal dari pemikiran mistik Pythagoras. Dalam filsafatnya, roh manusia adalah suci dan berasal dari tempat suci, kemudian turun ke dunia materi dan masuk ke dalam tubuh manusia yang bernafsu. Roh yang pada mulanya suci itu menjadi tidak suci dan karena itu tidak dapat kembali ke tempatnya semula yang suci. Untuk itu ia harus menyucikan diri dengan memusatkan perhatian pada fllsafat serta ilmu pengetahuan dan melakukan beberapa pantangan. Filsafat sufi juga demikian. Roh yang masuk ke dalam janin di kandungan ibu berasal dari alam rohani yang suci, tapi kemudian dipengaruhi oleh hawa nafsu yang terdapat dalam tubuh manusia. Maka untuk dapat bertemu dengan Tuhan Yang Maha Suci, roh yang telah kotor itu dibersihkan dulu melalui ibadat yang banyak. <br /> Masih dari filsafat Yunani, pengaruh itu dikaitkan dengan filsafat emanasi Plotinus. Roh memancar dari diri Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tapi, sama dengan Pythagoras, dia berpendapat bahwa roh yang masuk ke dalam tubuh manusia juga kotor, dan tak dapat kembali ke Tuhan. Selama masih kotor, ia akan tetap tinggal di bumi berusaha membersihkan diri melalui reinkarnasi. Kalau sudah bersih, ia dapat mendekatkan diri dengan Tuhan sampai ke tingkat bersatu dengan Dia di bumi ini. <br /> Paham penyucian diri melalui reinkarnasi tak terdapat dalam ajaran tasawuf. Paham itu memang bertentangan dengan ajaran al-Qur'an bahwa roh, sesudah tubuh mati tidak akan kembali ke hidup serupa di bumi. Sesudah bercerai dengan tubuh, roh pergi ke alam barzah menunggu datangnya hari perhitungan. Tapi, konsep Plotinus tentang bersatunya roh dengan Tuhan di dunia ini, memang terdapat dalam tasawuf Islam. <br /> Dari agama Buddha, pengaruhnya dikatakan dari konsep Nirwana. Nirwana dapat dicapai dengan meninggalkan dunia, memasuki hidup kontemplasi dan menghancurkan diri. Ajaran menghancurkan diri untuk bersatu dengan Tuhan juga terdapat dalam Islam. Sedangkan pengaruh dari agama Hindu dikatakan datang dari ajaran bersatunya Atman dengan Brahman melalui kontemplasi dan menjauhi dunia materi. Dalam tasawuf terdapat pengalaman ittihad, yaitu persatuan roh manusia dengan roh Tuhan. <br /> Kita perlu mencatat, agama Hindu dan Buddha, filsafat Yunani dan agama Kristen datang lama sebelum Islam. Bahwa yang kemudian datang dipengaruhi oleh yang datang terdahulu adalah suatu kemungkinan. Tapi pendapat serupa ini memerlukan bukti-bukti historis. Dalam kaitan ini timbul pertanyaan: sekiranya ajaran-ajaran tersebut diatas tidak ada, tidakkah mungkin tasawuf timbul dari dalam diri Islam sendiri? <br /> Hakekat tasawuf kita adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia disebut al-Qur'an dan Hadits. Ayat 186 dari surat al-Baqarah mengatakan, "Jika hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku dekat dan mengabulkan seruan orang yang memanggil jika Aku dipanggil." <br /> Kaum sufi mengartikan do'a disini bukan berdo'a, tetapi berseru, agar Tuhan mengabulkan seruannya untuk melihat Tuhan dan berada dekat kepada-Nya. Dengan kata lain, ia berseru agar Tuhan membuka hijab dan menampakkan diri-Nya kepada yang berseru. Tentang dekatnya Tuhan, digambarkan oleh ayat berikut, "Timur dan Barat kepunyaan Tuhan, maka kemana saja kamu berpaling di situ ada wajah Tuhan" (QS. al-Baqarah 115). Ayat ini mengandung arti bahwa dimana saja Tuhan dapat dijumpai. Tuhan dekat dan sufi tak perlu pergi jauh, untuk menjumpainya. <br /> Ayat berikut menggambarkan lebih lanjut betapa dekatnya Tuhan dengan manusia, "Telah Kami ciptakan manusia dan Kami tahu apa yang dibisikkan dirinya kepadanya. Dan Kami lebih dekat dengan manusia daripada pembuluh darah yang ada di lehernya (QS. Qaf 16). Ayat ini menggambarkan Tuhan berada bukan diluar diri manusia, tetapi di dalam diri manusia sendiri. Karena itu hadis mengatakan, "Siapa yang mengetahui dirinya mengetahui Tuhannya." <br /> Untuk mencari Tuhan, sufi tak perlu pergi jauh; cukup ia masuk kedalam dirinya dan Tuhan yang dicarinya akan ia jumpai dalam dirinya sendiri. Dalam konteks inilah ayat berikut dipahami kaum sufi, "Bukanlah kamu yang membunuh mereka, tapi Allah-lah yang membunuh dan bukanlah engkau yang melontarkan ketika engkau lontarkan (pasir) tapi Allah-lah yang melontarkannya (QS. al-Anfal 17). <br /> Disini, sufi melihat persatuan manusia dengan Tuhan. Perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan. Bahwa Tuhan dekat bukan hanya kepada manusia, tapi juga kepada makhluk lain sebagaimana dijelaskan hadis berikut, "Pada mulanya Aku adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Maka Kuciptakan makhluk, dan melalui mereka Aku-pun dikenal." <br /> Disini terdapat paham bahwa Tuhan dan makhluk bersatu, dan bukan manusia saja yang bersatu dengan Tuhan. Kalau ayat-ayat diatas mengandung arti ittihad, persatuan manusia dengan Tuhan, hadits terakhir ini mengandung konsep wahdat al-wujud, kesatuan wujud makhluk dengan Tuhan. <br /> Demikianlah ayat-ayat al-Qur'an dan Hadits Nabi menggambarkan betapa dekatnya Tuhan kepada manusia dan juga kepada makhluk-Nya yang lain. Gambaran serupa ini tidak memerlukan pengaruh dari luar agar seorang muslim dapat merasakan kedekatan Tuhan itu. Dengan khusuk dan banyak beribadat ia akan merasakan kedekatan Tuhan, lalu melihat Tuhan dengan mata hatinya dan akhirnya mengalami persatuan rohnya dengan roh Tuhan; dan inilah hakikat tasawuf. <br /> JALAN PENDEKATAN DIRI KEPADA TUHAN <br /> Jalan yang ditempuh seseorang untuk sampai ke tingkat melihat Tuhan dengan mata hati dan akhirnya bersatu dengan Tuhan demikian panjang dan penuh duri. Bertahun-tahun orang harus menempuh jalan yang sulit itu. Karena itu hanya sedikit sekali orang yang bisa sampai puncak tujuan tasawuf. Jalan itu disebut tariqah (bahasa Arab), dan dari sinilah berasal kata tarekat dalam bahasa Indonesia. Jalan itu, yang intinya adalah penyucian diri, dibagi kaum sufi ke dalam stasion-stasion yang dalam bahasa Arab disebut maqamat -tempat seorang calon sufi menunggu sambil berusaha keras untuk membersihkan diri agar dapat melanjutkan perjalanan ke stasion berikutnya. Sebagaimana telah di sebut diatas penyucian diri diusahakan melalui ibadat, terutama puasa, shalat, membaca al-Qur'an dan dzikir. Maka, seorang calon sufi banyak melaksanakan ibadat. Tujuan semua ibadat dalam Islam ialah mendekatkan diri itu, terjadilah penyucian diri calon sufi secara berangsur. <br /> Jelas kiranya bahwa usaha penyucian diri, langkah pertama yang harus dilakukan seseorang adalah tobat dari dosa-dosanya. Karena itu, stasion pertama dalam tasawuf adalah tobat. Pada mulanya seorang calon sufi harus tobat dari dosa-dosa besar yang dilakukannya Kalau ia telah berhasil dalam hal ini, ia akan tobat dari dosa-dosa kecil, kemudian dari perbuatan makruh dan selanjutnya dari perbuatan syubhat. Tobat yang dimaksud adalah taubah nasuha, yaitu tobat yang membuat orangnya menyesal atas dosa-dosanya yang lampau dan betul-betul tidak berbuat dosa lagi walau sekecil apapun. Jelaslah bahwa usaha ini memakan waktu panjang. Untuk memantapkan tobatnya ia pindah ke stasion kedua, yaitu zuhud. Di stasion ini ia menjauhkan diri dari dunia materi dan dunia ramai. Ia mengasingkan diri ke tempat terpencil untuk beribadat, puasa, shalat, membaca al-Qur'an dan dzikir. Puasanya yang banyak membuat hawa nafsunya lemah, dan membuat ia tahan lapar dan dahaga. Ia makan dan minum hanya untuk mempertahankan kelanjutan hidup. Ia sedikit tidur dan banyak beribadat. Pakaiannyapun sederhana. Ia menjadi orang zahid dari dunia, orang yang tidak bisa lagi digoda oleh kesenangan dunia dan kelezatan materi. Yang dicarinya ialah kebahagiaan rohani, dan itu diperolehnya dalam berpuasa, melakukan shalat, membaca al-Qur'an dan berdzikir. <br /> Kalau kesenangan dunia dan kelezatan materi tak bisa menggodanya lagi, ia keluar dari pengasingannya masuk kembali ke dunianya semula. Ia terus banyak berpuasa, melakukan shalat, membaca al-Qur'an dan berdzikir. Ia juga akan selalu naik haji. Sampailah ia ke stasion wara'. Di stasion ini ia dijauhkan Tuhan dari perbuatan-perbuatan syubhat. Dalam literatur tasawuf disebut bahwa al-Muhasibi menolak makanan, karena di dalamnya terdapat syubhat. Bisyr al-Hafi tidak bisa mengulurkan tangan ke arah makanan yang berisi syubhat. <br /> Dari stasion wara', ia pindah ke stasion faqr. Di stasion ini ia menjalani hidup kefakiran. Kebutuhan hidupnya hanya sedikit dan ia tidak meminta kecuali hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban agamanya. Bahkan ia tidak meminta sungguhpun ia tidak punya. Ia tidak meminta tapi tidak menolak pemberian Tuhan. <br /> Setelah menjalani hidup kefakiran ia sampai ke stasion sabar. Ia sabar bukan hanya dalam menjalankan perintah-perintah Tuhan yang berat dan menjauhi larangan-larangan Tuhan yang penuh godaan, tetapi juga sabar dalam menerima percobaan-percobaan berat yang ditimpakan Tuhan kepadanya. Ia bukan hanya tidak meminta pertolongan dari Tuhan, bahkan ia tidak menunggu-nunggu datangnya pertolongan. Ia sabar menderita. <br /> Selanjutnya ia pindah ke stasion tawakkal. Ia menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada kehendak Tuhan. Ia tidak memikirkan hari esok; baginya cukup apa yang ada untuk hari ini. Bahkan, sungguhpun tak ada padanya, ia selamanya merasa tenteram. Kendatipun ada padanya, ia tidak mau makan, karena ada orang yang lebih berhajat pada makanan dari padanya. Ia bersikap seperti telah mati. <br /> Dari stasion tawakkal, ia meningkat ke stasion ridla. Dari stasion ini ia tidak menentang percobaan dari Tuhan bahkan ia menerima dengan senang hati. Ia tidak minta masuk surga dan dijauhkan dari neraka. Di dalam hatinya tidak ada perasaan benci, yang ada hanyalah perasaan senang. Ketika malapetaka turun, hatinya merasa senang dan di dalamnya bergelora rasa cinta kepada Tuhan. Di sini ia telah dekat sekali dengan Tuhan dan iapun sampai ke ambang pintu melihat Tuhan dengan hati nurani untuk selanjutnya bersatu dengan Tuhan. <br /> Karena stasion-stasion tersebut di atas baru merupakan tempat penyucian diri bagi orang yang memasuki jalan tasawuf, ia sebenarnya belumlah menjadi sufi, tapi baru menjadi zahid atau calon sufi. Ia menjadi sufi setelah sampai ke stasion berikutnya dan memperoleh pengalaman-pengalaman tasawuf. <br /> PENGALAMAN SUFI<br /> Di masa awal perjalanannya, calon sufi dalam hubungannya dengan Tuhan dipengaruhi rasa takut atas dosa-dosa yang dilakukannya. Rasa takut itu kemudian berubah menjadi rasa waswas apakah tobatnya diterima Tuhan sehingga ia dapat meneruskan perjalanannya mendekati Tuhan. Lambat laun ia rasakan bahwa Tuhan bukanlah zat yang suka murka, tapi zat yang sayang dan kasih kepada hamba-Nya. Rasa takut hilang dan timbullah sebagai gantinya rasa cinta kepada Tuhan. Pada stasion ridla, rasa cinta kepada Tuhan bergelora dalam hatinya. Maka ia pun sampai ke stasion mahabbah, cinta Ilahi. Sufi memberikan arti mahabbah sebagai berikut, pertama, memeluk kepatuhan kepada Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-Nya. Kedua, Menyerahkan seluruh diri kepada Yang Dikasihi. Ketiga, Mengosongkan hati dari segala-galanya, kecuali dari Diri Yang Dikasihi. <br /> Mencintai Tuhan tidaklah dilarang dalam Islam, bahkan dalam al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang menggambarkan cinta Tuhan kepada hamba dan cinta hamba kepada Tuhan. Ayat 54 dari surat al-Maidah, "Allah akan mendatangkan suatu umat yang dicintai-Nya dan orang yang mencintai-Nya." Selanjutnya ayat 30 dari surat 'Ali Imran menyebutkan, "Katakanlah, jika kamu cinta kepada Tuhan, maka turutlah Aku, dan Allah akan mencintai kamu." <br /> Hadits juga menggambarkan cinta itu, seperti yang berikut, "Senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku melalui ibadat sehingga Aku cinta kepadanya. Orang yang Ku-cintai, Aku menjadi pendengaran, penglihatan dan tangannya." <br /> Sufi yang masyhur dalam sejarah tasawuf dengan pengalaman cinta adalah seorang wanita bernama Rabi'ah al-'Adawiah (713-801 M) di Basrah. Cintanya yang dalam kepada Tuhan memalingkannya dari segala yang lain dari Tuhan. Dalam doanya, ia tidak meminta dijauhkan dari neraka dan pula tidak meminta dimasukkan ke surga. Yang ia pinta adalah dekat kepada Tuhan. Ia mengatakan, "Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut kepada neraka, bukan pula karena ingin masuk surga, tetapi aku mengabdi karena cintaku kepada-Nya." Ia bermunajat, "Tuhanku, jika kupuja Engkau karena takut kepada neraka, bakarlah mataku karena Engkau, janganlah sembunyikan keindahan-Mu yang kekal itu dari pandanganku." <br /> Sewaktu malam telah sunyi ia berkata, "Tuhanku, bintang di langit telah gemerlapan, mata-mata telah bertiduran, pintu-pintu istana telah dikunci, tiap pecinta telah berduaan dengan yang dicintainya, dan inilah aku berada di hadirat-Mu." Ketika fajar menyingsing ia dengan rasa cemas mengucapkan, "Tuhanku, malam telah berlalu dan siang segera akan menampakkan diri. Aku gelisah, apakah Engkau terima aku sehingga aku bahagia, ataukah Engkau tolak sehingga aku merasa sedih. Demi keMahakuasaan-Mu inilah yang akan kulakukan selama Engkau beri hajat kepadaku. Sekiranya Engkau usir aku dari depan pintuMu, aku tidak akan bergerak, karena cintaku kepada-Mu telah memenuhi hatiku." <br /> Pernah pula ia berkata, "Buah hatiku, hanya Engkaulah yang kukasihi. Beri ampunlah pembuat dosa yang datang ke hadiratMu, Engkau harapanku, kebahagiaan dari kesenanganku. Hatiku telah enggan mencintai selain Engkau." Begitu penuh hatinya dengan rasa cinta kepada Tuhan, sehingga ketika orang bertanya kepadanya, apakah ia benci kepada setan, ia menjawab, "Cintaku kepada Tuhan tidak meninggalkan ruang kosong di dalam hatiku untuk benci setan." <br /> Cinta tulus Rabi'ah al-'Adawiah kepada Tuhan, akhirnya dibalas Tuhan, dan ini tertera dari syairnya yang berikut: <br /> Kucintai Engkau dengan dua cinta, <br /> Cinta karena diriku dan cinta karena diri-Mu, <br /> Cinta karena diriku Membuat aku lupa <br /> yang lain dan senantiasa menyebut nama-Mu, <br /> Cinta kepada diri-Mu, <br /> Membuat aku melihat Engkau karena Engkau bukakan hijab, <br /> Tiada puji bagiku untuk ini dan itu, Bagi-Mu-lah puji dan untuk itu semua. <br /> Rabi'ah al-'Adawiah, telah sampai ke stasion sesudah mahabbah, yaitu ma'rifah. Ia telah melihat Tuhan dengan hati nuraninya. Ia telah sampai ke stasion yang menjadi idaman kaum sufi. Dengan kata lain, Rabi'ah al-'Adawiah telah benar-benar menjadi sufi. <br /> Pengalaman ma'rifah, ditonjolkan oleh Zunnun al-Misri (w.860 M). Ma'rifah adalah anugerah Tuhan kepada sufi yang dengan ikhlas dan sungguh-sungguh mencintai Tuhan. Karena cinta ikhlas dan suci itulah Tuhan mengungkapkan tabir dari pandangan sufi dan dengan terbukanya tabir itu sufi pun dapat menerima cahaya yang dipancarkan Tuhan dan sufi pun melihat keindahan-Nya yang abadi. Ketika Zunnun ditanya, bagaimana ia memperoleh ma'rifah, ia menjawab, "Aku melihat dan mengetahui Tuhan dengan Tuhan dan sekiranya tidak karena Tuhan aku tidak melihat dan tidak tahu Tuhan." <br /> Yang dimaksud Zunnun ialah bahwa ia memperoleh ma'rifah karena kemurahan hati Tuhan. Sekiranya Tuhan tidak membukakan tabir dari mata hatinya, ia tidak akan dapat melihat Tuhan. Sebagaimana disebut dalam literatur tasawuf, sufi berusaha keras mendekatkan diri dari bawah dan Tuhan menurunkan rahmat-Nya dari atas. Juga dikatakan bahwa ma'rifah datang ketika cinta sufi dari bawah dibalas Tuhan dari atas. <br /> Dalam hubungan dengan Tuhan, sufi memakai alat bukan akal yang berpusat di kepala, tapi qalb atau kalbu (jantung) yang berpusat di dada. Kalbu mempunyai tiga daya, pertama, daya untuk-mengetahui sifat-sifat Tuhan yang disebut qalb. Kedua, daya untuk mencintai Tuhan yang disebut ruh. Ketiga daya untuk melihat Tuhan yang disebut sirr. <br /> Sirr adalah daya terpeka dari kalbu dan daya ini keluar setelah sufi berhasil menyucikan jiwanya sesuci-sucinya. Dalam bahasa sufi, jiwa tak ubahnya sebagai kaca, yang kalau senantiasa dibersihkan dan digosok akan mempunyai daya tangkap yang besar. Demikian juga jiwa, makin lama ia disucikan dengan ibadat yang banyak, makin suci ia dan makin besar daya tangkapnya, sehingga akhirnya dapat menangkap daya cemerlang yang dipancarkan Tuhan. Ketika itu sufi pun bergemilang dalam cahaya Tuhan dan dapat melihat rahasia-rahasia Tuhan. Karena itu al-Ghazali mengartikan ma'rifat, "Melihat rahasia-rahasia Tuhan dan mengetahui peraturan-peraturan Tuhan tentang segala yang ada." <br /> Kata ma'rifat memang mengandung arti pengetahuan. Maka, ma'rifat dalam tasawuf berarti pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan melalui kalbu. Pengetahuan ini disebut ilm ladunni. Ma'rifah berbeda dengan 'ilm. 'Ilm ini diperoleh melalui akal. Dalam pendapat al-Ghazali, pengetahuan yang diperoleh melalui kalbu, yaitu ma'rifah, lebih benar dari pengetahuan yang diperoleh melalui akal, yaitu 'ilm. Sebelum menempuh jalan tasawuf al-Ghazali diserang penyakit syak. Tapi, menurut al-Ghazali, setelah mencapai ma'rifah, keyakinannya untuk memperoleh kebenaran ternyata melalui tasawuf, bukan filsafat. <br /> Lebih jauh mengenai ma'rifah dalam literatur tasawuf dijumpai ungkapan berikut, pertama, kalau mata yang terdapat di dalam hati sanubari manusia terbuka, mata kepalanya akan tertutup dan ketika itu yang dilihatnya hanya Allah. Kedua, ma'rifah adalah cermin. Kalau sufi melihat ke cermin itu yang akan dilihatnya hanyalah Allah. Ketiga, yang dilihat orang 'arif, baik sewaktu tidur maupun sewaktu bangun hanyalah Allah. Keempat, sekiranya ma'rifah mengambil bentuk materi, cahaya yang disinarkannya gelap. Semua orang yang memandangnya akan mati karena tak tahan melihat kecemerlangan dan keindahannya. <br /> Tetapi sufi yang dapat menangkap cahaya ma'rifah dengan mata hatinya akan dipenuhi kalbunya dengan rasa cinta yang mendalam kepada Tuhan. Tidak mengherankan kalau sufi merasa tidak puas dengan stasion ma'rifah saja. Ia ingin berada lebih dekat lagi dengan Tuhan. Ia ingin mengalami persatuan dengan Tuhan, yang di dalam istilah tasawuf disebut ittihad.<br />Pengalaman ittihad ini ditonjolkan oleh Abu Yazid antara lain Bustami (w. 874 M). Ucapan-ucapan yang ditinggalkannya menunjukkan bahwa untuk mencapai ittihad diperlukan usaha yang keras dan waktu yang lama. Seseorang pernah bertanya kepada Abu Yazid tentang perjuangannya untuk mencapai ittihad. Ia menjawab, "Tiga tahun," sedang umurnya waktu itu telah lebih dari tujuh puluh tahun. Ia ingin mengatakan bahwa dalam usia tujuh puluh tahunlah ia baru sampai ke stasion ittihad. <br /> Sebelum sampai ke ittihad, seorang sufi harus terlebih dahulu mengalami fana' dan baqa'. Yang dimaksud dengan fana' adalah hancur sedangkan baqa' berarti tinggal. Sesuatu didalam diri sufi akan fana atau hancur dan sesuatu yang lain akan baqa atau tinggal. Dalam literatur tasawuf disebutkan, orang yang fana dari kejahatan akan baqa (tinggal) ilmu dalam dirinya; orang yang fana dari maksiat akan baqa (tinggal) takwa dalam dirinya. Dengan demikian, yang tinggal dalam dirinya sifat-sifat yang baik. Sesuatu hilang dari diri sufi dan sesuatu yang lain akan timbul sebagai gantinya. Hilang kejahilan akan timbul ilmu. Hilang sifat buruk akan timbul sifat baik. Hilang maksiat akan timbul takwa. <br /> Untuk sampai ke ittihad, sufi harus terlebih dahulu mengalami al-fana' 'an al-nafs, dalam arti lafdzi kehancuran jiwa. Yang dimaksud bukan hancurnya jiwa sufi menjadi tiada, tapi kehancurannya akan menimbulkan kesadaran sufi terhadap diri-Nya. Inilah yang disebut kaum sufi al-fana' 'an al-nafs wa al-baqa, bi 'l-Lah, dengan arti kesadaran tentang diri sendiri hancur dan timbullah kesadaran diri Tuhan. Di sini terjadilah ittihad, persatuan atau manunggal dengan Tuhan. <br /> Mengenai fana', Abu Yazid mengatakan, "Aku mengetahui Tuhan melalui diriku hingga aku hancur, kemudian aku mengetahui-Nya melalui diri-Nya dan akupun hidup. Sedangkan mengenai fana dan baqa', ia mengungkapkan lagi, "Ia membuat aku gila pada diriku hingga aku mati. Kemudian Ia membuat aku gila kepada diri-Nya, dan akupun hidup." Lalu, diapun berkata lagi, "Gila pada diriku adalah fana' dan gila pada diri-Mu adalah baqa' (kelanjutan hidup)." <br /> Dalam menjelaskan pengertian fana', al-Qusyairi menulis, "Fananya seseorang dari dirinya dan dari makhluk lain terjadi dengan hilangnya kesadaran tentang dirinya dan makhluk lain. Sebenarnya dirinya tetap ada, demikian pula makhluk lain, tetapi ia tak sadar lagi pada diri mereka dan pada dirinya. Kesadaran sufi tentang dirinya dan makhluk lain lenyap dan pergi ke dalam diri Tuhan dan terjadilah ittihad." <br /> Ketika sampai ke ambang pintu ittihad dari sufi keluar ungkapan-ungkapan ganjil yang dalam istilah sufi disebut syatahat (ucapan teopatis). Syatahat yang diucapkan Abu Yazid, antara lain, sebagai berikut, "Manusia tobat dari dosanya, tetapi aku tidak. Aku hanya mengucapkan, tiada Tuhan selain Allah." <br /> Abu Yazid tobat dengan lafadz syahadat demikian, karena lafadz itu menggambarkan Tuhan masih jauh dari sufi dan berada di belakang tabir. Abu Yazid ingin berada di hadirat Tuhan, berhadapan langsung dengan Tuhan dan mengatakan kepadaNya: Tiada Tuhan selain Engkau. <br /> Dia juga mengucapkan, "Aku tidak heran melihat cintaku pada-Mu, karena aku hanyalah hamba yang hina. Tetapi aku heran melihat cinta-Mu padaku, karena Engkau adalah Raja Maha Kuasa." <br /> Kara-kata ini menggambarkan bahwa cinta mendalam Abu Yazid telah dibalas Tuhan. Lalu, dia berkata lagi, "Aku tidak meminta dari Tuhan kecuali Tuhan." <br /> Seperti halnya Rabi'ah yang tidak meminta surga dari Tuhan dan pula tidak meminta dijauhkan dari neraka dan yang dikehendakinya hanyalah berada dekat dan bersatu dengan Tuhan. Dalam mimpi ia bertanya, "Apa jalannya untuk sampai kepadaMu?" <br /> Tuhan menjawab, "Tinggalkan dirimu dan datanglah." Akhirnya Abu Yazid dengan meninggalkan dirinya mengalami fana, baqa' dan ittihad. <br /> Masalah ittihad, Abu Yazid menggambarkan dengan kata-kata berikut ini, "Pada suatu ketika aku dinaikkan kehadirat Tuhan dan Ia berkata, Abu Yazid, makhluk-Ku ingin melihat engkau. Aku menjawab, kekasih-Ku, aku tak ingin melihat mereka. Tetapi jika itu kehendak-Mu, aku tak berdaya menentang-Mu. Hiasilah aku dengan keesaan-Mu, sehingga jika makhluk-Mu melihat aku, mereka akan berkata, telah kami lihat Engkau. Tetapi yang mereka lihat sebenarnya adalah Engkau, karena ketika itu aku tak ada di sana." <br /> Dialog antara Abu Yazid dengan Tuhan ini menggambarkan bahwa ia dekat sekali dengan Tuhan. Godaan Tuhan untuk mengalihkan perhatian Abu Yazid ke makhluk-Nya ditolak Abu Yazid. Ia tetap meminta bersatu dengan Tuhan. Ini kelihatan dari kata-katanya, "Hiasilah aku dengan keesaan-Mu." Permintaan Abu Yazid dikabulkan Tuhan dan terjadilah persatuan, sebagaimana terungkap dari kata-kata berikut ini, "Abu Yazid, semuanya kecuali engkau adalah makhluk-Ku." Akupun berkata, aku adalah Engkau, Engkau adalah aku dan aku adalah Engkau." <br /> Dalam literatur tasawuf disebut bahwa dalam ittihad, yang satu memanggil yang lain dengan kata-kata: Ya ana (Hai aku). Hal ini juga dialami Abu Yazid, seperti kelihatan dalam ungkapan selanjutnya, "Dialog pun terputus, kata menjadi satu, bahkan seluruhnya menjadi satu. Maka Ia pun berkata kepadaku, "Hai Engkau, aku menjawab melalui diri-Nya "Hai Aku." Ia berkata kepadaku, "Engkaulah Yang Satu." Aku menjawab, "Akulah Yang Satu." Ia berkata lagi, "Engkau adalah Engkau." Aku menjawab: "Aku adalah Aku." <br /> Yang penting diperhatikan dalam ungkapan diatas adalah kata-kata Abu Yazid "Aku menjawab melalui diriNya" (Fa qultu bihi). Kata-kata bihi -melalui diri-Nya- menggambarkan bersatunya Abu Yazid dengan Tuhan, rohnya telah melebur dalam diri Tuhan. Ia tidak ada lagi, yang ada hanyalah Tuhan. Maka yang mengatakan "Hai Aku Yang Satu" bukan Abu Yazid, tetapi Tuhan melalui Abu Yazid. <br /> Dalam arti serupa inilah harus diartikan kata-kata yang diucapkan lidah sufi ketika berada dalam ittihad yaitu kata-kata yang pada lahirnya mengandung pengakuan sufi seolah-olah ia adalah Tuhan. Abu Yazid, seusai sembahyang subuh, mengeluarkan kata-kata, "Maha Suci Aku, Maha Suci Aku, Maha Besar Aku, Aku adalah Allah. Tiada Allah selain Aku, maka sembahlah Aku." <br /> Dalam istilah sufi, kata-kata tersebut memang diucapkan lidah Abu Yazid, tetapi itu tidak berarti bahwa ia mengakui dirinya Tuhan. Mengakui dirinya Tuhan adalah dosa terbesar, dan sebagaimana dilihat pada permulaan makalah ini, agar dapat dekat kepada Tuhan, sufi haruslah bersih bukan dari dosa saja, tetapi juga dari syubhat. Maka dosa terbesar tersebut diatas akan membuat Abu Yazid jauh dari Tuhan dan tak dapat bersatu dengan Dia. Maka dalam pengertian sufi, kata-kata diatas betul keluar dari mulut Abu Yazid. Dengan kata lain, Tuhanlah yang mengaku diri-Nya Allah melalui lidah Abu Yazid. Karena itu dia pun mengatakan, "Pergilah, tidak ada di rumah ini selain Allah Yang Maha Kuasa. Di dalam jubah ini tidak ada selain Allah." <br /> Yang mengucapkan kata-kata itu memang lidah Abu Yazid, tetapi itu tidak mengandung pengakuan Abu Yazid bahwa ia adalah Tuhan. Itu adalah kata-kata Tuhan yang diucapkan melalui lidah Abu Yazid. <br /> Sufi lain yang mengalami persatuan dengan Tuhan adalah Husain Ibn Mansur al-Hallaj (858-922 M), yang berlainan nasibnya dengan Abu Yazid. Nasibnya malang karena dijatuhi hukuman bunuh, mayatnya dibakar dan debunya dibuang ke sungai Tigris. Hal ini karena dia mengatakan, "Ana 'l-Haqq (Akulah Yang Maha Benar). <br /> Pengalaman persatuannya dengan Tuhan tidak disebut ittihad, tetapi hulul. Kalau Abu Yazid mengalami naik ke langit untuk bersatu dengan Tuhan, al-Hallaj mengalami persatuannya dengan Tuhan turun ke bumi. Dalam literatur tasawuf hulul diartikan, Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk bersemayam didalamnya dengan sifat-sifat ketuhanannya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dihancurkan. <br /> Di sini terdapat juga konsep fana, yang dialami Abu Yazid dalam ittihad sebelum tercapai hulul. Menurut al-Hallaj, manusia mempunyai dua sifat dasar: nasut (kemanusiaan) dan lahut (ketuhanan). Demikian juga Tuhan mempunyai dua sifat dasar, lahut (ketuhanan) dan nasut (kemanusiaan). Landasan bahwa Tuhan dan manusia sama-sama mempunyai sifat diambil dari hadits yang menegaskan bahwa Tuhan menciptakan Adam sesuai dengan bentuk-Nya. <br /> Hadits ini mengandung arti bahwa didalam diri Adam ada bentuk Tuhan dan itulah yang disebut lahut manusia. Sebaliknya didalam diri Tuhan terdapat bentuk Adam dan itulah yang disebut nasut Tuhan. Hal ini terlihat jelas pada syair al-Hallaj sebagai berikut: <br /> Maha Suci Diri Yang Sifat kemanusiaan-Nya <br /> Membukakan rahasia cahaya ketuhanan-Nya yang gemilang <br /> Kemudian kelihatan bagi makhluk-Nya dengan nyata <br /> Dalam bentuk manusia yang makan dan minum <br /> Dengan membersihkan diri malalui ibadat yang banyak dilakukan, nasut manusia lenyap dan muncullah lahut-nya dan ketika itulah nasut Tuhan turun bersemayam dalam diri sufi dan terjadilah hulul. <br /> Hal itu digambarkan al-Hallaj dalam syair berikut ini: <br /> Jiwa-Mu disatukan dengan jiwaku <br /> Sebagaimana anggur disatukan dengan air suci <br /> Jika Engkau disentuh, aku disentuhnya pula <br /> Maka, ketika itu -dalam tiap hal- Engkau adalah aku.<br />Hulul juga digambarkan dalam syair berikut: <br /> Aku adalah Dia yang kucintai <br /> Dan Dia yang kucintai adalah aku, <br /> Kami adalah dua jiwa yang menempati satu tubuh,<br /> Jika Engkau lihat aku, engkau lihat Dia, <br /> Dan jika engkau lihat Dia, engkau lihat Kami.<br />Ketika mengalami hulul yang digambarkan diatas itulah lidah al-Hallaj mengucapkan, "Ana 'l-Haqq (Akulah Yang Maha Benar). Tetapi sebagaimana halnya dengan Abu Yazid, ucapan itu tidak mengandung arti pengakuan al-Hallaj dirinya menjadi Tuhan. Kata-kata itu adalah kata-kata Tuhan yang Ia ucapkan melalui lidah al-Hallaj. Sufi yang bernasib malang ini mengatakan,<br />"Aku adalah rahasia Yang Maha Benar, <br />Yang Maha Benar bukanlah Aku, <br />Aku hanya satu dari yang benar, <br />Maka bedakanlah antara kami."<br />Syatahat atau kata-kata teofani sufi seperti itu membuat kaum syari'at menuduh sufi telah menyeleweng dari ajaran Islam dan menganggap tasawuf bertentangan dengan Islam. Kaum syari'at yang banyak terikat kepada formalitas ibadat, tidak menangkap pengalaman sufi yang mementingkan hakekat dan tujuan ibadat, yaitu mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan.<br />Dalam sejarah Islam memang terkenal adanya pertentangan keras antara kaum syari'at dan kaum hakekat, gelar yang diberikan kepada kaum sufi. Pertentangan ini mereda setelah al-Ghazali datang dengan pengalamannya bahwa jalan sufilah yang dapat membawa orang kepada kebenaran yang menyakinkan. Al-Ghazali menghalalkan tasawuf sampai tingkat ma'rifah, sungguhpun ia tidak mengharamkan tingkat fana', baqa, dan ittihad. Ia tidak mengkafirkan Abu Yazid dan al-Hallaj, tapi mengkafirkan al-Farabi dan Ibn Sina.<br />Kalau filsafat, setelah kritik al-Ghazali dalam bukunya Tahafut al-Falasifah, tidak berkembang lagi di dunia Islam Sunni, tasawuf sebaliknya banyak diamalkan, bahkan oleh syariat sendiri. Dalam perkembangan selanjutnya, setelah pengalaman persatuan manusia dengan Tuhan yang dibawa al-Bustami dalam ittihad dan al-Hallaj dalam hulul, Muhy al-Din Ibn 'Arabi (1165-1240) membawa ajaran kesatuan wujud makhluk dengan Tuhan dalam wahdat al-wujud.<br />Lahut dan nasut, yang bagi al-Hallaj merupakan dua hal yang berbeda, ia satukan menjadi dua aspek. Dalam pengalamannya, tiap makhluk mempunyai dua aspek. Aspek batin yang merupakan esensi, disebut al-haqq, dan aspek luar yang merupakan aksiden disebut al-khalq. Semua makhluk dalam aspek luarnya berbeda, tetapi dalam aspek batinnya satu, yaitu al-haqq. Wujud semuanya satu, yaitu wujud al-haqq. <br />Tuhan, sebagaimana disebut dalam Hadits yang telah dikutip pada permulaan, pada awalnya adalah "harta" tersembunyi, kemudian Ia ingin dikenal maka diciptakan-Nya makhluk, dan melalui makhluklah Ia dikenal. Maka, alam sebagai makhluk, adalah penampakan diri atau tajalli dari Tuhan. Alam sebagai cermin yang didalamnya terdapat gambar Tuhan. Dengan kata lain, alam adalah bayangan Tuhan. Sebagai bayangan, wujud alam tak akan ada tanpa wujud Tuhan. Wujud alam tergantung pada wujud Tuhan. Sebagai bayangan, wujud alam bersatu dengan wujud Tuhan dalam ajaran wahdat al-wujud. <br />Yang ada dalam alam ini kelihatannya banyak tetapi pada hakekatnya satu. Keadaan ini tak ubahnya sebagai orang yang melihat dirinya dalam beberapa cermin yang diletakkan di sekelilingnya. Di dalam tiap cermin, ia lihat dirinya. Di dalam cermin, dirinya kelihatan banyak, tetapi pada hakekatnya dirinya hanya satu. Yang lain dan yang banyak adalah bayangannya. <br />Oleh karena itu ada orang yang mengidentikkan ajaran wahdat al-wujud Ibn Arabi dengan panteisme dalam arti bahwa yang disebut Tuhan adalah alam semesta. Jelas bahwa Ibn Arabi tidak mengidentikkan alam dengan Tuhan. Bagi Ibn Arabi, sebagaimana halnya dengan sufi-sufi lainnya, Tuhan adalah transendental dan bukan imanen. Tuhan berada di luar dan bukan di dalam alam. Alam hanya merupakan penampakan diri atau tajalli dari Tuhan. <br />Ajaran wahdat al-wujud dengan tajalli Tuhan ini selanjutnya membawa pada ajaran al-Insan al-Kamil yang dikembangkan terutama oleh Abd al-Karim al-Jilli (1366-1428). Dalam pengalaman al-Jilli, tajalli atau penampakan diri Tuhan mengambil tiga tahap tanazul (turun), ahadiah, Huwiah dan Aniyah. <br />Pada tahap ahadiah, Tuhan dalam keabsolutannya baru keluar dari al-'ama, kabut kegelapan, tanpa nama dan sifat. Pada tahap hawiah nama dan sifat Tuhan telah muncul, tetapi masih dalam bentuk potensial. Pada tahap aniah, Tuhan menampakkan diri dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya pada makhluk-Nya. Di antara semua makhluk-Nya, pada diri manusia Ia menampakkan diri-Nya dengan segala sifat-Nya. <br />Sungguhpun manusia merupakan tajalli atau penampakan diri Tuhan yang paling sempurna diantara semua makhluk-Nya, tajalli-Nya tidak sama pada semua manusia. Tajalli Tuhan yang sempurna terdapat dalam Insan Kamil. Untuk mencapai tingkat Insan Kamil, sufi mesti mengadakan taraqqi (pendakian) melalui tiga tingkatan: bidayah, tawassut dan khitam. <br />Pada tingkat bidayah, sufi disinari oleh nama-nama Tuhan, dengan kata lain, pada sufi yang demikian, Tuhan menampakkan diri dalam nama-nama-Nya, seperti Pengasih, Penyayang dan sebagainya (tajalli fi al-asma). Pada tingkat tawassut, sufi disinari oleh sifat-sifat Tuhan, seperti hayat, ilmu, qudrat dll. Dan Tuhan ber-tajalli pada sufi demikian dengan sifat-sifat-Nya. Pada tingkat khitam, sufi disinari dzat Tuhan yang dengan demikian sufi tersebut ber-tajalli dengan dzat-Nya. Pada tingkat ini sufi pun menjadi Insan Kamil. Ia menjadi manusia sempurna, mempunyai sifat ketuhanan dan dalam dirinya terdapat bentuk (shurah) Allah. Dialah bayangan Tuhan yang sempurna. Dan dialah yang menjadi perantara antara manusia dan Tuhan. Insan Kamil terdapat dalam diri para Nabi dan para wali. Di antara semuanya, Insan Kamil yang tersempurna terdapat dalam diri Nabi Muhammad. <br />Demikianlah, tujuan sufi untuk berada sedekat mungkin dengan Tuhan akhirnya tercapai malalui ittihad serta hulul yang mengandung pengalaman persatuan roh manusia dengan roh Tuhan dan melalui wahdat al-wujud yang mengandung arti penampakan diri atau tajalli Tuhan yang sempurna dalam diri Insan Kamil. <br />Sementara itu tasawuf pada masa awal sejarahnya mengambil bentuk tarekat, dalam arti organisasi tasawuf, yang dibentuk oleh murid-murid atau pengikut-pengikut sufi besar untuk melestarikan ajaran gurunya. Di antara tarekat-tarekat besar yang terdapat di Indonesia adalah Qadiriah yang muncul pada abad ke-13 Masehi untuk melestarikan ajaran Syekh Abdul Qadir Jailani (w. 1166 M), Naqsyabandiah, muncul pada abad ke-14 bagi pengikut Bahauddin Naqsyabandi (w. 1415 M), Syattariah, pengikut Abdullah Syattar (w. 1415 M), dan Tijaniah yang muncul pada abad ke-19 di Marokko dan Aljazair. Tarekat-tarekat besar lain diantaranya adalah Bekhtasyiah di Turki, Sanusiah di Libia, Syadziliah di Marokko, Mesir dan Suria, Mawlawiah (Jalaluddin Rumi) di Turki, dan Rifa'iah di Irak, Suria dan Mesir. <br />Dalam tarekat, ajaran-ajaran sufi besar tersebut terkadang diselewengkan, sehingga tarekat menyimpang dari tujuan sebenarnya dari sufi untuk menyucikan diri dan berada dekat dengan Tuhan. Tarekat ada yang telah menyalahi ajaran dasar sufi dan syari'at Islam, sehingga timbullah pertentangan antara kaum syari'at dan kaum tarekat. <br />Sementara itu ada pula tarekat yang menekankan pentingnya kehidupan rohani dan mengabaikan kehidupan duniawi, dan disamping itu menekankan ajaran tawakal sufi, sehingga mengabaikan usaha. Dengan kata lain, yang dikembangkan tarekat adalah orientasi akhirat dan sikap tawakal. <br />Perlu ditegaskan bahwa sampai permulaan abad ke-20, tarekat mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat Islam. Karena pengaruh besar itu, orang-orang yang ingin mendapat dukungan dari masyarakat menjadi anggota tarekat. Di Turki Usmani, tentara menjadi anggota tarekat Bekhtasyi dan dalam perlawanan mereka terhadap pembaharuan yang diadakan sultan-sultan, mereka mendapat sokongan dari tarekat Bekhtasyi dan para ulama Turki. <br />Karena pengaruh besar dalam masyarakat itu orientasi akhirat dan sikap tawakal berkembang di kalangan umat Islam yang bekas-bekasnya masih ada pada kita sampai sekarang. Untuk itu tidak mengherankan kalau pemimpin-pemimpin pembaharuan dalam Islam seperti Jamaluddin Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan terutama Kamal Ataturk memandang tarekat sebagai salah satu faktor yang membawa kepada kemunduran umat Islam. <br />Dalam pada itu dunia dewasa ini dilanda oleh materialisme yang menimbulkan berbagai masalah sosial yang pelik. Banyak orang mengatakan bahwa dalam menghadapi meterialisme yang melanda dunia sekarang, perlu dihidupkan kembali spiritualisme. Disini tasawuf dengan ajaran kerohanian dan akhlak mulianya dapat memainkan peranan penting. Tetapi untuk itu yang perlu ditekankan tarekat dalam diri para pengikutnya adalah penyucian diri dan pembentukan akhlak mulia disamping kerohanian dengan tidak mengabaikan kehidupan keduniaan. <br />Pada akhir-akhir ini memang kelihatan gejala orang-orang di Barat yang bosan hidup kematerian lalu mencari hidup kerohanian di Timur. Ada yang pergi ke kerohanian dalam agama Buddha, ada ke kerohanian dalam agama Hindu dan tak sedikit pula yang mengikuti kerohanian dalam agama Islam, umpamanya aliran Subud di Jakarta. <br />Dalam hubungan itu kira-kira 30 tahun lalu, A.J. Arberry dalam bukunya Sufism menulis bahwa Muslim dan bukan Muslim adalah makhluk Tuhan yang satu. Oleh karena itu bukanlah tidak pada tempatnya bagi seorang Kristen untuk mempelajari ajaran-ajaran sufi yang telah meninggalkan pengaruh besar dalam kehidupan umat Islam dan bersama-sama dengan orang Islam menggali kembali ajaran-ajaran sufi yang akan dapat memenuhi kebutuhan orang yang mencari nilai-nilai kerohanian dan moral zaman yang penuh kegelapan dan tantangan seperti sekarang. <br />DAFTAR KEPUSTAKAAN<br /><br />Arberry, A.J., Sufism, London, George Allan and Unwin Ltd., 1963.<br />Badawi, A.R., Syatahat al-Sufiah, Cairo, al-Nahdah al-Misriah, 1949.<br />Corbin, H., Histoire de la Philosophie Islamique, Paris, Gallimard, 1964.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-19579920760286486732008-07-01T08:18:00.000-07:002008-07-01T08:19:15.534-07:00dinasti murabithun dan muwahidhunBAB I<br />PENDAHULUAN<br />A. Latar belakang<br />Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.<br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br /><br />A. Murabithun atau Al Murawiyah di Afrika Utara dan Spanyol (1056-1147 M)<br /><br />Murabithun atau Al–Murawiyah merupakan salah satu Dinasti Islam yang berkuasa di Maghrib. Nama Al- Murabithun berkaitan dengan nama tempat tinggal mereka yang pada awalnya mereka menempati Ribat (sejenis surau). Asal-usul dinasi ini dari Lemtuna, salahsatu dari suku Sanhaja, Mereka juga disebut al-Mulassimun (orang-orang bercadar).<br />Pada abad kesebelas pemimpin Sanhaja, Yahya bin Ibrahim, melaksanakan ibadah haji ke Makkah. Dan sekembalinya dari Arabia, ia mengundang Abdullah bin Yasin seorang alim terkenal di Maroko, untuk membina kaumnya dengan keagamaan yang baik, kemudian beliau dibantu oleh Yahya bin Umar dan saudaranya Abu Bakar bin Umar. Perkumpulan ini berkembang dengan cepat , sehingga dapat menghimpun sekitar 1000 orang pengikut.<br />Di bawah pimpinan Abdullah bin Yasin dan komando militer Yahya bin Umar mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Wadi Dara, dan kerajaan Sijil Mast yang dikuasai oleh Mas’ud bin Wanuddin. Ketika Yahya bin Umar meninggal Dunia, jabatannya diganti oleh saudaranya, Abu Bakar bin Umar, kemudian ia menaklukkan daerah Sahara Maroko. Setelah diadakan penyerangan ke Maroko tengah dan selatan selanjutnya menyerang suku Barghawata yang menganut paham bid’ah. Dalam penyerangan ini Abdullah bin Yasin wafat (1059 M). Sejak saat itu Abu Bakar memegang kekuasaan secara penuh dan ia berhasil mengembangkannya.<br />Abu Bakar berhasil menaklukkan daerah Utara Atlas Tinggi dan akhirnya pada tahun 1070 M, ia dapat menaklukkan daerah Marrakech (Maroko). Kemudian ia mendapat beritabahwa Buluguan, Raja Kala dari Bani Hammad mengadakan penyerangan ke Maghrib dengan melibatkan kaum Sanhaja. Mendengar berita itu ia kembali ke Sanhaja untuk menegakkan perdamaian. Setelah berhasil memadamkan, ia menyerahkan kekuasaanya kepada Yusuf bin Tasyfin (2 September 1107), kemudian ia mengatakan bahwa Maroko di bawah kekuasaannya.<br />Pada tahun 1062 M, Yusuf bin tasyfin mendirikan ibu kota di Maroko. Dia berhasil menaklukkan Fez (1070 M) dan Tangier (1078 M). Pada tahun 1080-1082 M, ia berhasil meluaskan wilayah sampai ke Al Jazair. Dia mengangkat para pejabat Al-Murabithun untuk menduduki jabatan Gubernur pada wilayah taklukannya, sementara ia memerintah<br />di Maroko. Yusuf bin Tasfin meninggalkan Afrika pada tahun 1086 M dan memperoleh kemenangan besar atas Alfonso VI (Raja Castile Leon) dan Yusuf bin Tasfin mendapat dukungan dari Muluk At-Thawa’if dalam pertempuran di Zallaqah. Ketika Yusuf bin Tasfin meninggal Dunia, ia mewariskan kepada anaknya, Abu Yusuf bin Tasyfin. Warisan itu berupa kerajaan yang luas dan besar terdiri dari negeri-negeri Maghrib, bagian Afrika dan Spanyol. Ali ibn Yusuf melanjutkan politik pendahulunya dan berhasil mengalahkan anak Alfonso VI (1108 M). Kemudian ia ke Andalusia merampas Talavera Dela Rein. Lambat laun<br />Dinasti Al- Murabithun mengalami kemunduran dalam memperluas wilayah. Kemudian Ali mengalami kekalahan pertempuran di Cuhera (1129 M). kemudain ia mengangkat anaknya Tasyfin bin Ali menjadi Gubernur Granada dan Almeria. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menguatkan moral kaum Murabithun untuk mempertahankan serangan dari raja Alfonso VII. Dinasti Al- Murabithun memegang kekuasan selama 90 tahun, dengan enam orang penguasa yaitu :<br />1. Abu Bakar bin Umar (1056-1061 M)<br />2. Yusuf bin Tasyfin (1061-1107 M)<br />3. Ali bin Yusuf (1107-1143 M)<br />4. Tasyfin bin Ali (1143-1145 M)<br />5. Ibrahim bin Tasfin<br />6. Ishak bin Ali.<br /><br />Masa terahir Dinasti Al-Murabithun tatkala dikalahkan oleh Dinasti Muwahiddun yang dipimpin oleh Abdul Mun’im. Dinasti Muwahiddun menaklukkan Maroko pada tahun 1146-1147 M yang ditandai dengan terbunuhnya penguasa Al-Murabithun yang terakhir, Ishak bin Ali. <br /><br />Ketika kekuasaan Bani Umayah Spanyol pecah, ada suatu kekuatan yang baru muncul di Afrika Barat. Para ketua Muslim di Spanyol melupakan perbedaan mereka. Pada saat yang kritis itu dan meminta bantuan kepada Yusuf ibn Tasyfin, Raja al-Murabithun di Afrika Barat. Yusuf menanggapi permintaan mereka dan menyebrang ke Spanyol pada tahun 1086 M. Pasukan Gabungan itu bertemu dengan pasukan Alfanso di Zalaqah. Dalam<br />pertempuran itu Alfanso dikalahkan. Kemenangan ini membuat Yusuf menjadi Raja. Akan tetapi tidak lama memerintah beliau wafat, dan di ganti oleh anaknya Abul Hasan. Abul Hasan mempunyai kekuatan yang luar biasa, Dia mengalahkan orang K<br />RISTEN dalam beberapa pertempuran selama pemerintahannya. Kekuatan lainnya bernama al-Muahhidun di Afrika<br /><br />B. Muwahhidun atau Al–Muhad di Afrika Utara dan Spanyol (1128-1269 M) <br /><br />Muwahhiddun merupakan Dinasti Islam yang pernah berjaya di Afrika Utara selama lebih satu abad. Didirikan oleh Muhammad bin Tummart. Ibn Tumart menamakan gerakannya dengan Muwahhiddun, karena gerakan ini bertujuan untuk menegakkan tauhid (Keesaan Allah), menolak segala bentuk pemahaman anthropormofisme (Tajsim) yang dianut oleh Murabithun. Karena itu semangat perjuangan Ibn Tumart adalah menghancurkan kekuatan Murabhitun. Pada tahun 1129 M, di bawah komando Abu Muhammad Al Basyir, kaum Muwahiddun menyerang ibu kota Murabithun. Peristiwa itu terkenal dengan nama perang Buhairah. Dalam perang itu Muwahhidun kalah dan mengakibatkan meninggalnya Ibn Tumart. Pada tahun 1163 M, Abdul Mun’im bin ‘Ali diangkat sebagai pemimpin menggantikan Ibn Tumart. Di bawah kepemimpinannya Al-Muwahiddun Meraih kemenangan. Pada tahun 1131 M Muwahiddun menguasai Nadla , Dir’ah Taigar, Fazar dan Giyasah. Pada tahun 1139 M, Muwahiddun melancarkan serangan ke pertahanan Murabithun sehingga jatuh ketangan kaum Muwahiddun. Fez kota terbesar kedua setelah Marrakech, direbut al-Muwahhidun pada tahun 1145 M. Setahun kemudian berhasil menguasai Marrakech dan menjatuhkan Murabithun.<br /><br />Setelah berhasil menjatuhkan Murabithun Abdul Mun’im memperluas wilayah kekuasaannya, pada tahun 1152 M Al-Jazair direbutnya. 6 tahun berikutnya wilayah Tunisia dikuasai dan 2 tahun setelah itu Tripoli jatuh ketangannya. Kekuasaannya dari Tripoli hingga ke Samudera Atlantik sebelah Barat, suatu prestasi gemilang dan belum<br /><br />pernah dicapai oleh Dinasti manapun di Afrika Utara. Pada tahun 1162 M, Abdul Mun’im memperluas wilayahnya ke daerah yang dikuasai orang Kristen, tetapi pada tahun itu Abdul Mun’im wafat. Ia diganti puteranya Abu Ya’kup Yusuf Abdul Mun’im (1184 M). Ia memperluas wilayah di utara dari timur pada tahun 1169 M dibawah Abu Hafs al Muwahhidun, dia berhasil merebut Toledo.<br />Dalam beberapa generasi ini Muwahhidun mengalami masa kemajuan. Akan tetapi setelah kematian Ya’kub Muwahhidun memasuki masa kemunduran. Bersamaan dengan kemunduran ini, pasukan Salib yang telah dikalahkan oleh Salahuddin di Palestina kembali ke Eropa dan mulai menggalang kekuatan baru dibawah pimpinan Alfonso IX. Kekuatan KRISTEN ini mengulangi serangan ke Andalusia dan kali ini mereka berhasil mengalahkan kekuatan Muslim Muwahhidun. Setelah beberapa kali mengalami kekalahan<br /><br />dan akhirnya penguasa muwahhidun meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara (Maroko) pada tahun 1235 M. Adapun urutan-urutan penguasa Al Muwahhidun sebagai berikut :<br /><br />1. Muhammad bin Tumart Al Mahdi (1121-1130 M)<br />2. Abdul Mun’im bin Ali (1130-1163 M)<br />3. Abu Ya’kub Yusuf (1163-1184 M)<br />4. Abu Yusuf Ya’kub al Mansur (1184-1198 M)<br />5. Muhammad An Nasir (1198-1214 M)<br />6. Abu Yusuf Ya’kub Al Mustansir (1214-1224 M) <br />7. Dsb.<br /><br />Muhammad ibnu Tumart, seorang penduduk asli dari suku di Afrika Barat, mengangkat Abdul Mikmin sebagai wakilnya, setelah Abdul Mukmin wafat di ganti oleh saudaranya Abu Yakub Yusuf. Dia seorang yang dermawan. Beliau digantikan oleh anaknya yang terkenal yaitu Ya’kub yang di bawah pemerintahannya, kekuasaan Muwahhidun mencapai puncaknya. Setelah beliau wafat kekuatan Kristen mulai muncul. Orang Islam di bawah pemerintahan Muwahhidun melawan orang Kristen di al-Ukab, akhirnya orang Muahhidun dikalahkan orang Kristen dengan pasukan yang besar (Ali, Afandi,1995:353-301)<br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br /><br />A. Kesimpulan<br />Murabithun atau Al–Murawiyah merupakan salah satu Dinasti Islam yang berkuasa di Maghrib. Nama Al-Murabithun berkaitan dengan nama tempat tinggal mereka yang pada awalnya mereka menempati Ribat (sejenis surau). Asal-usul dinasi ini dari Lemtuna, salahsatu dari suku Sanhaja, Mereka juga disebut al-Mulassimun (orang-orang bercadar).<br />Di bawah pimpinan Abdullah bin Yasin dan komando militer Yahya bin Umar mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Wadi Dara, dan kerajaan Sijil Mast yang dikuasai oleh Mas’ud bin Wanuddin. Ketika Yahya bin Umar meninggal Dunia, jabatannya diganti oleh saudaranya, Abu Bakar bin Umar, kemudian ia menaklukkan daerah Sahara Maroko. Setelah diadakan penyerangan ke Maroko tengah dan selatan<br />Muwahhiddun merupakan Dinasti Islam yang pernah berjaya di Afrika Utara selama lebih satu abad. Didirikan oleh Muhammad bin Tummart. Ibn Tumart menamakan gerakannya dengan Muwahhiddun, karena gerakan ini bertujuan untuk menegakkan tauhid (Keesaan Allah), menolak segala bentuk pemahaman anthropormofisme (Tajsim) yang dianut oleh Murabithun. Karena itu semangat perjuangan Ibn Tumart adalah menghancurkan kekuatan Murabhitun. Pada tahun 1129 M, di bawah komando Abu Muhammad Al Basyir, kaum Muwahiddun menyerang ibu kota Murabithun. Peristiwa itu terkenal dengan nama perang Buhairah. Dalam perang itu Muwahhidun kalah dan mengakibatkan meninggalnya Ibn Tumart. Pada tahun 1163 M, Abdul Mun’im bin ‘Ali diangkat sebagai pemimpin menggantikan Ibn Tumart<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br />http://bumiayuq.blogspot.com/2007/06/perkembangan-islam-di-spanyol.html<br /><br />http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/islam-di-spanyol.pdf.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-39445541131981248642008-07-01T06:28:00.000-07:002008-07-01T06:29:07.112-07:00islam di spanyolBAB IX<br />PERADABAN ISLAM DI SPANYOL<br />==============================================<br />A. Proses Masuknya Islam di Spanyol<br />Peradaban Islam di Afrika dan Spanyol bermula dari serangkaian penaklukan oleh<br />bangsa Arab pada abad ketujuh dan kedelapan, yang dilancarkan melalui kota Mesir.<br />Penaklukan bangsa Arab mulai berkembang, dan sampai pada Spanyol kira-kira tahun 711<br />M.<br />Spanyol diduduki ummat Islam pada zaman Khalifah Walid (750-715 M), salah<br />seorang Khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukkan<br />Spanyol, ummat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu<br />propinsi dari Dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi di<br />zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M).<br />Islam masuk tanah subur Spanyol ini, dengan cara penaklukan atau ekspedisi. Dalam<br />hal penaklukan itu, ada tiga nama yang patut dicatat paling berjasa dalam sejarah<br />penaklukan negeri tersebut. Mereka adalah Tarif ibnu Malik, Tariq ibnu Ziyad, dan Musa<br />ibnu Nusair. Mereka bertiga mempunyai peranan sendiri-sendiri. Tarif ibnu Malik bersama<br />pasukannya adalah rombongan yang pertama kali melakukan penyerbuan, pada tahun 91<br />H. Tarif dan pasukannya melintasi selat yang menghubungkan antara benua Eropa dan<br />Afrika itu dengan satu pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda.<br />Mereka menumpang empat buah kapal yang disediakan oleh Julian (Syalabi, 1983:154).<br />Dalam penyerbuan itu, Tarif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan<br />kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya (Yatim,<br />2003:88-89).<br />Suksesnya ekspedisi yang dicapai oleh Tarif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh<br />kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol saat itu, mendorong Gubernur Afrika utara<br />yang berpusat di Qairuwan, yakni Musa ibnu Nusair untuk mengusai wilayah subur<br />dibagian Barat Daya Eropa. Tariq ibnu ziyad diberi tugas untuk menaklukkan negeri hijau<br />itu, dengan menyiapkan pasukan yang berjumlah 7000 personil. Mereka menyeberangi<br />selat antara Afrika Utara dan Eropa itu dengan kapal-kapal yang telah disediakan oleh<br />Julian sebagaimana penyebrangan pertama kali yang dilakukan Tarif (Brockelman,<br />1980:83). Pasukannya mendarat di sebuah gunung yang terkenal dengan nama Gibraltal<br />(Jabal Tariq). Penaklukan yang dipimpin Tariq ini berakhir dengan kemenangan yang<br />gemilang terjadi pada bulan Rajab tahun 92 H.<br />Rupanya Musa ibnu Nusair sendiri juga ingin berpartisipasi dalam peperangan<br />menaklukkan negeri hijau yang subur itu. Ia berhasil menaklukan kota yang sangat kuat<br />tersebut, selanjutnya ia taklukan kota Sevilla. Musa ibnu Nusair melanjutkan ekspedisinya<br />hingga bertemu pasukan Tariq ibnu Ziad di Toledo. Mereka besama-sama meneruskan<br />penaklukan ke utara, ke kota Saragossa dan Navarre (Brockelman, 1983:14).<br />B. Pekembangan Politik<br />Page 2<br />Perkembangan politik di Spanyol tidak lepas dari beberapa aspek yang dapat<br />mempengaruhinya diantaranya: ekonomi dan sosial. Dari pertama kali Islam menginjakkan<br />kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya Islam disana, Islam memainkan peranan yang<br />sangat besar, masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad sehingga masa ini<br />dibagi menjadi beberapa periode.<br />1. Periode pertama (711-755 M)<br />Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh<br />Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik<br />negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna. Gangguan-gangguan masih terjadi baik<br />dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam berupa perselisihan di antara elite<br />penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, perbedaan<br />pandangan antara Khalifah Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang mengaku paling<br />berhak menguasai daerah Spanyol.<br />Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat<br />tinggal di pegunungan yang tidak pernah tunduk pada pemerintahan Islam. Karena<br />seringnya terjadi konflik maka dalam periode ini Islam Spanyol belum melakukan<br />pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan<br />datangnya abd Rahman al-Dakhil ke Spanyol tahun 755 M.<br />2. Periode Kedua (755-912 M)<br />Pada periode ini, ummat Islam mulai memperoleh kemajuan baik dalam politik<br />maupun peradaban. Misalnya didirikannya masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-<br />kota besar. Meskipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan sering terjadi<br />diantaranya adanya gerakan K<br />RISTEN<br />fanatik, golongan pemberontak di Toledo pada tahun<br />852 M dan revolusi yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak puas.<br />Pada tahun 755-912 M, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar<br />amir (panglima atau Gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam,<br />yang ketika itu di pegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah<br />Abdurahman I yang memasuki Spanyol tahun 755 M dan diberi gelar al-Dakhil (yang<br />masuk ke Spanyol). Adapun urutan keamiran Bani Umayyah di Spanyol sebagai berikut:<br />a. Abd al-Rahman al-Dakhil (755-788 M)<br />Dalam tulisan sejarah dikenal dengan nama Abdul Rahman I. Ia seorang cucu<br />Khalifah Umayyah, Hisyam, yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika berhasil<br />menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya dia mendirikan Dinasti Bani<br />Umayyah di Spanyol (Yatim, 2003: 95). Dengan dukungan bangsa Barbar dari Afrika Utara<br />dan klien Syiria pada masa rezim Umayyah di Spanyol. Rezim baru ini mengikuti pola-pola<br />pemerintahan Abbasiyah. Ia melancarkan serangkaian pemberontakan lokal, dan<br />membentuk sebuah angkatan bersenjata terdiri dari para klien yang datang dari Utara<br />Pyreness.<br />Abdurrahman ad-Dakhil diangkat sebagai Gubernur Cordova pada bulan Desember<br />755 M<br />dan pada bulan Mei berikutnya Abdurrahman ad-Dakhil membangun tempat<br />tinggal di kota itu serta mengangkat dirinya sebagai Amir. Abdurrahman ad-Dakhil<br />memasuki Spanyol pada tahun 755 M. dan diberi gelar Al-dakhil (yang masuk ke Spanyol).<br />Pada masa ini banyak tantangan yang dihadapi Abdurrahman ad-Dakhil, baik yang<br />datang dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Disamping itu Abdurrahman ad-Dakhil<br />menghadapi musuh dari luar Islam, yakni Charli Magne, yang pasukannya dapat melintasi<br />pegunungan Pyrenia. Lawan yang datang dari daratan Eropa itu dihadapi dengan gagah<br />Page 3<br />perkasa. Roland, pemimpin pasukan Charle Magne itu mati terbunuh, dengan kemenangan<br />itu Abdurrahman ad-Dakhil bertambah kuat kedudukannya, dan untuk selanjutnya<br />Abdurrahman ad-Dakhil membangun negerinya.<br />Diantara pembangunan yang dilakukan Abdurrahman ad-Dakhil ialah memperindah<br />kota-kota, membangun benteng-benteng yang kokoh dan membangun istana dan<br />Abdurrahman ad-Dakhil meletakkan batu yang pertama untuk pembangunan Masjid yang<br />terbesar nantinya dibelahan Dunia Islam manapun, yang dilakukan dua tahun sebelum<br />wafatnya, tahun 789 M. Sebelum wafat Abdurrahman ad-Dakhil telah menunjuk anaknya<br />untuk menggantikan kedudukannya yakni Hisyam ibnu Abdurrahman (Hamid, 1964:71-<br />72) .<br />b. Hisyam ibnu Abdurrahman (788-796 M)<br />Hisyam ibnu Abdurrahman memerintah pada tahun 788-796 M. Hisyam ibnu<br />Abdurrahman terkenal pintar. Dalam hal agama, dia seorang yang taqwa dan warak.<br />Hisyam ibnu Abdurrahman memperhatikan masalah-masalah agama Islam, sesuai dengan<br />agama Allah SWT dan ajaran Rasulullah SAW.<br />Pada masa pemerintahan Hisyam ibnu Abdurrahman tersebar Madzhab Maliki di<br />Spanyol yang berasal dari Imam Malik ibn Anas yang berpusat di Madinah. Madzhab Maliki<br />tersebar luas di Spanyol atas jasa seorang ulama yang diutus belajar ke Madinah untuk<br />mempelajari Madzhab Maliki secara langsung dari Imam Malik. Ulama tersebut bernama<br />Ziyad ibn Abdurrahman, kemudian dari padanya tersebar luas madzhab itu di Spanyol<br />lewat Yahya ibn Yahya al-Laisi.<br />Pada zaman keamiran Hisyam I, dia menghadapi pemberontakan yang dilancarkan<br />oleh saudaranya sendiri di Toledo yakni Abdullah dan Sulaiman. Hisyam mengarahkan<br />perhatiannya ke wilayah Utara. Umat K<br />RISTEN<br />yang melancarkan gangguan keamanan<br />ditindasnya sekaligus berhasil mengalahkan kekuatan Perancis. Kota Norebonne<br />ditaklukkannya, sementara suku Gakicia mengajukan perundingan perdamaian.<br />Hisyam merupakan penguasa yang adil dan murah hati khususnya terhadap rakyat<br />yang lemah dan miskin. Ia membangun jembatan Kordova dan merampungkan<br />pembangunan mesjid dan gereja yang dibangun oleh ayahnya. Dalam bidang hukum,<br />Hisyam menganut Madzhab Maliki dan menjadikannya madzhab resmi di Andalusia.<br />Ulama Spanyol menduduki tempat yang tinggi di Istana Kerajaan, dan selalu memberi<br />nasehat serta memberi pendapatnya kepada sang penguasa itu. Hisyam ibnu Abdurrahman<br />memerintah 8 tahun. Dia wafat pada tahun 796 M. Kendali pemerintahan diteruskan oleh<br />anaknya Hakam ibn Hisyam.<br />c. Hakam ibn Hisyam (796-822 M)<br />Hakam ibn Hisyam memerintah pada tahun 796-821 M. Sifat-sifat yang dimiliki<br />Hakam ibn Hisyam berbeda dengan sifat yang dimiliki oleh ayahnya. Dia suka berhura-<br />hura, gemar berburu dan suka berolahraga. Dia memiliki kecerdasan yang luar biasa, akan<br />tetapi tidak begitu senang<br />dikelilingi ulama, berbeda dengan ayahnya yang senang<br />memuliakan ulama. Sehingga dia kurang disenangi ulama, maka para ulama akan<br />menggantikan Hakam ibn Hisyam dari kedudukannya. Rencana itu diketahui Hakam ibn<br />Hisyam, maka Hakam ibn Hisyam menghadapi para ulama itu dengan sikap keras. Banyak<br />ulama terbunuh dan keluarga mereka diusir dari Spanyol .<br />Dalam hal perbaikan negeri, Hakam ibn Hisyam termasuk orang yang berjasa dan<br />pertama kali membuat tentara yang teratur dan mendapat gaji tetap, mengumpulkan<br />banyak senjata, dan memperhatikan kuda-kuda tempur dalam kondisi yang prima. Dengan<br />Page 4<br />pasukan yang kuat itulah ia menghadapi pemberontakan dalam negeri dan musuh dari<br />luar negeri. Hakam ibn Hisyam meninggal pada tahun 206 H. Dan pemerintahan diganti<br />oleh anaknya, Abdurrahman yang lebih dikenal dengan al-Ausat (Mahmuddunnasir,<br />1994:290).<br />Pada masa Hakam banyak pemberontakan yang dihadapinya antara lain yang<br />dilancarkan Abdullah yang meminta bantuan Charlemagne. dia berhasil menguasai Toledo.<br />Sedang saudaranya Sulaiman menguasai Valencia. Pada saat ini Louis dan Charles berhasil<br />menyusup ke wilayah Muslim, sedang Alvonso panglima suku Galicia menyerbu kota<br />Araqon. Hakam membuktikan kemampuannya, bangsa Franka dan Galicia dikalahkannya,<br />kemudian menuju ke Tolede menghentikan pemberontakan Sulaiman dan Abdullah.<br />Namun tatkala Hisyam lengah, datang serangan bangsa Franka yang berhasil merebut<br />Barcelona pada tahun 805 M dan pada tahun 914 M Kordova diguncang oleh gerakan<br />pemberontakan namun dapat diamankan setelah Hakam mengalahkan kekuatan<br />pemberontak. Hakam meninggal pada tahun 822 M, setelah berkuasa 26 tahun.<br />d. Abdur Rahman Al-Ausat (822-852 M)<br />Abdurrahman al-Ausat memerintah pada tahun 822-852 M. Abdurrahman al-Ausat<br />tidak terlalu lemah dan tidak terlalu keras walaupun dididik dalam kemewahan.<br />Abdurrahman al-Ausat beradab dan suka perbaikan (Hamid, 1964:82). Ia memiliki visi<br />untuk selanjutnya menyentralkan pemerintahan, mengantarkan pada terbentuknya sebuah<br />kelas sekretarial yang terdiri dari kalangan pedagang dan klien, dan membentuk monopoli<br />dan penguasaan negara terhadap pasar-pasar perkotaan.<br />Peristiwa penting yang terjadi pada saat itu adalah serangan dari bangsa Normand<br />pada tahun 824 M. Akan tetapi pasukan Normand itu dapat dikalahkan oleh tentara kaum<br />Muslimin. Kejadian-kejadian dalam negeri yang paling penting antara lain pertentangan-<br />pertentangan antara sesama bangsa Arab sendiri, sebagaimana pertentangan antara kaum<br />Mudar dengan suku Arab dari Yaman di Murcea. Disamping itu terjadi pula<br />pemberontankan-pemberontakan kecil yang semuanya dapat dihadapi oleh Abdurrahman<br />al-Ausat dengan kemenangan (Hamid, 1964:98-100).<br />Abdul Rahman Ausat ini telah menyempurnakan proses konsolidasi pemerintahan<br />pusat. Ia membentuk angkatan bersenjata dari para tawanan yang berasal dari wilayah<br />Utara Spanyol dari Jerman, dan dari negeri-negeri Slavia. Pasukan militer, yang dikenal<br />dengan nama Sagaliba, belakangan diperkuat dengan tentara Barbar profesional non-<br />kesukuan dan tentara bayaran lokal. Aspek administrasi (pemerintahan) juga diperkokoh.<br />Seorang hajib (setinggi wazir dalam kedudukan) ditunjuk menangani administrasi dan<br />perpajakan. Dua puluh satu wilayah propinsi<br />diperintah oleh pejabat-pejabat pusat,<br />namun sejumlah distrik perbatasan diperintah oleh ga’id lokal dan keturunan tuan-tuan<br />tanah.<br />Seorang hakim kepala mengawasi administrasi Yudisial dan mengelola sejumlah<br />properti yang ditujukan untuk tujuan-tujuan keagamaan dan derma bakti sosial. Abdul<br />Rahman Ausat mengupayakan, melegitimasi dan mengadopsi bentuk-bentuk kultural<br />Abbasiyah Baghdadi, sebagaimana di wilayah Timur, kultur istana berusaha menyatukan<br />simbol-simbol Muslim dan kosmopolitan. Abdul Rahman Ausat juga mengadakan<br />pembangunan dan perluasan di berbagai daerah. Perluasan Masjid Agung Cordova,<br />merancang sejumlah proyek irigasi, dan lain-lainnya.<br />Arsitektur kekhalifahan yang meliputi arsitektur masjid, istana dan tempat<br />pemandian umum juga diilhami model arsitektur bangsa Timur. Beberapa unsur Visigothik<br />dan Romawi juga dimasukkan ke dalam desain arsitektur Muslim. Pada abad sepuluh<br />amir-al mu’minin juga membangun sebuah kota kerajaan yakni Madinat al Zahroh, sebuah<br />Page 5<br />kota yang dihiasi dengan berbagai istana, pancuran air, pertamanan yang megah yang<br />menandingi keindahan komplek istana Baghdad. Abdur Rahman Ausat ini pada<br />hakekatnya mewarisi kejayaan dan kemakmuran yang diciptakan oleh Hakam.<br />Kerusuhan pada saat itu ditimbulkan oleh umat K<br />RISTEN<br />yang dipimpin suku Leon.<br />Juga serbuan bangsa Normandia di wilayah pantai Spanyol. Kedua kekuatan ini dapat<br />dikalahkan. Pada masa pemerintahan Abdur Rahman II selama 30 tahun, perekonomian<br />rakyat mengalami kemajuan dan kemakmuran. Ia sangat mencintai seni kepustakaan dan<br />berusaha membangun Kordova sebagai Baghdad II. Ia mendirikan sejumlah istana, taman,<br />dan menghiasi ibu kota dengan berbagai bangunan masjid yang indah.<br />Sesudah wafatnya Abdurrahman al-Ausat pada tahun 952 M. dan kekuasaannya<br />diganti oleh anaknya Muhammad ibn Abdurrahman. Spanyol dalam keadaan kacau-balau<br />dan banyak pemberontakan, yang terjadi dari masa Abdurrahman III atau An-Nasir hingga<br />masa Abdullah ibn Muhammad, sekitar tahun 852-912 M. Dalam masa itu memerintah tiga<br />orang Amir.<br />e. Muhammad ibn Abdurrahman al-Ausat (852-886 M)<br />Muhammad menggantikan kedudukan ayahnya, Abdur Rahman II al Ausat.<br />Gangguan politik yang paling serius terjadi pada masa ini, yang datang dari ummat Islam<br />sendiri. Pemberontak di Toledo dengan bantuan pimpinan suku Leon bangkit menentang<br />Muhammad. Pasukan Muhammad menumpas kekuatan pemberontak di Guadelet. Di<br />Kordova timbul gerakan perusuh, Muhammad segera menempuh langkah pengamanan<br />dengan menumpas semua pemberontak.<br />Kekacauan di pusat pemerintahan dimanfaatkan oleh Perancis dengan menciptakan<br />gangguan di wilayah Utara, dan Normandia melancarkan serbuan di wilayah pantai<br />Spanyol. Kedua kekuatan ini dapat dikalahkan oleh pasukan Muhammad I. Pada akhir<br />masa pemerintahan muncul pemberontakan. Seorang Muslim Spanyol bernama Musa<br />mengklaim sebagai penguasa atas kota Aragon. Pemberontak di wilayah Barat dipimpin<br />oleh Ibnu Marwan. Pemberontakan terbesar terjadi antara kota Ronda dan Malaga yang<br />dipimpin oleh Umar Ibnu Hafsun. Ia berusaha mendirikan negeri merdeka yang didukung<br />oleh tokoh K<br />RISTEN<br />dan penguasa Franka. Muhammad mengirim pasukan dipimpin Munzir.<br />Munzir bergerak ke Utara menundukkan kota Saragosa kemudian menghancurkan<br />kekuatan Ibnu Marwan. Di tengah pertempuran melawan kekuatan Ibnu Hafsun terdengar<br />kematian Muhammad I. Maka Munzir mengakhiri pertempuran dan kembali ke ibu kota.<br />Muhammad merupakan penguasa adil dan bijaksana. Dia berhasil mencapai reputasi yang<br />gemilang selama 34 tahun masa pemerintahannya. Dia tokoh pendidikan dan cinta ilmu<br />pengetahuan.<br />f. Munzir ibn Muhammad (886-888 M)<br />Munzir merupakan penguasa yang enerjik dan pemberani. Seandainya ia berusia<br />panjang, niscaya ia mampu menegakkan perdamaian dan ketertiban negara. Munzir<br />memimpin sendiri pasukan untuk menghadapi kekuatan Umar Ibn Hafsun. Ia keburu<br />meninggal sebelum berhasil mengamankan negara dari gangguan para pemberontak.<br />g. Abdullah ibn Muhammad (888-912 M)<br />Abdullah merupakan saudara Munzir. Menurut Ibn al-Athir, pada masa ini timbul<br />gerakan pemberontak dan kerusuhan di segenap wilayah Spanyol. Kondisi ini berlangsung<br />sejak masa pemerintahan Abdullah hingga pemerintahan Abdullah berakhir. Dia tidak<br />hanya mendapat perlawanan dari Spanyol pedalaman tetapi aristokrasi Arab<br />menentangnya juga. Pertengkaran terjadi antar kalangan Arab, Saville, Elhire. Umar Ibn<br />Page 6<br />Hafsun<br />memanfaatkan<br />kondisi<br />pertengkaran<br />ini<br />dengan<br />memperluas<br />wilayah<br />kekuasaannya. Pemberontakan Umar Ibn Hafsun berhasil dikalahkan oleh Abdullah,<br />sehingga pemberontakan kecil segera tunduk kepadanya. Tahta kerajaan berhasil<br />ditegakkannya.<br />Kekacauan-kekacauan itu timbul dari orang-orang Arab seperti Bani Hajjaj di Asybilia<br />yang ingin merdeka dari ikatan Bani Umayah di Spanyol dan orang barbar, Ibnu tarkid di<br />Merida, serta Indo-Arab (Arab keturunan) di sebelah Barat daya, khususnya ibn Hafsun.<br />Dan masih banyak lagi musuh-musuh besar lainnya. Kekacaubalauan tersebut mencapai<br />puncaknya pada masa Abdullah ibn Muhammad.<br />3. Periode Ketiga (912-1013 M)<br />Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan<br />menyaingi kejayaan Daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurahman III mendirikan Universitas<br />Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku.<br />Awal kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta<br />dalam usia 11 tahun. Oleh karena itu kekuasaan actual berada di tangan para pejabat.<br />Tahun 1013 M, dewan menteri yang memimpin Cordova menghapuskan jabatan Khalifah.<br />Ketika itu, Spanyol sudah terpecah ke negara-negara kecil yang berpusat di kota-kota<br />tertentu (Watt, 1990:217-218).<br />Periode ini berlangsung dari pemerintahan abd al-Rahman III yang bergelar “an-Nasir”<br />sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang di kenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif.<br />Pada periode ini Spanyol di perintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, Penggunaan<br />gelar Khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurahman III bahwa<br />Muktadir, Khalifah Bani Abbas di Baghdad meninggal.<br />Gelar Khalifah di pakai oleh Bani Umayyah di Spanyol mulai tahun 929 M. Khalifah-<br />Khalifah besar yang memerintah pada saat itu ada tiga orang yaitu:<br />a. Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 M)<br />Abd al-Rahman al-Nasir (Abd al-Rahman III) menggantikan kedudukan ayahnya pada<br />usia 21 tahun. Penobatannya dapat diterima di kalangan. Pada tahun 913 M Abdur<br />Rahman mengumpulkan pasukan militer yang sangat besar. Pihak perusuh gentar dengan<br />kekuatan militer Abdur Rahman III. Dengan demikian, dia dapat menaklukkan kota besar<br />di utara Spanyol kemudian Saville dengan mudah. Suku Barbar dan umat K<br />RISTEN<br />yang<br />selama ini menjadi perintang kini tunduk kepada Abdur Rahman III. Hanya masyarakat<br />Toledo berusaha melawan, namun dapat dikalahkan.<br />Dua tahun dari masa penobatan Abdur Rahman III, Ordano II, kepala suku Leon,<br />datang menyerbu wilayah Islam. Pada saat itu Abdur Rahman terlibat perselisihan dengan<br />Khalifah Fatimiyah. Ahmad Ibn Abu Abda ditunjuk memimpin pasukan untuk menghadapi<br />pasukan Ordano II, kemudian bersekutu dengan Sancho, kepala suku Navarre. Suku Leon<br />dan Suku Navarre dihancurkan oleh Abdur Rahman sendiri, bersamaan dengan<br />terbunuhnya Ordano II dan Sanche. Abdur Rahman merupakan orang pertama yang<br />mengklaim kedudukannya sebagai Khalifah dengan gelar al-Nasir Lidinillah setelah ia<br />berhasil dengan menumpas pemberontakan K<br />RISTEN<br />suku Leon dan Navarre.<br />b. Hakam II (961-976 M)<br />Hakam II menggantikan kedudukan ayahnya, Abdur Rahman. Pada masa ini<br />pemimpin suku Navarre yang pada masa Abd al-Rahman mengakui pemerintahan Islam,<br />berusaha melepaskan diri dengan anggapan bahwa Hakam terkenal sebagai suku<br />Page 7<br />perdamaian dan terpelajar. Dia tidak akan menuntut ketentuan dalam perjanjian<br />sebelumnya dan seandainya dia memilih jalan perang niscaya ketentuan Hakam tidak<br />sekuat kecakapan militer ayahnya. Akan tetapi Hakam membuktikan bahwa dia tidak<br />hanya terpelajar melainkan juga pemimpin militer yang cakap. Sancho pimpinan K<br />RISTEN<br />suku Leon dan pimpinan K<br />RISTEN<br />ditundukkan. Ia juga mengerahkan pasukannya di pimpin<br />Ghalib ke Afrika untuk menekan kekuatan Fatimiyah. Ghalib sukses menegakkan<br />kekuasaan Umayyah Spanyol di Afrika Barat.<br />Setelah berhasil mengamankan situasi politik, Hakam menunjukkan dirinya dalam<br />gerakan pendidikan. Dalam gerakan ini berhasil mengumpulkan tidak kurang dari 400.000<br />buku dalam perpustakaan negara di Kordova. Para ilmuwan, filosof, ulama dapat bebas<br />memasukinya. Untuk meningkatkan kecerdasan rakyat, dia mendirikan sekolah-sekolah.<br />Hasilnya seluruh rakyat Spanyol mengenal baca tulis. Sementara umat K<br />RISTEN<br />Eropa<br />kecuali pendeta tetap dalam kebodohan. Dengan meninggalnya hakam pada tahun 976 M<br />masa kejayaan Dinasti Umayyah di Spanyol berakhir.<br />c. Hisyam II (976-1009 M)<br />Hakam mewariskan kedudukannya kepada Hisyam II, anaknya yang berusia 11<br />tahun. Oleh karena itu, kekuasaan actual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981<br />M, Khalifah menunjuk Muhammad Ibn Abi ‘Amir seorang yang sangat ambisius. Setelah<br />berhasil menyingkirkan rekan-rekan dan saingannya, dia menancapkan kekuasaannya dan<br />melebarkan wilayah kekuasaan Islam. Atas keberhasilannya, dia mendapat gelar al-<br />Manshur Billah. Ia merekrut militer dari suku Barbar menggantikan militer Arab. Kekuatan<br />militer Barbar berhasil menundukkan kekuatan K<br />RISTEN<br />di wilayah Spanyol dan berhasil<br />memperluas Bani Umayyah di Barat laut Afrika. Akhirnya ia memegang seluruh kekuasaan<br />negara.<br />Al-Manshur Billah meninggal tahun 1002 M di Madinaceli. Ia merupakan negarawan<br />dan jendral Arab yang terbesar di Spanyol. Menurut ahli sejarah, Dozy, pada masa ini<br />rakyat lebih makmur dari masa sebelumnya Dia digantikan oleh anaknya bernama al-<br />Muzaffar yang berhasil mempertahankan kondisi ini, selama 6 tahun. Muzaffar mewariskan<br />jabatannya kepada saudaranya bernama Abdur Rahman yang julukannya Sanchol, yang<br />tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Sepeninggal Muzaffar, Spanyol dilanda kerusuhan<br />dan akhirnya mengalami kehancuran total. Pada tahun 1009 M Khalifah mengundurkan<br />diri. Bebarapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup<br />memperbaiki keadaan . Akhirnya pada trahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah<br />Cordova menghapus jabatan Khalifah (Watt, 1990:217-218).<br />4. Periode keempat (1013-1086 M)<br />Pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah<br />pemerintahan raja-raja golongan atau al-Mulukuth at-Thawaif, yang berpusat di suatu kota<br />seperti Serville, Cordova, Toledo dan lain-lainnya. Yang terbesar diantaranya adalah<br />Abbadiyah di Seville. Meskipun demikian kehidupan intelektual terus berkembang.<br />Pada periode ini ummat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern.<br />Ironisnya, ketika terjadi perang saudara, diantara pihak yang bertikai meminta bantuan<br />kepada raja-raja K<br />RISTEN<br />. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik<br />Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang K<br />RISTEN<br />pada periode ini mulai mengambil<br />inisiatif penyerangan. Meskipun demikian, pada masa itu kehidupan intelektual terus<br />berkembang. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan<br />perlindungan dari satu istana ke istana lain (Spuler, 1972:108).<br />Lebih kurang setengah abad, antara keruntuhan kehalifahan Umayyah dan tampilnya<br />Al-Murawiyyah, merupakan masa fragmentasi politis. Dinasti-Dinasti ini terdiri dari<br />Page 8<br />berbagai ras, yang mencerminkan kemajemukan kelas-kelas militer di bawah Umayyah dan<br />ketegangan etnis serta persaingan dikalangan kelompok. Pada abad ke-11, sebagaian Arab<br />seperti Abadiyah di Seville dan Hudiyah di Saragossa, dan sebagian lainnya di Barbar<br />seperti Miknasa Aftashiyah di Badajoz, Zennun di Teledo dan Hammudiyah di Malaga, dan<br />silsilah keturunan mereka melalui Idrisiyah di Maroko sampai ke Khalifah Ali, juga<br />sebagian Dinasti Taifa dari sejumlah besar pasukan yang datang dari Afrika pada ahir abad<br />kesepuluh di bawah Al-Manshur, seperti Shanhaja, Barbar, Ziriyyah dari Elvira<br />(sekelompok klien Amiriyyah dan keturunan Al-Manshur) memperoleh kemajuan di<br />Valencia.<br />Sebagian<br />besar<br />Dinasti<br />Taifa<br />menjalankan<br />kebijaksanaan<br />agresif<br />dengan<br />mengorbankan tetangga mereka. Dinasti Abbadiyah merentangkan sayapnya hampir ke<br />Toledo. Untuk mewujudkan rencana mereka, pada satu tahap Abbadiyah menghidupkan<br />kembali seorang yang mengaku sebagai Khalifah terakhir Bani Umayyah, Hisyam III.<br />Menjelang akhir abad ke-11, mulailah terjadi reaksi terhadap kaum Muslim di<br />Spanyol. Kelas-kelas religius memberikan reaksi terhadap hedonisme dan ketidak<br />bertanggung jawaban banyak penguasa lokal, dan siap menerima pemerintahan Al-<br />Murawiyyah Barbar yang puritan yang kebetulan, pada tahun 1085 M orang K<br />RISTEN<br />berhasil merebut Toledo. Dan ini memaksa raja penyair Abadiyya Al-Mu’tamid untuk<br />berpaling kepada Murawiyyah.<br />Adapun Dinasti-Dinasti yang paling penting diantara Muluk Ath-Tawa’if adalah<br />sebagai berikut :<br />a. Hamudiyyah di Malaga dan Algeciras (110-1057 M)<br />b. Abbabiyah di Seville (1023-1091 M)<br />c. Zirriyah di Granada (1012-1090 M)<br />d. Banu Yahya di Niebla (1023-1051 M)<br />e. Banu Muzayn di Silves, Algarve (1028-1053 M)<br />f. Banu Rezin di Al Barraan, al Sahla (1011-1107 M)<br />g. Banu Qosim di Alpuence (1029-1092 M)<br />h. Jahwariyyah di Cordova (1031-1069 M)<br />i. Afthasiyyah atau Banu Maslama di Badajoz (1022-1094 M)<br />j. Dzun Nuniyah di Toledo (sebelum 1028-1085)<br />k. Ameriyyah di Valencia (1021-1096 M)<br />l. Banu Shumadihiyah di Almeria (1039-1087 M)<br />m. Al-Murawiyyah di Spanyol Muslim (1090 M) (Bosrworth, 1993:112).<br />5. Periode Kelima (1086-1248 M)<br />Pada periode ini Spanyol Islam meskipun terpecah dalam beberapa negara tetapi ada<br />kekuatan dominan yaitu kekuasaan Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti<br />Muwahhidun (1146-1235 M).<br />a. Murabithun atau Al Murawiyah di Afrika Utara dan Spanyol (1056-1147 M)<br />Murabithun atau Al–Murawiyah merupakan salah satu Dinasti Islam yang berkuasa<br />Page 9<br />di Maghrib. Nama Al-Murabithun berkaitan dengan nama tempat tinggal mereka yang pada<br />awalnya mereka menempati Ribat (sejenis surau). Asal-usul dinasi ini dari Lemtuna, salah<br />satu dari suku Sanhaja, Mereka juga disebut al-Mulassimun (orang-orang bercadar).<br />Pada abad kesebelas pemimpin Sanhaja, Yahya bin Ibrahim, melaksanakan ibadah<br />haji ke Makkah. Dan sekembalinya dari Arabia, ia mengundang Abdullah bin Yasin seorang<br />alim terkenal di Maroko, untuk membina kaumnya dengan keagamaan yang baik,<br />kemudian beliau dibantu oleh Yahya bin Umar dan saudaranya Abu Bakar bin Umar.<br />Perkumpulan ini berkembang dengan cepat , sehingga dapat menghimpun sekitar 1000<br />orang pengikut.<br />Di bawah pimpinan Abdullah bin Yasin dan komando militer Yahya bin Umar mereka<br />berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Wadi Dara, dan kerajaan Sijil Mast<br />yang dikuasai oleh Mas’ud bin Wanuddin. Ketika Yahya bin Umar meninggal Dunia,<br />jabatannya diganti oleh saudaranya, Abu Bakar bin Umar, kemudian ia menaklukkan<br />daerah Sahara Maroko. Setelah diadakan penyerangan ke Maroko tengah dan selatan<br />selanjutnya menyerang suku Barghawata yang menganut paham bid’ah. Dalam<br />penyerangan ini Abdullah bin Yasin wafat (1059 M). Sejak saat itu Abu Bakar memegang<br />kekuasaan secara penuh dan ia berhasil mengembangkannya.<br />Abu Bakar berhasil menaklukkan daerah Utara Atlas Tinggi dan akhirnya pada tahun<br />1070 M, ia dapat menaklukkan daerah Marrakech (Maroko). Kemudian ia mendapat berita<br />bahwa Buluguan, Raja Kala dari Bani Hammad mengadakan penyerangan ke Maghrib<br />dengan melibatkan kaum Sanhaja. Mendengar berita itu ia kembali ke Sanhaja untuk<br />menegakkan perdamaian. Setelah berhasil memadamkan, ia menyerahkan kekuasaanya<br />kepada Yusuf bin Tasyfin (2 September 1107), kemudian ia mengatakan bahwa Maroko di<br />bawah kekuasaannya.<br />Pada tahun 1062 M, Yusuf bin tasyfin mendirikan ibu kota di Maroko. Dia berhasil<br />menaklukkan Fez (1070 M) dan Tangier (1078 M). Pada tahun 1080-1082 M, ia berhasil<br />meluaskan wilayah sampai ke Al Jazair. Dia mengangkat para pejabat Al-Murabithun<br />untuk menduduki jabatan Gubernur pada wilayah taklukannya, sementara ia memerintah<br />di Maroko. Yusuf bin Tasfin meninggalkan Afrika pada tahun 1086 M dan memperoleh<br />kemenangan besar atas Alfonso VI (Raja Castile Leon) dan Yusuf bin Tasfin mendapat<br />dukungan dari Muluk At-Thawa’if dalam pertempuran di Zallaqah. Ketika Yusuf bin Tasfin<br />meninggal Dunia, ia mewariskan kepada anaknya, Abu Yusuf bin Tasyfin. Warisan itu<br />berupa kerajaan yang luas dan besar terdiri dari negeri-negeri Maghrib, bagian Afrika dan<br />Spanyol.<br />Ali ibn Yusuf melanjutkan politik pendahulunya dan berhasil mengalahkan anak<br />Alfonso VI (1108 M). Kemudian ia ke Andalusia merampas Talavera Dela Rein. Lambat laun<br />Dinasti Al-Murabithun mengalami kemunduran dalam memperluas wilayah. Kemudian Ali<br />mengalami kekalahan pertempuran di Cuhera (1129 M). kemudain ia mengangkat anaknya<br />Tasyfin bin Ali menjadi Gubernur Granada dan Almeria. Hal ini dilakukan sebagai upaya<br />untuk menguatkan moral kaum Murabithun untuk mempertahankan serangan dari raja<br />Alfonso VII. Dinasti Al-Murabithun memegang kekuasan selama 90 tahun, dengan enam<br />orang penguasa yaitu :<br />1. Abu Bakar bin Umar (1056-1061 M)<br />2. Yusuf bin Tasyfin (1061-1107 M)<br />3. Ali bin Yusuf (1107-1143 M)<br />4. Tasyfin bin Ali (1143-1145 M)<br />5. Ibrahim bin Tasfin<br />Page 10<br />6. Ishak bin Ali.<br />Masa terahir Dinasti Al-Murabithun tatkala dikalahkan oleh Dinasti Muwahiddun<br />yang dipimpin oleh Abdul Mun’im. Dinasti Muwahiddun menaklukkan Maroko pada tahun<br />1146-1147 M yang ditandai dengan terbunuhnya penguasa Al-Murabithun yang terakhir,<br />Ishak bin Ali.<br />Ketika kekuasaan Bani Umayah Spanyol pecah, ada suatu kekuatan yang baru<br />muncul di Afrika Barat. Para ketua Muslim di Spanyol melupakan perbedaan mereka. Pada<br />saat yang kritis itu dan meminta bantuan kepada Yusuf ibn Tasyfin, Raja al-Murabithun di<br />Afrika Barat. Yusuf menanggapi permintaan mereka dan menyebrang ke Spanyol pada<br />tahun 1086 M. Pasukan Gabungan itu bertemu dengan pasukan Alfanso di Zalaqah. Dalam<br />pertempuran itu Alfanso dikalahkan. Kemenangan ini membuat Yusuf menjadi Raja. Akan<br />tetapi tidak lama memerintah beliau wafat, dan di ganti oleh anaknya Abul Hasan. Abul<br />Hasan mempunyai kekuatan yang luar biasa, Dia mengalahkan orang K<br />RISTEN<br />dalam<br />beberapa pertempuran selama pemerintahannya. Kekuatan lainnya bernama al-Muahhidun<br />di Afrika<br />a. Muwahhidun atau Al–Muhad di Afrika Utara dan Spanyol (1128-1269 M)<br />Muwahhiddun merupakan Dinasti Islam yang pernah berjaya di Afrika Utara selama<br />lebih satu abad. Didirikan oleh Muhammad bin Tummart. Ibn Tumart menamakan<br />gerakannya dengan Muwahhiddun, karena gerakan ini bertujuan untuk menegakkan<br />tauhid (Keesaan Allah), menolak segala bentuk pemahaman anthropormofisme (Tajsim)<br />yang dianut oleh Murabithun. Karena itu semangat perjuangan Ibn Tumart adalah<br />menghancurkan kekuatan Murabhitun.<br />Pada tahun 1129 M, di bawah komando Abu Muhammad Al Basyir, kaum<br />Muwahiddun menyerang ibu kota Murabithun. Peristiwa itu terkenal dengan nama perang<br />Buhairah. Dalam perang itu Muwahhidun kalah dan mengakibatkan meninggalnya Ibn<br />Tumart. Pada tahun 1163 M, Abdul Mun’im bin ‘Ali diangkat sebagai pemimpin<br />menggantikan Ibn Tumart. Di bawah kepemimpinannya Al-Muwahiddun<br />meraih<br />kemenangan. Pada tahun 1131 M Muwahiddun menguasai Nadla , Dir’ah Taigar, Fazar dan<br />Giyasah. Pada tahun 1139 M, Muwahiddun melancarkan serangan ke pertahanan<br />Murabithun sehingga jatuh ketangan kaum Muwahiddun. Fez kota terbesar kedua setelah<br />Marrakech, direbut al-Muwahhidun pada tahun 1145 M. Setahun kemudian berhasil<br />menguasai Marrakech dan menjatuhkan Murabithun.<br />Setelah berhasil menjatuhkan Murabithun Abdul Mun’im memperluas wilayah<br />kekuasaannya, pada tahun 1152 M Al-Jazair direbutnya. 6 tahun berikutnya wilayah<br />Tunisia dikuasai dan 2 tahun setelah itu Tripoli jatuh ketangannya. Kekuasaannya dari<br />Tripoli hingga ke Samudera Atlantik sebelah Barat, suatu prestasi gemilang dan belum<br />pernah dicapai oleh Dinasti manapun di Afrika Utara. Pada tahun 1162 M, Abdul Mun’im<br />memperluas wilayahnya ke daerah yang dikuasai orang Kristen, tetapi pada tahun itu<br />Abdul Mun’im wafat. Ia diganti puteranya Abu Ya’kup Yusuf Abdul Mun’im (1184 M). Ia<br />memperluas wilayah di utara dari timur pada tahun 1169 M dibawah Abu Hafs al<br />Muwahhidun, dia berhasil merebut Toledo.<br />Dalam beberapa generasi ini Muwahhidun mengalami masa kemajuan. Akan tetapi<br />setelah kematian Ya’kub Muwahhidun memasuki masa kemunduran. Bersamaan dengan<br />kemunduran ini, pasukan Salib yang telah dikalahkan oleh Salahuddin di Palestina<br />kembali ke Eropa dan mulai menggalang kekuatan baru dibawah pimpinan Alfonso IX.<br />Kekuatan K<br />RISTEN<br />ini mengulangi serangan ke Andalusia dan kali ini mereka berhasil<br />mengalahkan kekuatan Muslim Muwahhidun. Setelah beberapa kali mengalami kekalahan<br />Page 11<br />dan akhirnya penguasa muwahhidun meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara<br />(Maroko) pada tahun 1235 M. Adapun urutan-urutan penguasa Al Muwahhidun sebagai<br />berikut :<br />1. Muhammad bin Tumart Al Mahdi (1121-1130 M)<br />2. Abdul Mun’im bin Ali (1130-1163 M)<br />3. Abu Ya’kub Yusuf (1163-1184 M)<br />4. Abu Yusuf Ya’kub al Mansur (1184-1198 M)<br />5. Muhammad An Nasir (1198-1214 M)<br />6. Abu Yusuf Ya’kub Al Mustansir (1214-1224 M)<br />7. Dsb.<br />Muhammad ibnu Tumart, seorang penduduk asli dari suku di Afrika Barat,<br />mengangkat Abdul Mikmin sebagai wakilnya, setelah Abdul Mukmin wafat di ganti oleh<br />saudaranya Abu Yakub Yusuf. Dia seorang yang dermawan. Beliau digantikan oleh<br />anaknya yang terkenal yaitu Ya’kub yang di bawah pemerintahannya, kekuasaan<br />Muwahhidun mencapai puncaknya. Setelah beliau wafat kekuatan Kristen mulai muncul.<br />Orang Islam di bawah pemerintahan Muwahhidun melawan orang Kristen di al-Ukab,<br />akhirnya orang Muahhidun dikalahkan orang Kristen dengan pasukan yang besar (Ali,<br />Afandi,1995:353-301).<br />b. Kerajaan Islam Rustamiyah (Reconguista) di Algeria (Aljazair Barat) (777-909M)<br />Rustamiyah adalah sebuah Dinasti yang berkuasa di Al Jazair, Afrika utara, selama<br />136 tahun. Sejak Dunia Islam dikuasai oleh Dinasti Bani Abbas (750 M), Dinasti<br />Rustamiyyah merupakan Dinasti kedua yang berdiri di luar kontrol Dinasti Bani Abbas,<br />yang pertama adalah Dinasti Umayyah, yang berhasil bangkit kembali di Andalusia<br />(Spanyol) pada tahun 756 M.<br />Pendiri Dinasti Rustamiyah ini adalah Kadi Abdurrahman, putra Rustam (seorang<br />persia). Semula keluarga Rustamiyah berkuasa di Qoiruan (758-762 M) tapi karena<br />mendapat serangan kuat dari pihak lawan, terpaksa lari kebarat yakni Al Jazair. Di daerah<br />baru itulah keluarga Rustamiyah membangun kota Tahert (762 M). Ketika Kadi<br />Abdurrahman membangun kota Tahert pada 777 M, tempat tersebut langsung dijadikan<br />ibu kota.<br />Daerah yang dikuasai Dinasti Rustamiyah ini lebih kurang seluas Al Jazair bahkan<br />bagian tenggara mencakup wilayah Barat Libia. Tetangganya di sebelah Barat adalah<br />Dinasti Idrisiyah di Maroko, di timur adalah Dinasti Aglabiyah di Tunisia dan di selatan<br />dikuasai Dinasti Midrariyah.<br />Dinasti Rustamiyah membangun hubungan baik dengan Dinasti Midrariyah antara<br />lain dengan ikatan perkawanan, demikian juga menjalin hubungan baik dengan Dinasti<br />Umayyah yang berkuasa di Andalusia. Pada tahun 882 M pihak Rustamiyah berkunjung ke<br />istana Dinasti Umayyah dan disambut gembira oleh Amir Abdurrahman II. Pada tahun 853<br />M Dinasti Rustamiyah mendapat hadiah persahabatan dari amir Muhammad I.<br />Persahabatan dengan Dinasti Midrariyah dan Umayyah cukup menguntungkan Dinasti<br />Rustamiyah baik dari sudut politik dan ekonomi.<br />Imam kedua (Abdul Wahhab) pernah menghimpun kabilah-kabilah Barbar di luar<br />kota Tripoli yang berada di tangan Aglabiyah dan menyerang pasukan Aglabiyah di kota itu,<br />dan peperangan berahir dengan perdamain. Peperangan dengan Idrisiyah pernah terjadi<br />Page 12<br />pada masa pemerintahan Imam Afiah (Imam ketiga). Peperangan antara Rustamiyah<br />melawan kabilah Barbar yang menjadi pendukung Dinasti Idrisiyah dan dimenangkan oleh<br />Dinasti Rutamiyah, sehingga mereka memperoleh harta rampasan yang banyak.<br />Dinasti Rustamiyah tidak lagi berdaya melawan pasukan Fatimiyah, Dinasti yang<br />baru tumbuh di Afrika Utara, namun bangkitnya Fatimiyah di Maroko berakibat fatal bagi<br />Rustamiyah. Oleh karena itu, berahirlah riwayat Bani Rustamiyah pada 909 M. Banyak<br />diantara penduduk Rustamiyah dibunuh dan sisanya melarikan diri keselatan yaitu ke<br />Wargla (Van Hoeve, 1994:72). Adapun urutan-urutan pemimpin Dinasti Rustamiyah<br />sebagai berikut :<br />1. Abdurrahman (777-784 M)<br />2. Abdul Wahhab (784-822 M)<br />3. Aflah (822-871 M)<br />4. Abu Bakar ( 871- M)<br />5. Muhammad (?- 894 M)<br />6. Yusuf (894-907 M)<br />7. Ya’qub (907- 909 M)<br />Paus Gregori VII mengadakan gerakan Rekonguista sebagai kewajiban agama K<br />RISTEN<br />dan sebagai sebuah ambisi teritorial raja-raja Spanyol Kerajaan K<br />RISTEN<br />dengan semangat<br />untuk mempersatukan kerajaan Castile, Leon, dan kerajaan Galicia. Pada tahun 1085 M,<br />Alfanso VI menaklukan Toledo. Hal ini merupakan awal dari pecahnya peperangan antara<br />pihak Muslim yang brilliant yang salah satunya menjadi ibukota kerajaan Visighotik<br />Spanyol telah jatuh ketangan orang K<br />RISTEN<br />.<br />Kaum migran K<br />RISTEN<br />membanjiri Toledo, tetapi warga Muslim dan Muzarab tetap<br />bertahan tinggal disana. Pada paro abad ke dua abad 12, Gerakan Reconguista telah<br />melembaga, terlepas dari perang Salib kecil yang tengah berlangsung di Palestina, Libanon,<br />dan Sicila. Maka hal ini merupakan pengalaman pertama, dimana umat Islam berada di<br />bawah pemerintahan non Muslim (Lapidus,1999:588).<br />6. Periode keenam 1248-1492 M)<br />Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di Daerah Granada, di bawah Dinasti Bani<br />Ahmar (1235-1492M). Peradaban kembali mengalami kemajuan, akan tetapi secara politik<br />Dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan<br />pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana<br />memperebutkan kekuasaan. Tahun 1492 M kekuasaan Islam di Spanyol berakhir<br />(Yatim,1997:99-100).<br />Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang terhadap ayahnya karena menunjuk<br />anaknya yang lain sebagai yang artinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha<br />merampas kekuasaan . dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh<br />Muahammad Ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan<br />Isabela untuk menjatuhkannya. Dua penguasa K<br />RISTEN<br />ini dapat mengalahkan penguasa<br />yang sah dan Abu Abdullah naik tahta (Syalabi, 1983:76).<br />Tentu saja Ferdenand dan Isabela yang mempersatukan dua kerajaan K<br />RISTEN<br />melalui<br />perkawinan itu tidak cukup merasa puas, keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir<br />umat Islam di Spanyol. Abu abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang<br />Kristen dan akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan<br />Page 13<br />Isabela, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasan Islam di<br />Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk<br />Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada<br />lagi umat Islam di daerah ini (Nasution, 1985:82).<br />C. Perkembangaan Peradaban<br />Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, Umat Islam telah<br />mencapai kejayaannya disana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya<br />membawa Eropa dan Dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.<br />1. Kemajuan Intelektual<br />Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan ini mendatangkan penghasilan<br />ekonomi yang tinggi, sehingga banyak menghasilkan pemikir.<br />Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari<br />komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk<br />Islam, Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-shaqalibah (penduduk daerah<br />antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada<br />penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, K<br />RISTEN<br />Muzareb yang berbudaya<br />Arab dan K<br />RISTEN<br />yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali<br />yang terakhir, memberikan sahan intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya<br />Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra dan pembangunan fisik Spanyol<br />(Badi’, 1969:38).<br />Adapun kemajuan-kemajuan intelektual yang telah dicapai oleh<br />Islam di Spanyol<br />antara lain:<br />a. Filsafat<br />Hal ini terjadi pada tahun 961-976 M, atas inisiatif al-Hakam untuk mengimpor karya-<br />karya ilmiah dan filosofis dari Timur, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan<br />universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di<br />Dunia Islam. Tokoh utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah<br />Abu Bakr Muhammad ibn al sayigh (Ibnu Majah).<br />b. Sains<br />Ilmu-ilmu kedokteran, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang<br />dengan baik. Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi (Syalabi,<br />1983:86). Dalam bidang sejarah dan geografi terdapat Ibn Jubair dari Valencia (1145-<br />1228 M), Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) dan lain-lain.<br />c. Fikih<br />Spanyol Islam adalah penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan pertama adalah<br />Ziyad ibn abd al-Rahman.<br />d. Musik dan Kesenian<br />Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan<br />tokohnya al-Hasan ibn Nafi (Zaryab).<br />e. Bahasa dan Sastra<br />Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam Spanyol<br />dan ini dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non Islam. Diantara orang-orang<br />Page 14<br />yang ahli dalam bahasaArab dan tata bahasa adalah Ibn Sayyidih, Ibn Khuruf dan<br />lain-lainnya.<br />2. Kemajuan pembangunan fisik<br />Disamping kemjuan intelektual, Spanyol Islam juga mencapai kemajuan di bidang<br />pembangunan fisik. Pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat<br />banyak. antara lain dalam perdangangan, jalan-jalan dan pasar-pasar, bidang pertanian<br />dan lain-lainya.<br />Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang menonjol adalah<br />pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman dan<br />tanaman-tanaman. Di antara pembangunan yang megah adalah Masjid Cordova, kota al-<br />Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, Istana al-Makmun, Masjid Seville dan<br />Istana al-Hamra di Granada.<br />Cordova dan Granada di masa Bani Umayah mengalami perkembangan yang pesat.<br />Banyak pembangunan yang dilaksanakan, seperti Istana dan Masjid-masjid. Kota ini di<br />perluas dengan memperbesar tembok yang mengelilinginya. Dan berdirinya sebuah<br />jembatan dengan gaya arsitektur Islam yang mempunyai<br />16 lengkungan dalam gaya<br />Romawi,menghubungkan Cordova dengan daerah pinggiran di gerbang sungai. Sedangkan<br />di sebelah Barat jambatan itu berdiri Istana al-Cazar. Perkembangan ini terjadi pada masa<br />pemerintahan Abdurrahman An-Nasir di pertengahan abad ke-10 M. Cordova juga terkenal<br />dengan barang-barang kerajinan dari perak, sulaman-sulaman dari sutra dan kulit, yang<br />mempunyai bentuk khusus. Pada masa ini Cordova menjadi pusat Ilmu Pengetahuan, dan<br />berdirinya Universitas Cordova. Di samping itu, di kota ini terdapat sebuah perpustakaan<br />besar yang mempunyai koleksi buku kira-kira 400.000 judul (Lapidus, 1999:581). Begitu<br />juga dalam bidang pertanian ,dengan pembangunan irigasi yang baik, membawa<br />kemakmuran dan kesejahteraan kepada masyarakat. Sehingga mampu membangun<br />beberapa Daerah (Hoeve,1994:147).<br />a) Cordova<br />Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh<br />Bani Umayyah, Abdurrahman<br />Ad-Dakhil (822-852 M). Kemudian mencapai puncak<br />keindahannya pada masa Abdurrahman An Nasyir (911-961 M). Kota ini indah dipandang<br />mata. Jembatan besar dibangaun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-<br />taman dibangun untuk menghiasi. Pohon-pohon dan bunga-bunga di impor dari Timur.<br />Diantara kebanggaan kota Cordova adalah masjid Cordova. Di kota Cordova terdapat 491<br />masjid. Disamping itu, ciri khusus kota adalah adanya tempat pemandian. Di Cordova<br />terdapat 900 pemandian.<br />b) Granada<br />Granada memiliki tanah yang subur, banyak pegunungan dan sungai-sungai. Pada<br />sebuah bukit kecil yang tingginya 150 meter di atas kota Granada terdapat sebuah istana<br />yang indah yang dibuat oleh raja Bani Akhmar dan diberi nama Al-Hamrah. Al-Hamrah<br />merupakan istana yang permai yang megah dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol<br />Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.<br />Sedangkan dalam bidang pertanian, Spanyol sudah mengenal irigasi dan saluran-<br />saluran air. Dengan pembangunan irigasi yang baik mereka dapat membangun kebun-<br />kebun tebu, kapas, padi, jeruk, anggur. Kemajuan dalam bidang ini membawa<br />kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Karena kemajuan ekonomi Spanyol mampu<br />membangun beberapa kota yang megah dan mempunyai banyak bangunan yang<br />Page 15<br />monumental. Abdurrahman III membangun kota Cordova dilengkapi dengan taman, Istana,<br />jalan-jalan, masjid, perpustakaan. Kota termegah adalah Az-Zahrah yang dibangun oleh<br />Abdurrahman III dan kota Granada yang cantik yang memiliki al-Hamrah terkenal di<br />seluruh Dunia (Yatim,1997: 99-100).<br />3. Faktor-faktor pendukung kemajuan<br />Kemajuan-kemajuan yang terjadi di Spanyol Islam di pengaruhi oleh beberapa faktor:<br />a. Adanya penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan<br />ummat Islam, seperti abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman-Wasith dan Abd al-<br />Rahman al-Nasir.<br />b. Adanya kebijaksanaan penguasa untuk memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah oleh<br />penguasa Dinasti Umayyah di Spanyol seperti Muhammad ibn abd al-Rahman (852-<br />886 M dan al-Hakam II al-Muntashir (961-976 M).<br />c. Penguasa menegakkan toleransi beragama terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi,<br />sehingga mereka ikut berpartisipasi dalam mewujudkan peradaban Islam di Spanyol (Fakhri,<br />1986:356).<br />d. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai komonitas<br />baik agama maupun bangsa sehingga mereka bekerjasama dan menyumbangkan kelebihannya<br />masing-masing.<br />e. Adanya kesatuan budaya Islam. Meskipun pada saat itu ada persaingan sengit antara<br />Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol tapi para ilmuwan bebas melakukan<br />perjalanan untuk menuntut ilmu mulai dari ujung Barat wilayah Islam ke ujung<br />timur.<br />f. Perpecahan politik masa Muluk al-Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan<br />mundurnya peradaban karena setiap Dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Seville, Granada<br />dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova bahkan diantaranya justru lebih maju<br />(Badi’, 1969:10).<br />D. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Spanyol Islam<br />1. Konflik Islam dan Kristen.<br />Kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol<br />Kristen, sehingga kehidupan negara Islam tidak pernah sepi dari pertentangan antara<br />Islam dan Kristen.<br />2. Tidak adanya ideologi pemersatu<br />Di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-<br />orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Mereka masih memberi<br />istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dianggap<br />merendahkan.<br />3. Kesulitan ekonomi<br />Pada paruh kedua masa Islam di Spanyol, Para menguasa membangun kota dan<br />mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai membina<br />perekonomian.<br />4. Tidak jelasnya sistem peralihan pemerintahan<br />Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris.<br />5. Keterpencilan<br />Page 16<br />Spanyol Islam terpencil dari Dunia Islam yang lain. Ia berjuang sendirian tanpa<br />mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan<br />alternatif yang mampu membendung kebangkitan di sana (Yatim, 2003:107-108)educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-57261205247925806352008-07-01T06:27:00.000-07:002008-07-01T06:28:28.648-07:00sejarah peradaban islam 2KATA PENGANTAR<br /><br />Bismillahirrahmanirrahim<br /><br />Puji rasa syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana telah memberikan kenikmatan kepada kita semua, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Resume ini.<br /><br />Sholawat serta Salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi Besar Muhamad SAW. Yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman Islamiah.<br /><br />Bergema seiring nada mengalunkan kata hati yang senantiasa mengungkapkan getaran jiwa, Penyusun dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penulisan Resume ini, masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini dengan keterbatasan kemampuan dan kedangkalan ilmu yang penyusun miliki. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak yang turut membantu terselesainya resume ini.<br /><br />Akhirnya kepada Illahi kita berharap dan berdo’a, semoga resume ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca. Amin….!<br /><br />Tangerang, 03 Desember 2007<br /><br />Ridwan Saputra<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DAFTAR ISI<br /><br />KATA PENGANTAR<br /><br />DAFTAR ISI<br /><br />BAB I. MASA KEMAJUAN ISLAM (650-1000 M)<br /><br />A. Khilafah Rasyidah<br /><br />B. Khilafah Bani Umayah<br /><br />C. Khilafah Bani Abbas<br /><br />BAB II. MASA DISINTEGRASI (1000-1250 M)<br /><br />A. Dinasti-dinasti Yang Memerdekakan Diri dari Bagdad<br /><br />B. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan<br /><br />C. Perang Salib<br /><br />D. Sebab-sebab Kemunduran Pemerintahan Bani Abbas<br /><br />BAB III. ISLAM DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP<br /><br />RENAISANS DI EROPA<br /><br />A. Masuknya islam ke Spanyol<br /><br />B. Perkembangan Islam di Spanyol<br /><br />C. Kemajuan Peradaban<br /><br />D. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran<br /><br />BAB IV. MASA KEMUNDURAN (1250-1500 M)<br /><br />A. Bangsa Mongol dan Dinasti Ilkhan<br /><br />B. Serangan-Serangan Timur Lenk<br /><br />C. Dinasti Mamalik di mesir<br /><br />BAB V. MASA TIGA KERAJAAN BESAR (1500-1800)<br /><br />A. Kerajaan Usmani<br /><br />B. Kerajaan Safawi di Persia<br /><br />C. Kerajaan Mughal di India<br /><br />D. Perbedaan Kemajuan Masa Ini Dengan Masa Klasik<br /><br />BAB VI. KEMUNDURAN TIGA KERAJAAN BESAR (1700-1800 M)<br /><br />A. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi<br /><br />B. Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal<br /><br />C. Kemunduran Kerajaan Usmani<br /><br />D. Kemajuan Eropa (Barat)<br /><br />BAB VII. PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM DAN<br /><br />PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM<br /><br />A. Renaisans di Eropa<br /><br />B. Penjajahan Barat Terhadap Dunia Islam di anak<br /><br />Benua India dan Asia Tenggara<br /><br />C. Kemunduran Kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke Timur Tengah<br /><br />BAB XIII. PUSAT – PUSAT PERADABAN ISLAM<br /><br /> 1. Baghdad<br /> 2. Kairo (Mesir)<br /> 3. Isfahan (Persia)<br /> 4. Istambul (Turki)<br /> 5. Delhi (India)<br /> 6. Andalus (Spanyol)<br /> 7. Samarkan dan bukhara (Transoxania) <br /><br />BAB IX. PERADABAN ISLAM DI INDONESIA<br /><br />A. Sebelum Kemerdekaan<br /><br />B. Sesudah Kemerdekaan<br /><br /><br /><br />BAB I<br /><br />MASA KEMAJUAN ISLAM (650-1000 M)<br /><br />A. Khilafah Rasyidah<br /><br />Khilafah Rasyidah merupakan pemimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW wafat, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dimana sistem pemerintahan yang diterapkan adalah pemerintahan yang demokratis.<br /><br />Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa'idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup alot karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang tinggi, akhirnya, Abu Bakar terpilih. Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.<br /><br />Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.<br /><br />Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.<br /><br />Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.<br /><br />Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu Ubaidah, Amr ibn 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria.<br /><br />Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh "tangan kanan"nya, Umar ibn Khattab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (Komandan orang-orang yang beriman).<br /><br />Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.<br /><br />Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan menciptakan tahun hijrah.<br /><br />Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu'lu'ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn 'Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.<br /><br />Di masa pemerintahan Utsman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristall berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.<br /><br />Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umumnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H 1655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.<br /><br />Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh karabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri.<br /><br />Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegjatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.<br /><br />Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.<br /><br />Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.<br /><br />Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut) Ali, dan al-Khawarij (oran-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij.<br /><br />Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan tentaranya lemah, sementara Mu'awiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu'awiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga menyebabkan Mu'awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama'ah ('am jama'ah)! Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa'ur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.<br /><br />Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:<br /><br /> 1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.<br /> 2. Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Disamping itu, suku-suku bangsa Arab gemar berperang. Semangat dakwah dan kegemaran berperang tersebut membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.<br /> 3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.<br /> 4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.<br /> 5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.<br /> 6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.<br /> 7. Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh. <br /><br />Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa' al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan Nabi. Mereka dipilih melalui proses musyawarah, yang dalam istilah sekarang disebut demokratis. Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan khalifah-khalifah sesudahnya sering bertindak otoriter.<br /><br />B. Khilafah Bani Umayah<br /><br />Khilafah Bani Umayyah berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah, dimana pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun), yang diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak.<br /><br />Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya “khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah.<br /><br />Khalifah besar Bani Umayyah ini adalah Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M), Abd al-Malik ibn Marwan (685- 705 M), al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M), Umar ibn Abd al-Aziz (717- 720 M) dan Hasyim ibn Abd al-Malik (724- 743 M).<br /><br />Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Utsman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Di sebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd al-Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.<br /><br />Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman al-Walid ibn Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah al-Jazair dan Marokko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Sevi’e, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di zaman Umar ibn Abd al-Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.<br /><br />Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.<br /><br />Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Abd al-Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abd al-Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilan Khalifah Abd al-Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid ibn Abd al-Malik (705- 715 M) seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti untuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.<br /><br />Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan ibn Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.<br /><br />Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdulah ibn Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadab Bani Umayyah dimulai oleh Husein ibn Ali. Pada tahun 680 M, ia pindah dari Makkah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein sebagai khalifah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela, sebuah daerah di dekat Kufah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbela.<br /><br />Perlawanan orang-orang Syi’ah tidak padam dengan terbunuhnya Husein. Gerakan mereka bahkan menjadi lebih keras, lebih gigih dan tersebar luas. Banyak pemberontakan yang dipelopori kaum Syi’ah terjadi. Yang termashur diantaranya adalah pemberontakan Mukhtar di Kufah pada tahun 685-687 M. Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali. yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain yang pada masa Bani Umayyah dianggap sebagai warga negara kelas dua. Mukhtar terbunuh dalam peperangan melawan gerakan oposisi lainnya, gerakan Abdullah ibn Zubair. Namun, ibn Zubair juga tidak berhasil menghentikan gerakan Syi’ah.<br /><br />Abdullah ibn Zubair membina gerakan oposisinya di Makkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid. Akan tetapi, dia baru menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husein ibn Ali terbunuh. Tentara Yazid kemudian mengepung Makkah. Dua pasukan bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan. Namun, peperangan terhenti karena Yazid wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus. Gerakan Abdullah ibn Zubair baru dapat dihancurkan pada masa kekhalifahan Abd al-Malik. Tentara Bani Umayyah dipimpin al-Hajjaj berangkat menuju Thaif, kemudian ke Madinah dan akhirnya meneruskan perjalanan ke Makkah. Ka’bah diserbu. Keluarga Zubair dan sahabatnya melarikan diri, sementara ibn Zubair sendiri dengan gigih melakukan perlawanan sampai akhirnya terbunuh pada tahun 73 H/692 M.<br /><br />Hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz (717-720 M). Ketika dinobatkan sebagai khalifah, dia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya. Ini berarti bahwa prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, dia berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah. Dia juga memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan. Kedudukan mawali disejajarkan dengan muslim Arab. Sepeninggal Umar ibn Abd al-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah berada di bawah khalifah Yazid ibn Abd al-Malik (720- 724 M). Penguasa yang satu ini terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid ibn Abd al-Malik. Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan Khalifah berikutnya, Hisyam ibn Abd al-Malik (724-743 M). Bahkan di zaman Hisyam ini muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan berikutnya kekuatan baru ini, mampu menggulingkan dinasti Umawiyah dan menggantikannya dengan dinasti baru, Bani Abbas. Sebenarnya Hisyam ibn Abd al-Maiik adalah seorang khalifah yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi terlalu kuat khalifah tidak berdaya mematahkannya.<br /><br />Sepeninggal Hisyam ibn Abd al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada tahun 750 M, Daulat Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.<br /><br />Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:<br /><br />1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.<br /><br />2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi’ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.<br /><br />3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.<br /><br />4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.<br /><br />5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah, dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.<br /><br />C. Khilafah Bani Abbas<br /><br />Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad SAW, yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Dimana pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dam budaya.<br /><br />Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:<br /><br />1. Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama<br /><br />2. Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama<br /><br />3. Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua<br /><br />4. Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua<br /><br />5. Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad<br /><br />Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.<br /><br />Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. karena itu, pembina sebenarnya dari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja’far al-Manshur (754-775 M). Dia dengan keras menghadapi lawan-lawannya dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi’ah yang merasa dikucilkan dari kekusaan. Untuk mengamankan kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir, karena tidak bersedia membaiatnya, dibunuh oleh Abu Muslim al-Khurasani atas perintah Abu Ja’far. Abu Muslim sendiri karena dikhawatirkan akan menjadi pesaing baginya, dihukum mati pada tahun 755 M.<br /><br />Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Bagdad, dekat bekas ibu kota Persia, Clesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan Penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan perananya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.<br /><br />Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus. Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama genjatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oksus dan India.<br /><br />Pada masa al-Manshur pengertian khalifah kembali berubah. Dia berkata, “Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya saya adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya)”. Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekedar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa’ al-Rasyiduun. Disamping itu, berbeda dari daulat Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai “gelar tahta”, seperti al-Manshur adalah “gelar tahta”. Abu Ja’far. “gelar tahta” itu lebih populer daripada nama yang sebenarnya.<br /><br />Kalau dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas dan Abu Ja’far al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun al-Rasyid (786-809 M), al-Ma’mun (813-833 M), al-Mu’tashim (833-842 M), al-Wasiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M). Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting.<br /><br />Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi. Al-Ma’mun, pengganti al-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.<br /><br />Al-Mu’tashim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa daulat Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat.<br /><br />Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindik di Persia, gerakan Syi’ah, dan konflik antar bangsa dan aliran pemikiran keagamaan. Semuanya dapat dipadamkan.<br /><br />Dari gambaran di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah. Disamping itu, ada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.<br /><br />1. Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.<br /><br />2. Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Ummayah.<br /><br />3. Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum ada tentara khusus yang profesional.<br /><br />Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:<br /><br />1. Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.<br /><br />2. Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.<br /><br />Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu:<br /><br />1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di bidang pemerintahan. Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat<br /><br />2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.<br /><br />Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode,<br /><br />v Penafsiran pertama, tafsir bi al-ma’tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat.<br /><br />v Kedua, tafsir bi al-ra’yi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra’yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut.<br /><br />Imam-imam mazhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Abu Hanifah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qadhi al-Qudhat di zaman Harun al-Rasyid.<br /><br />Berbeda dengan Abu Hanifah, Imam Malik (713-795 M) banyak menggunakan hadits dan tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh mazhab hukum itu ditengahi oleh Imam Syafi’i (767-820 M) dan Imam Ahmad ibn Hanbal (780-855 M).<br /><br />Disamping empat pendiri mazhab besar tersebut, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak mujtahid mutlak lain yang mengeluarkan pendapatnya secara bebas dan mendirikan mazhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.<br /><br />Aliran-aliran teologi sudah ada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murjiah dan Mu’tazilah. Akan tetapi perkembangan pemikirannya masih terbatas. Teologi rasional Mu’tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikiran-pemikirannya yang lebih kompleks dan sempurna baru dirumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran rasional dalam Islam. Tokoh perumus pemikiran Mu’tazilah yang terbesar adalah Abu al-Huzail al-Allaf (135-235 H/752-849M) dan al-Nazzam (185-221 H/801-835M). Asy’ariyah, aliran tradisional di bidang teologi yang dicetuskan oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari (873-935 M) yang lahir pada masa Bani Abbas ini juga banyak sekali terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena al-Asy’ari sebelumnya adalah pengikut Mu’tazilah. Hal yang sama berlaku pula dalam bidang sastra. Penulisan hadits, juga berkembang pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama disebabkan oleh tersedianya fasilitas dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadits bekerja.<br /><br />Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Fargani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al- Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama al-Razi dan Ibn Sina. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibn Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Diantara karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.<br /><br />Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haythami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di bidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata “aljabar” berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam bidang sejarah terkenal nama al-Mas’udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Diantara karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma’aadzin al-Jawahir.<br /><br />Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat. Yang terkenal diantaranya ialah al-Syifa’. Ibn Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme.<br /><br />Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama. Namun sayang, setelah periode ini berakhir, Islam mengalami masa kemunduran.<br /><br />BAB II<br /><br />MASA DISINTEGRASI (1000-1250 M)<br /><br />Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di bidang politik. Dimana salah satu sebabnya adalah kecenderungan penguasa untuk hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan.<br /><br />A. Dinasti-dinasti Yang Memerdekakan Diri dari Baghdad<br /><br />Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas, dengan berbagai cara diantaranya pemberontakan yang dilakukan oleh pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh.<br /><br />Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir zaman Bani Umayyah. Akan tetapi berbicara tentang politik Islam dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan antara pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya benar untuk diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya, banyak daerah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur propinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan pembayaran upeti.<br /><br />Ada kemungkinan bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari propinsi-propinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu. Alasannya, pertama, mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya, kedua, penguasa Bani Abbas lebih menitikberatkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.<br /><br />Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini bisa terjadi dalam salah satu dari dua cara: Pertama, seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulat Umayyah di Spanyol dan Idrisiyyah di Marokko. Kedua, seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kedudukannya semakin bertambah kuat, seperti daulat Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyyah di Khurasan.<br /><br />Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Idrisiyyah di Marokko, propinsi-propinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun pada saat wibawa khalifah sudah memudar mereka melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi beberapa diantaranya bahkan berusaha menguasai khaljfah itu sendiri.<br /><br />Menurut Watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal abad kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang memiliki kekuatan militer di propinsi-propinsi tertentu yang membuat mereka benar-benar independen. Kekuatan militer Abbasiyah waktu itu mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata menjadi ancaman besar terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah (kebangsaan/anti Arab). Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, disamping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam hampir semua segi kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan ada diantara mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.<br /><br />Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, diantaranya adalah:<br /><br />1.Yang berbangsa Persia:<br /><br />a) Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M).<br /><br />b) Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).<br /><br />c) Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).<br /><br />d) Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).<br /><br />e) Buwaihiyyah, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/ 932-1055 M).<br /><br />2.Yang berbangsa Turki:<br /><br />a) Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/837-903 M).<br /><br />b) Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).<br /><br />c) Ghaznawiyah di Afghanistan, (351-585 H/962-1189 M).<br /><br />d) Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya:<br /><br />1. Seljuk besar, atau seljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Abu Thalib Tuqhrul Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522H/1037-1127 M).<br /><br />2. Seljuk Kinnan di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).<br /><br />3. Seljuk Syriaatau Syam di Syria,(487-511 H/1094-1117 M).<br /><br />4. Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).<br /><br />5. Seljuk Rum atau Asia kecil di Asia Kecil, (470-700 H/1077-1299 M).<br /><br />3.Yang berbangsa Kurdi:<br /><br />a) al-Barzuqani, (348-406 H/959-1015 M).<br /><br />b) Abu Ali, (380-489 H/990-1095 M).<br /><br />c) Ayubiyah, (564-648 H/1167-1250 M).<br /><br />4.Yang berbangsa Arab:<br /><br />a) Idrisiyyah di Marokko, (172-375 H/788-985 M).<br /><br />b) Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M).<br /><br />c) Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).<br /><br />d) Alawiyah di Tabaristan, (250-316 H/864-928 M).<br /><br />e) Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/929- 1002 M).<br /><br />f) Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).<br /><br />5.Yang mengaku dirinya sebagai khilafah:<br /><br />a) Umawiyah di Spanyol<br /><br />b) Fathimiyah di Mesir.<br /><br />Dari latar belakang dinasti-dinasti itu, nampak jelas adanya persaingan antarbangsa, terutama antara Arab, Persia dan Turki. Disamping latar belakang kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatarbelakangi paham keagamaan, ada yang berlatar belakang Syi'ah, ada yang Sunni.<br /><br />Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada periode ini, sehingga banyak daerah memerdekakan diri, adalah:<br /><br />1.<br /> <br /><br />Luasnya wilayah kekuasaan daulat Abbasiyah sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.<br /><br />2.<br /> <br /><br />Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.<br /><br />3.<br /> <br /><br />Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.<br /><br />B. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan<br /><br />Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan, dengan membiarkan jabatan tetap dipegang bani Abbas, karena khalifah sudah dianggap sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa diganggu gugat lagi, sedangkan kekusaan dapat didirikan di pusat maupun daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka.<br /><br />Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan Abbasiyah berbeda dengan yang terjadi sebelumnya.<br /><br />Nabi Muhammad SAW memang tidak menentukan bagaimana cara pergantian pimpinan setelah ditinggalkannya. Beliau nampaknya, menyerahkan masalah ini kepada kaum muslimin sejalan dengan jiwa kerakyatan yang berkembang di kalangan masyarakat Arab dan ajaran demokrasi dalam Islam. Dalam perkembangan selanjutnya, proses suksesi kepemimpinan politik dalam sejarah Islam berbeda-beda dari satu masa ke masa yang lain. Ada yang berlangsung aman dan damai, tetapi sering juga melalui konflik dan pertumpahan darah akibat ambisi tak terkendali dari pihak-pihak tertentu. Setelah Nabi wafat, terjadi pertentangan pendapat antara kaum Muhajirin dan Anshar di balai kota Bani Sa'idah di Madinah. Masing-masing golongan berpendapat bahwa kepemimpinan harus berada di pihak mereka, atau setidak-tidaknya masing-masing golongan mempunyai pemimpin sendiri. Akan tetapi, karena pemahaman keagamaan mereka yang baik dan semangat musyawarah dan ukhuwah yang tinggi perbedaan itu dapat diselesaikan, Abu Bakar terpilih menjadi Khalifah.<br /><br />Pertumpahan darah pertama dalam Islam karena perebutan kekuasaan terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Pertama-tama Ali menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan pemberontakan itu adalah Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Usman yang ditumpahkan secara zalim. Namun di balik alasan itu, menurut Ahmad Syalabi, Abdullah ibn Zubairlah yang menyebabkan terjadinya pemberontakan yang banyak membawa korban tersebut. Dia berambisi besar untuk menduduki kursi khilafah. Untuk itu, ia menghasut bibi dan ibu asuhnya, Aisyah, agar memberontak terhadap Ali, dengan harapan Ali gugur dan ia dapat menggantikan posisi Ali. Dengan tujuan mendapatkan kedudukan khilafah itu pula Muawiyah, gubemur Damaskus, memberontak. Selain banyak menimbulkan korban, Muawiyah berhasil mencapai maksudnya, sementara Ali terbunuh oleh bekas pengikutnya sendiri.<br /><br />Pemberontakan-pemberontakan yang muncul pada masa Ali ini bertujuan untuk menjatuhkannya dari kursi khilafah dan diganti oleh pemimpin pemberontak itu. Hal yang sama juga terjadi pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus. Pemberontakan-pemberontakan sering terjadi, diantaranya pemberontakan Husein ibn Ali, Syi'ah yang dipimpin oleh al-Mukhtar, Abdullah ibn Zubair, dan terakhir pemberontakan Bani Abbas yang untuk pertama kalinya menggunakan nama gerakan Bani Hasyim. Pemberontakan terakhir ini berhasil dan kemudian mendirikan pemerintahan baru yang diberi nama khilafah Abbasiyah atau bani Abbas.<br /><br />Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan seperti itu juga terjadi, terutama di awal berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya, seperti terlihat pada periode kedua dan seterusnya, meskipun khalifah tidak berdaya, tidak ada usaha untuk merebut jabatan khilafah dari tangan Bani Abbas. Yang ada hanyalah usaha merebut kekuasaannya dengan membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi karena khalifah sudah dianggap sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat didirikan di pusat maupun di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tersebut. Di tangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan keinginan politik mereka.<br /><br />Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua, pada periode ketiga (334-447 H/l055 M), daulat Abbasiyah berada di bawah kekuasaan Bani Buwaih.<br /><br />Kehadiran Bani Buwaih berawal dari tiga orang putera Abu Syuja' Buwaih, pencari ikan yang tinggal di daerah Dailam, yaitu Ali, Hasan dan Ahmad. Untuk keluar dari tekanan kemiskinan, tiga bersaudara ini memasuki dinas militer yang ketika itu dipandang banyak mendatangkan rezeki. Pada mulanya mereka bergabung dengan pasukan Makan ibn Kali, salah seorang panglima perang daerah Dailam. Setelah pamor Makan ibn Kali memudar, mereka kemudian bergabung dengan panglima Mardawij ibn Zayyar al-Dailamy .Karena prestasi mereka, Mardawij mengangkat Ali menjadi gubernur al-Karaj, dan dua saudaranya diberi kedudukan penting lainnya. Dari al- Karaj itulah ekspansi kekuasaan Bani Buwaih bermula. Pertama-tama Ali berhasil menaklukkan daerah-daerah di Persia dan menjadikan Syiraz sebagai pusat pemerintahan. Ketika Mardawij meninggal, Bani Buwaih yang bermarkas di Syiraz itu berhasil menaklukkan beberapa daerah di Persia seperti Ray, Isfahan, dan daerah-daerah Jabal. Ali berusaha mendapat legalisasi dari khalifah Abbasiyah, al-Radhi Billah dan mengirimkan sejumlah uang untuk perbendaharaan negara. Ia berhasil mendapatkan legalitas itu. Kemudian ia melakukan ekspansi ke Irak, Ahwaz, dan Wasith.<br /><br />Dari sini tentara Buwaih menuju Baghdad untuk merebut kekuasaan di pusat pemerintahan. Ketika itu, Baghdad sedang dilanda kekisruhan politik, akibat perebutan jabatan Amir al-Umara antara wazir dan pemimpin militer. Para pemimpin militer meminta bantuan kepada Ahmad ibn Buwaih yang berkedudukan di Ahwaz. Permintaan itu dikabulkan. Ahmad dan pasukannya tiba di Baghdad pada tanggal Jumadil-ula 334 H/945 M. Ia disambut baik oleh khalifah dan langsung diangkat menjadi Amirul-Umara, penguasa politik negara, dengan gelar Mu'izz al-Daulah. Saudaranya, Ali, yang memerintah di bagian selatan Persia dengan pusatnya di Syiraz diberikan gelar Imad al-Daulah, dan Hasan yang memerintah di bagian utara, Isfahan dan Ray, dianugerahi gelar Rukn al-Daulah. Pada masa pemerintahan Bani Buwaih ini, para khalifah Abbasiyah benar-benar tinggal namanya saja. Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada di tangan amir-amir Bani Buwaih. Keadaan khalifah lebih buruk daripada masa sebelumnya, terutama karena Bani Buwaih adalah penganut aliran Syi'ah, sementara Bani Abbas adalah Sunni. Selama masa kekuasaan bani Buwaih sering terjadi kerusuhan antara kelompok Ahlussunnah dan Syi'ah, pemberontakan tentara dan sebagainya.<br /><br />Setelah Baghdad dikuasai, Bani Buwaih memindahkan markas kekuasaan dari Syiraz ke Baghdad. Mereka membangun gedung tersendiri di tengah kota dengan nama Daral-Mamlakah. Meskipun demikian, kendali politik yang sebenarnya masih berada di Syiraz, tempat Ali ibn Buwaih (saudara tertua) bertahta. Dengan kekuatan militer Bani Buwaih, beberapa dinasti kecil yang sebelumnya memerdekakan diri dari Baghdad, seperti Bani Hamdan di wilayah Syria dan Irak, Dinasti Samaniyah, dan Ikhsyidiyah, dapat dikendalikan kembali dari Baghdad. Sebagaimana para khalifah Abbasiyah periode pertama, para penguasa Bani Buwaih mencurahkan perhatian secara langsung dan sungguh-sungguh terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan. Pada masa Bani Buwaih ini banyak bermunculan ilmuwan besar, di antaranya al-Farabi (w. 950 M), Ibn Sina (980-1037 M), al-Farghani, Abdurrahman al-Shufi (w. 986 M), Ibn Maskawaih (w. 1030 M), Abu al-'Ala al-Ma'arri (973-1057 M), dan kelompok Ikhwan al-Shafa. Jasa Bani Buwaih juga terlihat dalam pembangunan kanal-kanal, masjid-masjid, beberapa rumah sakit, dan sejumlah bangunan umum lainnya. Kemajuan tersebut diimbangi dengan laju perkembangan ekonomi, pertanian, perdagangan, dan industri, terutama permadani.<br /><br />Kekuatan politik Bani Buwaih tidak lama bertahan. Setelah generasi pertama, tiga bersaudara tersebut, kekuasaan menjadi ajang pertikaian diantara anak-anak mereka. Masing-masing merasa paling berhak atas kekuasaan pusat. Misalnya, pertikaian antara 'Izz al-Daulah Bakhtiar, putera Mu'izz al-Daulah dan 'Adhad al-Daulah, putera Imad al-Daulah, dalam perebutan jabatan amIr al-umara. Perebutan kekuasaan di kalangan keturunan Bani Buwaih ini merupakan salah satu faktor internal yang membawa kemunduran dan kehancuran pemerintahan mereka. Faktor internal lainnya adalah pertentangan dalam tubuh militer, antara golongan yang berasal dari Dailam dengan keturunan Turki. Ketika Amir al-Umara dijabat oleh Mu'izz al-Daulah persoalan itu dapat diatasi, tetapi manakala jabatan itu diduduki oleh orang-orang yang lemah, masalah tersebut muncul ke permukaan, mengganggu stabilitas dan menjatuhkan wibawa pemerintah.<br /><br />Sejalan dengan makin melemahnya kekuatan politik Bani Buwaih, makin banyak pula gangguan dari luar yang membawa kepada kemunduran dan kehancuran dinasti ini. Faktor-faktor eksternal tersebut diantaranya adalah semakin gencarnya serangan-serangan Bizantium ke dunia Islam, dan semakin banyaknya dinasti-dinasti kecil yang membebaskan diri dari kekuasaan pusat di Baghdad. Dinasti-dinasti itu, antara lain dinasti Fathimiyah yang memproklamasikan dirinya sebagai pemegang jabatan khalifah di Mesir, Ikhsyidiyah di Mesir dan Syria, Hamdan di Aleppo dan lembah Furat, Ghaznawi di Ghazna dekat kabul, dan dinasti Seljuk yang berhasil merebut kekuasaan dari tangan Bani Buwaih.<br /><br />Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Seljuk bermula dari perebutan kekuasaan di dalam negeri. Ketika al-Malik al- Rahim memegang jabatan Amir al-Umara, kekuasaan itu dirampas oleh panglimanya sendiri, Arselan al-Basasiri. Dengan kekuasaan yang ada di tangannya, al-Basasiri berbuat sewenang-wenang terhadapap Al-Malikal-Rahim dan Khalifah al-Qaimdari Bani Abbas; bahkan dia mengundang khalifah Fathimiyah, (al-Mustanshir, untuk menguasai Baghdad. Hal ini mendorong khalifah meminta bantuan kepada Tughril Bek dari dinasti Seljuk yang berpangkalan di negeri Jabal. Pada tanggal 18 Desember 1055 M/447 H pimpinan Seljuk itu memasuki Baghdad. Al-Malik al-Rahim, Amir al-Umara Bani Buwaih yang terakhir, dipenjarakan. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Bani Buwaih dan bermulalah kekuasaan Dinasti Seljuk. Pergantian kekuasaan ini juga menandakan awal periode keempat khilafah Abbasiyah. Dinasti Seljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Pada abad kedua, ketiga, dan keempat Hijrah mereka pergi ke arah barat menuju Transoxiana dan Khurasan. Ketika itu mereka belum bersatu. Mereka dipersatukan oleh Seljuk ibn Tuqaq. Karena itu, mereka disebut orang-orang Seljuk. Pada mulanya Seljuk ibn Tuqaq mengabdi kepada Bequ, raja daerah Turkoman yang meliputi wilayah sekitar laut Arab dan laut Kaspia. Seljuk diangkat sebagai pemimpin tentara. Pengaruh Seljuk sangat besar sehingga Raja Bequ khawatir kedudukannya terancam. Raja bermaksud menyingkirkan Seljuk.<br /><br />Namun sebelum rencana itu terlaksana, Seljuk mengetahuinya. Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak, tetapi bersama pengikutnya ia bermigrasi ke daerah land, atau disebut juga Wama Wara'a al-Nahar, sebuah daerah muslim di wilayah Transoxiana (antara sungai Ummu Driya dan Syrdarya atau Sihun). Mereka mendiami daerah ini atas izin penguasa dinasti Samaniyah yang menguasai daerah tersebut. Mereka masuk Islam dengan mazhab Sunni. Ketika dinasti Samaniyah dikalahkan oleh dinasti Ghaznawiyah, Seljuk menyatakan memerdekakan diri. Ia berhasil menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh dinasti Samaniyah. Setelah Seljuk meninggal, kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya, Israil. Namun, Israil dan kemudian penggantinya Mikail, saudaranya dapat ditangkap oleh penguasa Ghaznawiyah. Kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh Thugrul Bek. Pemimpin Seljuk terakhir ini berhasil mengalahkan Mas'ud al-Ghaznawi, penguasa dinasti Ghaznawiyah, pada tahun 429 H/1036 M, dan memaksanya meninggalkan daerah Khurasan. Setelah keberhasilan tersebut, Thugrul memproklamasikan berdirinya dinasti Seljuk. Pada tahun 432 H/1040 M dinasti ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad. Di saat kepemimpinan Thugrul Bek inilah, dinasti Seljuk memasuki Baghdad menggantikan posisi Bani Buwaih. Sebelumnya, Thugrul berhasil merebut daerah-daerah Marwadan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawiyah, Balkh, urjan, Tabaristan, Khawarizm, Ray, dan Isfahan.<br /><br />Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Seljuk berkuasa; paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan setelah beberapa lama "dirampas" orang-orang Syi'ah. Meskipun Baghdad dapat dikuasai, namun ia tidak dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Thugrul Bek memilih Naisabur dan kemudian Ray sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti-dinasti kecil yang sebelumnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan dinasti Seljuk ini, kembali mengakui kedudukan Baghdad, bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan Abbasiyah untuk membendung faham Syi'ah dan mengembangkan mazhab Sunni yang dianut mereka.<br /><br />Sepeninggal Thugrul Bek (455 H/1063 M), dinasti Seljuk berturut-turut diperintah oleh Alp Arselan (455-465 H/1063-1072), Maliksyah (465-485 H/1072-1092), Mahmud (485-487 H/1092-1094 M), Barkiyaruq (487 -498 H/1 094-1103), Maliksyah II (498 H/ 1103 M), Abu Syuja' Muhammad (498-511 H/11 03-1117 M),dan Abu Haris Sanjar(511-522H/1117-1128 M). Pemerintahan Seljuk ini dikena1 dengan nama al-Salajikah al-Kubra (Seljuk Besar atau Seljuk Agung). Disamping itu, ada beberapa pemerintahan Seljuk lainnya di beberapa daerah sebagaimana disebutkan terdahulu. Pada masa Alp Arselan perluasan daerah yang sudah dimulai oleh Thugrul Bek dilanjutkan ke arah barat sampai pusat kebudayaan Romawi di Asia Kecil, yaitu Bizantium. Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi ini adalah apa yang dikenal dengan Peristiwa Manzikart. Tentara Alp Arselan berhasil mengalahkan tentara Romawi yang besar yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis, dan Armenia. Dengan dikuasainya Manzikart tahun 1071 M itu, terbukalah peluang baginya untuk melakukan gerakan penturkian (turkification) di Asia Kecil. Gerakan ini dimulai dengan mengangkat Sulaiman ibn Qutlumish, keponakan Alp Arselan, sebagai gubernur di daerah ini. Pada tahun 1077 M (470 H), didirikanlah kesultanan Seljuk Rum dengan ibu kotanya Iconim. Sementara itu putera Arselan, Tutush, berhasil mendirikan dinasti Seljuk di Syria pada tahun 1094 M/487 H.<br /><br />Pada masa Maliksyah wilayah kekuasaan Dinasti Seljuk ini sangat luas, membentang dari Kashgor, sebuah daerah di ujung daerah Turki, sampai ke Yerussalem. Wilayah yang luas itu dibagi menjadi lima bagian:<br /><br /> 1. Seljuk Besar yang menguasai Khurasan, Ray, Jabal, Irak, Persia, dan Ahwaz. Ia merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang memerintah seluruhnya delapan orang.<br /> 2. Seljuk Kirman berada di bawah kekuasaan keluarga Qawurt Bek ibn Dawud ibn Mikail ibn Seljuk. Jumlah syekh yang memerintah dua belas orang.<br /> 3. Seljuk Irak dan Kurdistan, pemimpin pertamanya adalah Mughirs al-Din Mahmud. Seljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh sembilan syekh.<br /> 4. Seljuk Syria, diperintah oleh keluarga Tutush ibn Alp Arselan ibn Daud ibn Mikail ibn Seljuk, jumlah syekh yang memerintah lima orang.<br /> 5. Seljuk Rum, diperintah oleh keluarga Qutlumish ibn Israil ibn Seljuk dengan jumlah syekh yang memerintah seluruhnya 17 orang. <br /><br />Disamping membagi wilayah menjadi lima, dipimpin oleh gubernur yang bergelar Syekh atau Malik itu, penguasa Seljuk juga mengembalikan jabatan perdana menteri yang sebelumnya dihapus oleh penguasa Bani Buwaih. Jabatan ini membawahi beberapa departemen.<br /><br />Pada masa Alp Arselan, ilmu pengetahuan dan agama mulai berkembang dan mengalami kemajuan pada zaman Sultan Malik Syah yang dibantu oleh perdana menterinya Nizham al-Mulk. Perdana menteri ini memprakarsai berdirinya Universitas Nizhamiyah (1065 M) dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad. Hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang Nizhamiyah. Menurut Philip K. Hitti, Universitas Nizhamiyah inilah yang menjadi model bagi segala perguruan tinggi di kemudian hari.<br /><br />Perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan banyak ilmuwan muslim pada masanya. Diantara mereka adalah al-Zamakhsyari dalam bidang tafsir, bahasa, dan teologi; al-Qusyairy dalam bidang tafsir; Abu Hamid al-Ghazali dalam bidang teologi; dan Farid al-Din al-'Aththar dan Umar Khayam dalam bidang sastra.<br /><br />Bukan hanya pembangunan mental spiritual, dalam pembangunan fisik pun dinasti Seljuk banyak meninggalkan jasa. Malik Syah terkenal dengan usaha pembangunan di bidang yang terakhir ini. Banyak masjid, jembatan, irigasi dan jalan raya dibangunnya.<br /><br />Setelah Sultan Maliksyah dan perdana menteri Nizham al-Mulk wafat Seljuk Besar mulai mengalami masa kemunduran di bidang politik. Perebutan kekuasaan diantara anggota keluarga timbul. Setiap propinsi berusaha melepaskan diri dari pusat. Konflik-konflik dan peperangan antaranggota keluarga melemahkan mereka sendiri. Sementara itu, beberapa dinasti kecil memerdekakan diri, seperti Syahat Khawarizm, Ghuz, dan al-Ghuriyah. Pada sisi yang lain, sedikit demi sedikit kekuasaan politik khalifah juga kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan dinasti Seljuk di Irak berakhir di tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H/l199 M.<br /><br />C. Perang Salib<br /><br />Perang Salib (perang suci) ini terjadi pada tahun 1905, saat Paus Urbanus II berseru kepada Umat Kristen di Eropa untuk melakukan perang suci, untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk yang menetapkan beberapa peraturan yang memberatkan bagi Umat kristen yang hendak berziarah ke sana.<br /><br />Sebagaimana telah disebutkan, peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa Manzikart, tahun 464 H (1071 M). Tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasi1 mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan Perang Salib. Kebencian itu bertambah setelah dinasti Seljuk dapat merebut Bait al-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Seljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke tanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang SUCI. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang terjadi dalam tiga periode.<br /><br />1. Periode Pertama<br /><br />Pada musim semi tahun 1095 M; 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan latin II di Timur. Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Bait al-Maqdis (15 Juli 1099 M.) dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Bait al-Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M.), Tripoli (1109 M.) dan kota Tyre (1124 M.). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, Rajanya adalah Raymond.<br /><br />2. Periode Kedua<br /><br />Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 1144 M. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Numuddin Zanki. Numuddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali.<br /><br />Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Numuddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Numuddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerussalem pada tahun 1187 M. Dengan demikian kerajaan latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.<br /><br />Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard the Lion Hart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Perancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina. Pada tanggal 02 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan diganggu.<br /><br />3. Periode Ketiga<br /><br />Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu itu, al- Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyat, sementara al- Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah, pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.<br /><br />Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.<br /><br />D. Sebab-sebab Kemunduran Pemerintahan Bani Abbas<br /><br />Berakhirnya kekuasaan dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali dinasti Islam berdiri. Ada diantaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini awal babak baru dalam sejarah Islam, yang disebut masa pertengahan.<br /><br />Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.<br /><br />Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:<br /><br />1. Persaingan antar Bangsa<br /><br />Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Stryzewska, ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. Pertama, sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua, orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya Nashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas Nashabiyah tradisional.<br /><br />Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab di dunia Islam.<br /><br />Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, disamping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah.<br /><br />Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap sebagai hamba. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena jumlah dan kekuatan mereka yang besar, mereka merasa bahwa negara adalah milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah.<br /><br />Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya beralih kepada dinasti Seljuk pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.<br /><br />2. Kemerosotan Ekonomi<br /><br />Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah. jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.<br /><br />3. Konflik Keagamaan<br /><br />Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Manshur berusaha keras memberantasnya. Al-Mahdi bahkan merasa perlu mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan tujuan memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.<br /><br />Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik ajaran Syi'ah, sehingga banyak aliran Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Al-Mutawakkil, misalnya, memerintahkan agar makam Husein di Karbela dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan orang syi'ah "menziarahi" makam Husein tersebut. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih lebih dari seratus tahun. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni. Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi juga antar aliran dalam Islam. Mu'tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bid'ah oleh golongan salaf. Perselisihan antara dua golongan ini dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M.), dengan menjadikan mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara dan melakukan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861), aliran Mu'tazilah dibatalkan sebagai aliran negara dan golongan salaf kembali naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hanbali itu (salaf) terhadap Mu'tazilah yang rasional telah menyempitkan horizon intelektual.<br /><br />Aliran Mu'tazilah bangkit kembali pada masa dinasti Buwaih. Namun pada masa dinasti Seljuk yang menganut aliran Asy'ariyyah, penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai dilakukan secara sistematis. Dengan didukung penguasa aliran Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung aliran ini menjadi ciri utama paham Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam, konon sampai sekarang.<br /><br />4. Ancaman dari Luar<br /><br />Apa yang disebutkan di atas adalah faktor-faktor internal. Disamping itu, ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. Pertama, Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban. Kedua serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, diantara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib itu. Pengaruh Salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahl al-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancurleburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerussalem.<br /><br />BAB III<br /><br />ISLAM DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA<br /><br />TERHADAP RENAISANS DI EROPA<br /><br />Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.<br /><br />Setelah berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islamlah Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan tinggi-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi "guru" bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.<br /><br />A. Masuknya islam ke spanyol<br /><br />Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana Umat Islam sebelumnya telah menguasasi Afrika Utara. Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair.<br /><br />Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah, Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu'man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu'man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Marokko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.<br /><br />Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Marokko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.<br /><br />Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu). Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.<br /><br />Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.<br /><br />Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.<br /><br />Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.<br /><br />Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal. Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.<br /><br />Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada di bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.<br /><br />Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.<br /><br />Awal kehancuran kerajaan Ghoth adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa.<br /><br />Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.<br /><br />Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.<br /><br />B. Perkembangan Islam di Spanyol<br /><br />Perkembangan Islam di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Sejarah panjang yang dilalui Umat Islam di Spanyol ini dapat dibagi menjadi enam periode, dimana tiap periode mempunyai corak pemerintahan dan dinamika masyarakat tersendiri.<br /><br />Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol, itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu<br /><br />1. Periode Pertama (711-755 M).<br /><br />Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.<br /><br />Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol.<br /><br />Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.<br /><br />2. Periode Kedua (755-912 M)<br /><br />Pada periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.<br /><br />Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Aushath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.<br /><br />Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan. Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.<br /><br />Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Disamping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.<br /><br />3. Periode Ketiga (912-1013 M)<br /><br />Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya "raja- raja kelompok" yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaij. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).<br /><br />Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah Baghdad. Abdurrahman al-Nashir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.<br /><br />Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.<br /><br />4. Periode Keempat (1013-1086 M)<br /><br />Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negera kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.<br /><br />5. Periode Kelima (1086-1248 M)<br /><br />Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.<br /><br />6. Periode Keenam (1248-1492 M)<br /><br />Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.<br /><br />Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.<br /><br />C. Kemajuan Peradaban<br /><br />Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.<br /><br />1. Kemajuan Intelektual<br /><br />Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), Al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), Al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.<br /><br />a. Filsafat<br /><br />Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).<br /><br />Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.<br /><br />Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.<br /><br />Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.<br /><br />Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al- Mujtahid.<br /><br />b. Sains<br /><br />IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja'far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.<br /><br />Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.<br /><br />c. Fiqh<br /><br />Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa'id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.<br /><br />d. Musik dan Kesenian<br /><br />Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.<br /><br />e. Bahasa dan Sastra<br /><br />Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-'Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.<br /><br />2. Kemegahan Pembangunan Fisik<br /><br />Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.<br /><br />Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Diantaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.<br /><br />Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja'fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.<br /><br />a. Cordova<br /><br />a. Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik. Diantara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut ibn al-Dala'i, terdapat 491 masjid di sana. Disamping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 Km.<br /><br />b. Granada<br /><br />Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.<br /><br />3. Faktor-faktor Pendukung Kemajuan<br /><br />Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abdurrahman al-Dakhil, Abdurrahman al-Wasith dan Abdurrahman al-Nashir.<br /><br />Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting diantara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad ibn Abdurrahman (852-886) dan al-Hakam II al-Muntashir (961-976).<br /><br />Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang-orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing.<br /><br />Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing masing.<br /><br />Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya dunia Islam.<br /><br />Perpecahan politik pada masa Muluk al- Thawa'if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban. Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk al Thawa'if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang diantaranya justru lebih maju.<br /><br />D. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran<br /><br />Beberapa penyebab kemunduran dan kehancuran Umat Islam di Spanyol di antaranya konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan keterpencilan.<br /><br />1. Konflik Islam dengan Kristen<br /><br />Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.<br /><br />2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu<br /><br />Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.<br /><br />3. Kesulitan Ekonomi<br /><br />Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan militer<br /><br />4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan<br /><br />Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.<br /><br />5. Keterpencilan<br /><br />Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.<br /><br />E. Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa<br /><br />Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa dalam meneyerap peradaban Islam, baik dalam hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara.<br /><br />Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.<br /><br />Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains disamping bangunan fisik. Yang terpenting diantaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). Ia melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusydisme) yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.<br /><br />Berawal dari gerakan Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Buku-buku Ibn Rusyd dicetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke 17 M di Jenewa.<br /><br />Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim.<br /><br />Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.<br /><br />Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-1 4 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin.<br /><br />Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidangi gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah: kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M.<br /><br />BAB IV<br /><br />MASA KEMUNDURAN (1250-1500 M)<br /><br />A. Bangsa Mongol dan Dinasti Ilkhan<br /><br />Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu'tashim betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu membendung "topan" tentara Hulagho Khan. Kota Baghdad dihancurkan rata dengan tanah, dan Hulagho Khan menancapkan kekuasaan di Banghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syiria dan Mesir.<br /><br />Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut.<br /><br />Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kamhing dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain, baik di antara sesama mereka maupun dengan hangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka. Sebagaimana umumnya hangsa nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan tetapi, mereka sangat patuh kepada pemimpinnya. Mereka menganut agama Syamaniah (Syamanism), menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit.<br /><br />Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan. la herhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, puteranya, Timujin yang masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan hangsa Mongol dengan suku bangsa lain sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada tahun 1206 M, ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja Yang Perkasa. la menetapkan suatu undang-undang yang disebutnya Alyasak atau Alyasah, untuk mengatur kehidupan rakyatnya. Wanita mempunyai kewajiban/yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam beberapa kelompok besar dan kecil, seribu, dua ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan. Dengan demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat di bidang militer.<br /><br />Setelah pasukan perangnya terorganisasi dengan baik, Jengis Khan berusaha memperluas wilayah kekuasaan dengan melakukan penaklukan terhadap daerah-daerah lain. Serangan pertama diarahkan ke kerajaan Cina. la berhasil menduduki Peking tahun 1215 M. Sasaran selanjutnya adalah negeri-negeri Islam. Pada tahun 606 H/1209 M, tentara Mongol keluar dari negerinya dengan tujuan Turki dan Ferghana, kemudian terus ke Samarkand. Pada mulanya mereka mendapat perlawanan berat dari penguasa Khawarizm, Sultan Ala al-Din di Turkistan. Pertempuran berlangsung seimbang. Karena itu, masing-masing kembali ke negerinya. Sekitar sepuluh tahun kemudian mereka masuk Bukhara, Samarkand, Khurasan, Hamadzan, Quzwain, dan sampai ke perbatasan Irak. Di Bukhara, ibu kota Khawarizm, mereka kembali mendapat perlawanan dari Sultan Ala al-Din, tetapi kali ini mereka dengan mudah dapat mengalahkan pasukan Khawarizm, Sultan Ala al-Din tewas dalam pertempuran di Mazindaran tahun 1220 M. la digantikan oleh puteranya, Jalal al-Din yang kemudian melarikan diri ke India karena terdesak dalam pertempuran di dekat Attock tahun 1224 M. Dari sana pasukan Mongol terus ke Azerbaijan: Di setiap daerah yang dilaluinya, pembunuhan besar-besaran terjadi. Bangunan-bangunan indah dihancurkan sehingga tidak berbentuk lagi, demikian juga isi bangunan yang sangat bernilai sejarah. Sekolah-sekolah, mesjid-mesjid dan gedung-gedung lainnya dibakar.<br /><br />Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jengis Khan membagi wilayah kekuasaannya menjadi empat bagian kepada empat orang puteranya, yaitu Juchi, Chagatai, Ogotai dan Tuli. Chagatai berusaha menguasai kembali daerah-daerah Islam yang pernah ditaklukkan dan berhasil merebut Illi, Ferghana, Ray, Hamazan, dan Azerbaijan. Sultan Khawarizm, Jalal al-Din berusaha keras membendung serangan tentara Mongol ini, namun Khawarizm tidak sekuat dulu. Kekuatannya sudah banyak terkuras dan akhirnya terdesak. Sultan melarikan diri. Di sebuah daerah pegunungan ia dibunuh oleh seorang Kurdi. Dengan demikian, berakhirlah kerajaan Khawarizm. Kematian Sultan Khawarizmsyah itu membuka jalan bagi Chagatai untuk melebarkan sayap kekuasaannya dengan lebih leluasa.<br /><br />Saudara Chagatai, Tuli Khan menguasai Khurasan. Karena kerajaan-kerajaan Islam sudah terpecah belah dan kekuatannya sudah lemah. Tuli dengan mudah dapat menguasai Irak. la meninggal tahun 654 H/1256 M, dan digantikan oleh puteranya, Hulagu Khan.<br /><br />Pada tahun 656 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah al-Mu'tashim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak mampu membendung "topan" tentara Hulagu Khan. Pada saat yang kritis tersebut, wazir khilafah Abbasiyah. Ibn al-' Alqami ingin mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la mengatakan kepada khalifah. "Saya telah menemui mereka untuk perjanjian damai. Raja (Hulagu Khan) ingin mengawinkan anak perempuannya dengan Abu Bakr. putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek- kakekmu terhadap sultan-sultan Seljuk.<br /><br />Khalifah menerima usul itu. la keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Kebe- rangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari ahli fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirya tenyata tidak benar. Mereka semua. termasuk wazir sendiri. dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran. Dengan pembunuhan yang kejam ini. berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut.<br /><br />Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir. Dari Baghdad pasukan Mongol menyeberangi sungai Euphrat menuju Syria, kemudian melintasi Sinai, Mesir. Pada tahun 1260 M mereka berhasil menduduki Nablus dan Gaza. Panglima tentara Mongol, Kitbugha, mengirim utusan ke Mesir meminta supaya Sultan Qutuz yang menjadi raja kerajaan Mamalik di sana menyerah. Permintaan itu ditolak oleh Qutuz, bahkan utusan Kitbugha dibunuhnya.<br /><br />Tindakan Qutuz ini menimbulkan kemarahan di kalangan tentara Mongol. Kitbugha kemudian melintasi Yordania menuju Galilie. Pasukan ini bertemu dengan pasukan Mamalik yang dipimpin langsung oleh Qutuz dan Baybras di ' Ain Jalut. Pertempuran dahsyat terjadi, pasukan Mamalik berhasil menghancurkan tentara Mongol, 3 September 1260 M.<br /><br />Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu. Daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang ter1etak antara Asia Kecil di barat dan India di timur, dengan ibukotanya Tabriz. Umat Islam, dengan demi dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang beragama Syamanism. Hulagu meninggal tahun 1265 M dan diganti oleh anaknya, Abaga ( 1265-1282 M) yang masuk Kristen. Baru rajanya yang ketiga, Ahmad Teguder ( 1282-1284M), yang masuk Islam. Karena masuk Islam, Ahmad Teguder ditantang oleh pembesar- pembesar kerajaan yang lain. Akhimya, ia ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang kemudian menggantikannya menjadi raja (1284-1291 M). Raja dinasti Ilkhan yang keempat ini sangat kejam terhadap umat Islam. Banyak di antara mereka yang dibunuh dan diusir.<br /><br />Selain Teguder, Mahmud Ghazan ( 1295-1304 M), raja yang ketujuh, dan raja-raja selanjutnya adalah pemeluk agama Islam. Dengan masuk Islamnya Mahmud Ghazan -sebelumnya beragama Budha, Islam meraih kemenangan yang sangat besar terhadap agama Syamanisme. Sejak itu pula orang-orang Persia mendapatkan kemerdekaannya kembali .<br /><br />Berbeda dengan raja-raja sebelumnya, Ghazan mulai memperhatikan perkembangan peradaban. la seorang pelindung ilmu pengetahuan dan sastera. la amat gemar kepada kesenian terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan alam seperti astronomi, kimia, mineralogi, metalurgi dan botani. la membangun semacam biara untuk para darwis, perguruan tinggi untuk mazhab Syafi'i dan Hanafi, sebuah perpustakaan, observatorium, dan gedung-gedung umum lainnya. la wafat dalam usia muda, 32 tahun, dan digantikan oleh Muhammad Khudabanda Uljeitu (1304-1317 M), seorang penganut syi'ah yang ekstrem. la mendirikan kota raja Sultaniyah, dekat Zan jan. Pada masa pemerintahan Abu Sa' id ( 1317-1335 M), pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggal Abu Sa'id. Masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya, mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.<br /><br />B. Serangan-Serangan Timur Lenk<br /><br />Timur Lenk merupakan keturunan Mongol yang sudah masuk Islam, dimana sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Dia berhasil menaklukkan Tughluk Temur dan Ilyas Khoja, dan kemudian dia juga melawan Amir Hussain (iparnya sendiri). Dan dia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagati dan Turunan Jengis Khan.<br /><br />Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan, malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan itu dipimpin oleh Timur Lenk, yang berarti Timur si Pincang.<br /><br />Sang penakluk ini lahir dekat Kesh (sekarang Khakhrisyabz, "kota hijau", Uzbekistan), sebelah selatan Samarkand di Transoxiana, pada tanggal 8 April 1336 M/25 Sya'ban 736 H, dan meninggal di Otrar pada tahun 1404 M. Ayahnya bernama Taragai, kepala suku Barlas, keturunan Karachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat Jagatai, putera Jengis Khan. Suku Barlas mengikuti Jagatai mengembara ke arah barat dan menetap di Samarkand. Taragai menjadi gebernur Kesh. Keluarganya mengaku keturunan Jengis Khan sendiri.<br /><br />Timur Lenk mengabdikan diri pada Gubernur Transoxiana, Amir Qazaghan Ketika Qazaghan meninggal dunia, datang serbuan dari Tughluq Temur Khan, pemimpin Moghulistan, yang menjarah dan menduduki Transoxiana. Timur Lenk bangkit memimpin perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang tertindas. Tughluq Temur setelah melihat keberanian dan kehebatan Timur, menawarkan kepadanya jabatan gubernur di negeri kelahirannya. Tawaran itu diterima. Akan tetapi, setahun setelah Timur Lenk diangkat menjadi gubernur, tahun 1361 M, Tughluq Temur mengangkat puteranya,Ilyas Khoja menjadi gubernur Samarkand dan Timur Lenk menjadi wazirya. Tentu saja Timur Lenk menjadi berang. Ia segera bergabung dengan cucu Qazaghan, Amir Husain, mengangkat senjata memberontak terhadap Tughluq Temur.<br /><br />Timur Lenk berhasil mengalahkan Tughluq Temur dan Ilyas Khoja. Keduanya dibinasakan dalam pertempuran. Ambisi Timur Lenk untuk menjadi raja besar segera muncul. Karena ambisi itulah ia kemudian berbalik menaklukan perang melawan Amir Husain, walaupun iparnya sendiri. Dalam pertempuran antara keduanya, ia berhasil mengalahkan dan membunuh Amir Husain di Balkh. Setelah itu, ia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagatai dan turunan Jengis Khan, pada 10 April 1370 M. Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan Jata dan Khawarizm dengan sembilan ekspedisi.<br /><br />Setelah Jata dan Khawarizm dapat ditaklukkan, kekuasaannya mulai kokoh. Ketika itulah Timur Lenk mulai menyusun rencana untuk mewujudkan ambisinya menjadi penguasa besar, dan berusaha menaklukkan daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Jengis Khan. Ia berkata, "Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di alam ini, maka di bumi seharusnya hanya ada seorang raja".<br /><br />Pada tahun 1381 M ia menyerang dan berhasil menaklukkan Khurasan. Setelah itu serbuan ditujukan ke arah Herat. Di sini ia juga keluar sebagai pemenang. Ia tidak berhenti sampai di situ, tetapi terus melakukan serangan ke negeri-negeri lain dan berhasil menduduki negeri-negeri di Afghanistan, Persia, Fars dan Kurdistan. Di setiap negeri yang ditaklukkannya, ia membantai penduduk yang melakukan perlawanan. Di Sabzawar, Afghanistan, bahkan ia membangun menara, disusun dari 2000 mayat manusia yang dibalut dengan batu dan tanah liat. Di Isfa, ia membantai lebih kurang 70.000 penduduk. Kepala-kepala dari mayat-mayat itu dipisahkan dari tubuhnya dan disusun menjadi menara. Dari sana ia melanjutkan ekspansinya ke Irak, Syria dan Anatolia (Turki). Tahun 1393 Mia menghancurkan dinasti Muzhaffari di Fars dan membantai amir-amirnya yang masih hidup. Pada tahun itu pula Baghdad dijarahnya, dan setahun kemudian ia berhasil menduduki Mesopotamia. Penguasa Baghdad itu, Sultan Ahmad Jalair, melarikan diri ke Syria. Ia kemudian menjadi Vassal dari Sultan Mesir, Al-Malik al-Zahir Barquq. Penguasa dinasti Mamalik yang berpusat di Mesir ini adalah satu-satunya raja yang tidak mau dan tidak berhasil ditundukkannya. Utusan-utusan Timur Lenk yang dikirim ke Mesir untuk perjanjian damai, sebagian dibunuh dan sebagian lagi diperhinakan, kemudian disuruh pulang ke Timur Lenk. Mesir, sebagaimana pada masa serangan-serangan Hulagu Khan, kembali selamat dari serang bangsa Mongol. Karena Sultan Barquq tidak mau mengekstradisi Ahmad Jalair yang berada dalam perlindungannya, Timur Lenk kemudian melancarkan invasi ke Asia Kecil menjarah kota-kota, Takrit, Mardin dan Amid. Di Takrit, kota kelahiran Salahuddin al-Ayyubi, ia membangun sebuah piramida dari tengkorak kepala korban-korbannya.<br /><br />Pada tahun 1395 M ia menyerbu daerah Qipchak, kemudian menaklukkan Moskow yang didudukinya selama lebih dari setahun. Tiga tahun kemudian ia menyerang India. Konon alasan penyerbuannya adalah karena ia menganggap penguasa muslim di daerah ini terlalu toleran terhadap penganut Hindu. Ia sendiri berpendapat, semestinya penguasa muslim itu memaksakan Islam kepada penduduknya. Di India ia membantai lebih dari 80.000 tawanan. Dalam rangka pembangunan masjid di Samarkand, ia membutuhkan batu-batu besar. Untuk itu, 90 ekor gajah dipekerjakan mengangkat batu-batu besar itu dari Delhi ke Samarkand.<br /><br />Setelah fondasi masjid dibangun, tahun 1399 M Timur Lenk berangkat memerangi Sultan Mamalik di Mesir yang membantu Ahmad Jalair, penguasa Mongol di Baghdad yang lari ketika ia menduduki kota itu sebelumnya, dan memerangi Kerajaan Usmani di bawah Sultan Bayazid I. Dalam perjalanannya itu, ia menaklukkan Georgia. Di Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia dikubur hidup-hidup untuk memenuhi sumpahnya bahwa darah tidak akan tertumpah bila mereka menyerah.<br /><br />Pada tahun 1401 M ia memasuki daerah Syria bagian utara. Tiga hari lamanya Aleppo dihancurleburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat piramida setinggi 10 hasta dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap keluar. Banyak bangunan seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanki dan Ayyubi dihancurkan. Hamah, Horns dan Ba'labak berturut-turut jatuh ketangannya. Pasukan Sultan Faraj dari Kerajaan Mamalik dapat dikalahkannya dalam suatu pertempuran dahsyat sehingga Damaskus jatuh ke tangan pasukan Timur lenk pada tahun 1401 M. Akibat peperangan itu masjid Umayyah yang bersejarah rusak berat tinggal dinding-dindingnya saja yang masih tegak. Dari Damaskus para seniman ulung dan pekerja atau tukang yang ahli dibawanya ke Samarkand. Ia memerintahkan ulama yang menyertainya untuk mengeluarkan fatwa membenarkan tindakan-tindakannya itu. Setelah itu serangan dilanjutkan ke Baghdad. Ketika Baghdad berhasil ditaklukkan, ia melakukan pembantaian besar-besaran terhadap 20.000 penduduk sebagai pembalasan atas pembunuhan terhadap banyak tentaranya sewaktu mengepung kota itu. Di sini, seperti kebiasaannya, ia kemudian mendirikan 120 buah piramida dari kepala mayat-mayat sebagai tanda kemenangan.<br /><br />Kerajaan Usmani, oleh Timur Lenk dipandang sebagai tantangan terbesar, karena kerajaan ini menguasai banyak daerah bekas imperium Jengis Khan dan Hulagu Khan. Bahkan, Sultan Bayazid, penguasa tertinggi kerajaan ini sebelumnya berhasil meluaskan daerah kekuasaannya ke daerah-daerah yang sudah ditaklukkan oleh Timur Lenk. Karena itu Timur Lenk sangat berambisi mengalahkan kerajaan ini. Ia mengerahkan bala tentaranya untuk memerangi tentara Bayazid I. Di Sivas terjadi peperangan hebat antara kedua pasukan itu. Timur Lenk keluar sebagai pemenang dan putera Bayazid I, Erthugrul, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Pada tahun 1402 M terjadi peperangan yang menentukan di Ankara. Tentara Usmani kembali menderita kekalahan, sementara Sultan Bayazid sendiri tertawan ketika hendak melarikan diri. Bayazid akhirnya meninggal dalam tawanan. Timur Lenk melanjutkan serangannya ke Broessa, ibu kota lama Turki, dan Syria. Setelah itu ia kembali ke Samarkand untuk merencanakan invasi ke Cina. Namun, di tengah perjalanan, tepatnya di Otrar, ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya. Ia meninggal tahun 1404 M, dalam usia 71 tahun. Jenazahnya dibawa ke Samarkand untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran.<br /><br />Sekalipun ia terkenal sebagai penguasa yang sangat ganas dan kejam terhadap para penentangnya, sebagai seorang muslim Timur Lenk tetap memperhatikan pengembangan Islam. Bahkan dikatakan, ia seorang yang saleh. Konon, ia adalah penganut Syi'ah yang taat dan menyukai tasawuf tarekat Naqsyabandiyyah. Dalam perjalanan-perjalanannya ia selalu membawa serta ulama-ulama, sastrawan dan seniman. Ulama dan ilmuwan dihormatinya. Ketika berusaha menaklukkan Syria bagian utara, ia menerima dengan hormat sejarawan terkenal, Ibnu Khaldun yang diutus Sultan Faraj untuk membicarakan perdamaian. Kota Samarkand diperkayanya dengan bangunan-bangunan dan masjid yang megah dan indah. Di masa hidupnya kota Samarkand menjadi pasar internasional, mengambil alih kedudukan Baghdad dan Tabriz. Ia datangkan tukang-tukang yang ahli, seniman-seniman ulung, pekerja-pekerja yang pandai dan perancang-perancang bangunan dari negeri-negeri taklukannya; Delhi, Damaskus dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan dan industri di negerinya dengan membuka rute-rute perdagangan yang baru antara India dan Persia Timur. Ia berusaha mengatur administrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata dengan cara-cara rasional dan berjuang menyebarkan Islam.<br /><br />Setelah Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya, Muhammad Jehanekir dan Khalil, berperang memperebutkan kekuasaan. Khalil (1404-1405 M) keluar sebagai pemenang. Akan tetapi, ia hidup berfoya-foya menghabiskan kekayaan yang ditinggalkan ayahnya. Karena itu saudaranya yang lain, Syah Rukh (1405-144 7 M), merebut kekuasaan dari tangannya. Syah Rukh berusaha mengembalikan wibawa kerajaan. Ia seorang raja yang adil dan lemah lembut. Setelah wafat, ia diganti oleh anaknya Ulugh Bey (1447-1449 M), seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Namun, masa kekuasaannya tidak lama. Dua tahun setelah berkuasa ia dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, Abdal-Latif (1449- 1450 M). Raja besar dinasti Timuriyah yang terakhir adalah Abu Sa'id (1452-1469 M). Pada masa inilah kerajaan mulai terpecah belah. Wilayah kerajaan yang luas itu diperebutkan oleh dua suku Turki yang baru muncul ke permukaan, Kara Koyunlu (domba hitam) dan Ak Koyunlu (domba putih). Abu Sa'id sendiri terbunuh ketika bertempur melawan Uzun Hasan, penguasa Ak Kdyunlu.<br /><br />C. Dinasti Mamalik di mesir<br /><br />Kalau ada negeri Islam yang selamat dari kehancuran akibat serangan-serangan bangsa Mongol, baik serangan Hulagu Khan maupun Timur Lenk, maka negeri itu adalah Mesir yang ketika itu berada di bawah kekuasaan dinasti Mamalik. Karena negeri ini terhindar dari kerhancuran, maka persambungan perkembangan peradaban dengan masa klasik relatif terlihat dan beberapa diantara prestasi yang pernah dicapai pada masa klasik bertahan di Mesir. Walaupun demikian, kemajuan yang dicapai oleh dinasti ini, masih di bawah prestasi yang pernah dicapai oleh umat Islam pada masa klasik. Hal itu mungkin karena metode berpikir tradisional sudah tertanam sangat kuat sejak berkembangnya aliran teologi 'Asy'ariyah, filsafat mendapat kecaman sejak pemikiran al- Ghazali mewarnai pemikiran mayoritas umat Islam, dan yang lebih penting lagi adalah karena Baghdad dengan fasilitas-fasilitas ilmiahnya yang banyak memberi inspirasi ke pusat-pusat peradaban Islam, hancur.<br /><br />Mamalik adalah jamak dari Mamluk yang berarti budak. Dinasti Mamalik memang didirikan oleh para budak. Mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentaranya. Mereka ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh penguasa Ayyubiyah yang terakhir, al-Malik al-Salih, mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa penguasa ini, mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam karier ketentaraan maupun dalam imbalan-imbalan material. Pada umumnya mereka berasal dari daerah Kaukasus dan Laut Kaspia. Di Mesir mereka ditempatkan di pulau Raudhah di Sungai Nil untuk menjalani latihan militer dan keagamaan. Karena itulah, mereka dikenal dengan julukan Mamluk Bahri Laut). Saingan mereka dalam ketentaraan pada masa itu adalah tentara yang berasal dari suku Kurdi.<br /><br />Ketika al-Malik al-Salih meninggal (1249 M), anaknya, Turansyah, naik tahta sebagai Sultan. Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat kepada tentara asal Kurdi daripada mereka. Pada tahun 1250 M Mamalik di bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah. Istri al-Malik al-Salih, Syajarah al-Durr, seorang yang juga berasal dari kalangan Mamalik berusaha mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan kesepakatan golongan Mamalik itu. Kepemimpinan Syajaruh al-Durr berlangsung sekitar tiga bulan. Ia kemudian kawin dengan seorang tokoh Mamalik bernama Aybak dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya sambil berharap dapat terus berkuasa di belakang tabir. Akan tetapi segera setelah itu Aybak membunuh Syajarah al-Durr dan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan. Pada mulanya, Aybak mengangkat seorang keturunan penguasa Ayyubiyah bernama Musa sebagai Sultan "syar'i" (formal) disamping dirinya yang bertindak sebagai penguasa yang sebenarnya. Namun, Musa akhirnya dibunuh oleh Aybak. Ini merupakan akhir dari dinasti Ayyubiyah di Mesir dan awal dari kekuasaan dinasti Mamalik.<br /><br />Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah meninggal ia digantikan oleh anaknya, Ali yang masih berusia muda. Ali kemudian mengundurkan diri pada tahun 1259 M dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz. Setelah Qutuz naik tahta, Baybars yang mengasingkan diri ke Syria karena tidak senang dengan kepemimpinan Aybak kembali ke Mesir. Di awal tahun 1260 M Mesir terancam serangan bangsa Mongol yang sudah berhasil menduduki hampir seluruh dunia Islam. Kedua tentara bertemu di Ayn Jalut, dan pada tanggal 13 September 1260 M, tentara Mamalik di bawah pimpinan Qutuz dan Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan atas tentara Mongol ini membuat kekuasaan Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan umat Islam di sekitarnya. Penguasa-penguasa di Syria segera menyatakan setia kepada penguasa Mamalik.<br /><br />Tidak lama setelah itu Qutuz meninggal dunia. Baybars, seorang pemimpin militer yang tangguh dan cerdas, diangkat oleh pasukannya menjadi Sultan (1260- 1277 M. Ia adalah sultan terbesar dan termasyhur diantara Sultan Mamalik. Ia pula yang dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik.<br /><br />Sejarah dinasti yang berlangsung sampai tahun 1517 M, ketika dikalahkan oleh Kerajaan Usmani, ini dibagi menjadi dua periode. Pertama, periode kekuasaan Mamluk Bahri, sejak berdirinya (1250 M) sampai berakhirnya pemerintahan Hajji II tahun 1389 M. Kedua periode kekuasaan Mamluk Burji, sejak berkuasanya Burquq untuk kedua kalinya tahun 1389 M sampai kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan Usmani tahun 1517 M.<br /><br />Dinasti Mamalik membawa warna baru dalam sejarah politik Islam. Pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun (1280-1290 M) menerapkan pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qalawun berkuasa hanya empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297 M). Sistem pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir. Kedudukan amir menjadi sangat penting. Para amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka merupakan kandidat sultan. Kemajuan-kemajuan itu dicapai dalam bebagai bidang, seperti konsolidasi pemerintahan, perekonomian, dan ilmu pengetahuan.<br /><br />Dalam bidang pemerintahan, kemenangan dinasti Mamalik atas tentara Mongol di 'Ayn Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan setia kepada kerajaan ini. Untuk menjalankan pemerintahan di dalam negeri, Baybars mengangkat kelompok militer sebagai elit politik. Disamping itu, untuk memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam lainnya, Baybars membaiat keturunan Bani Abbas yang berhasil meloloskan diri dari serangan bangsa Mongol, al-Mustanshir sebagai khalifah. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah, setelah dihancurkan oleh tentara Hulago di Baghdad, berhasil dipertahankan oleh dinasti ini dengan Kairo sebagai pusatnya. Sementara itu, kekuatan-kekuatan yang dapat mengancam kekuasaan Baybars dapat dilumpuhkan, seperti tentara Salib di sepanjang Laut Tengah, Assasin di pegunungan Syria, Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia), dan kapal-kapal Mongol di Anatolia.<br /><br />Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamalik membuka hubungan dagang dengan Perancis dan Italia melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir sebelumnya. Jatuhnya Baghdad membuat Kairo, sebagai jalur perdagangan antara Asia dan Eropa, menjadi lebih penting karena Kairo menghubungkan jalur perdagangan Laut Merah dan Laut Tengah dengan Eropa. Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi antarkota, baik laut maupun darat. Ketangguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan perekonomiannya.<br /><br />Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, ibn Taghribardi, dan Ibn Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir al-Din al- Tusi. Di bidang matematika Abu al-Faraj al-'Ibry . Dalam bidang kedokteran: Abu al-Hasan ' Ali al-Nafis, penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abd al-Mun'im al-Dimyathi, seorang dokter hewan, dan al-Razi, perintis psykoterapi. Dalam bidang opthalmologi dikenal nama Salahuddin ibn Yusuf. Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama ibn Taimiyah, seorang pemikir reformis dalam Islam, al-Sayuthi yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Ibn Hajar al- 'Asqalani dalam ilmu hadits dan lain-lain.<br /><br />Dinasti Mamalik juga banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini diantaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid.<br /><br />Kemajuan-kemajuan itu tercapai berkat kepribadian dan wibawa Sultan yang tinggi, solidaritas sesama militer yang kuat, dan stabilitas negara yang aman dari gangguan. Akan tetapi, ketika faktor-faktor tersebut menghilang, dinasti Mamalik sedikit demi sedikit mengalami kemunduran. Semenjak masuknya budak-budak dari Sirkasia yang kemudian dikenal dengan nama Mamluk Burji yang untuk pertama kalinya dibawa oleh Qalawun, solidaritas antar sesama militer menurun, terutama setelah Mamluk Burji berkuasa. Banyak penguasa Mamluk Burji yang bermoral rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan. Kemewahan dan kebiasaan berfoya-foya di kalangan penguasa menyebabkan pajak dinaikkan. Akibatnya, semangat kerja rakyat menurun dan perekonomian negara tidak stabil. Disamping itu, ditemukannya Tanjung Harapan oleh Eropa tahun 1498 M, menyebabkan jalur perdagangan Asia-Eropa melalui Mesir menurun fungsinya. Kondisi ini diperparah oleh datangnya kemarau panjang dan berjangkitnya wabah penyakit.<br /><br />Di pihak lain, suatu kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tantangan bagi Mamalik, yaitu kerajaan Usmani. Kerajaan inilah yang mengakhiri riwayat Mamalik di Mesir. Dinasti Mamalik kalah melawan pasukan Usmani dalam pertempuran menentukan di luar kota Kairo tahun 1517 M. Sejak itu wilayah Mesir berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani sebagai salah satu propinsinya.<br /><br />BAB V<br /><br />MASA TIGA KERAJAAN BESAR (1500-1800)<br /><br />Setelah kalifah abbasiyah di bagdad runtuh akibat serangan tentara mongol, kekutan politik islam mengalami kemunduruan secar drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa mongol itu. Namun, kemalangna tidak berhenti sampai di situ. Timur Lenk, sebagai mana telah disebut, menghancurkan pusat-pusat kekuasaan islam yang lain.<br /><br />A. Kerajaan Usmani<br /><br />Pendiri kerajaan ini adalah dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol dan daerah utara Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah keturkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke sembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan mongol pada abad ke 13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka orang-orang turki Saljuk, di dataran tinggi Asia kecil. Di sana, dibawah pimpinan Erthogrul, mereka mengabdikan diri ke Sultan Alaudin II, Sultan Saljuk yang kebetulan sesdang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alaudin mendapat kemenangan. Berkat jasa baik itu, alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dengan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.<br /><br />Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya , usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap pendiri kerajaan usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya ia banyak berjasa kepada Sultan Aliuddin II dengan keberhasilannya ia menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa mongol menyerang kerajaan saljuk dan sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan usmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah usman yang sering disebut juga Usman I.<br /><br />Setelah usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al usman (raja besar keluarga usman) tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat di perluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian, pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (726 H/ 1326 M-761 H/ 1359 M) kerajaan turki Usmani ini dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330M), uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M) daerah ini adalah bagian benua eropa yang pertama kali di duduki kerajaan Usmani.<br /><br />B. Kerajaan Safawi di Persia<br /><br />Kerajaan safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah, di dirikan pda waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan usmani. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama safawi itu rerus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu dilestarikan setelah gerakan ini mendirikan kerajaan.<br /><br />Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berbeda dan memilih sufi sebaga jalan hidupnya. Ia keturunan dari iman syi’ah yang ke enam. Musa Al-Kazim. Gurunya bernama syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut. Safi Al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus meertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut torekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi oran-orang ingkar<br /><br />C. Kerajaan Mughal di India<br /><br />Kerajaan mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, di antara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan mughal bukanlah kerajaan Islam pertama anak benua India. Awal kekuasaan islam di wilayah india terjadi pada masa kalifah Al-Walid, dari Dinasti Bani Umayah, penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayah di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim.<br /><br />Kerajaan Mughal atau Mogul di India diasaskan oleh Babur pada tahun 1526, apabila dia mengalahkan Ibrahim Lodi, sultan terakhir dalam kesultanan Delhi dalam Pertempuran pertama Panipat. Kebanyakannya telah ditawan oleh Sher Shah semasa pemerintahan Humayun, tetapi di bawah Akbar, ia berkembang dengan lebih luas, dan terus berkembang sehingga akhir pemerintahan Aurangzeb. Selepas kemangkatan Aurangzeb pada tahun 1707, kerajaan Mughal semakin lemah, walaupun ia kekal sebagai kuasa memerintah di benua India selama 150 tahun berikutnya. Dalam tahun 1739 ia dikalahkan oleh tentera Persia di bawah pemerintahan Nadir Shah. Pada tahun 1756 tentera Ahmad Shah merompak Delhi sekali lagi. Kekalahan terakhir ditangan Empire British pada tahun 1857, walaupun ia telahpun menjadi gelaran kehormatan sahaja, tanpa kuasa pemerintahan sebenar.<br /><br />D. Perbedaan Kemajuan Masa Ini Dengan Masa Klasik<br /><br />Sebagaimana diuraikan terdahulu, pada masa kejayaan tiga kerajaan besar ini, umat islam kembali mengalami kemajuan. Akan tetapi, kemajuan yang dicapai pada masa klasik Islam. Kemajuan pada masa klasik jauh lebih kompleks. Dibidang intelektual kemejuan pada masa tiga kerajaan besar tidak sebanding kemajuan di jaman klasik. Dalam bidang ilmu keagamaan, umat islam sudah muali bertaklid pada imam-imam besar yang lahir pada masa klasik Islam. Kalaupun ada mujtahid, maka ijtihad yang dilakukan adalah Ijtihad fi al-mazhab, yaitu ijtihad yang masih ada dalam pemikiran bebas yang mandiri, beberapa sains yang berkembang pada masa klasik, ada yang tidak berkembang lagi, bahkan ada yang di duplikat<br /><br />Ada beberapa alasan mengapa kemajuan yang dicapai itu tidak setingkat dengan kemajuan yang dicapai pada masa klasik<br /><br />1. metode berfikir dalam bidang teologi yang berkembang pada masa ini adalah berpikir tradisional<br /><br />2. Pada masa klasik Islam, kebebasan berpikir berkembang dengan masuknya pemikiran filsafat Yunani. Namun kebebasan ini menurun sejak Al-Ghazali melontarkan kritik tajam terhadap pemikiran filsafat yang tertuang dalam bukunya Tahafut Al-Filsafat (Kekacawan Para Filosof). Kritik Al-Ghazali mendapat bantahan dari filosof besar islam dan terakhir, Ibn Rusyd, dalam bukunya Tahafut Al Tahafut ( kekacawan ’buku’ kekacawan),tapi tampaknya, kritik Al-Ghazali jauh lebih populer dan pengaruhnya dibanding bantahan Ibn Rusyd. Nurcholis Majid mengatakan, pemikiran Al-Ghazali mempunyai efek pemenjaraan kreatifitas pemenjaraan.<br /><br />3. Al-Ghazali bukan hanya menyerang pemikiran filsafat pada masanya, tetapi juga menghidupkan ajaran tasawuf dalam islam. Sehingga ajaran ini berkembang pesat setelah Al-Ghazali. Dalam ajaran tasawuf kehidupan ukhrawi lebih diutamakan dari pada kehidupan duniawi<br /><br />4. Sarana-sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran yang disediakan masa klasik, seperti perpustakaan seperti karya-karya ilmiah, baik yang diterjemahkan dari bahas yunani, Persia, India dan Syria maupun dari bahasa lainnya banyak yang hancur dan hilang akibat serangan bangsa mongol kebeberapa pusat kebudayaan dan peradaban islam<br /><br />5. Kekuasaan islam pada masa tiga kerajaan besar dipegang oleh bangsa turki dan mongol yang lebih dikenal sebagai bangsa suka perang ketimbang suka ilmu<br /><br />6. Pusat-Pusat kekuasaan Islam pada masa ini tidak berada di wilayah arab dan tidak pula oleh bangsa arab. Di Safawi berkembang bahasa persia, diturki bahasa turki, dan di india bahasa urdu akibatnya bahasa arab yang sudah menjadi bahasa persatuan dan bahasa ilmiah pada masa sebelumnya tidak berkembang lagi bahkan menurun.<br /><br />BAB VI<br /><br />KEMUNDURAN TIGA KERAJAAN BESAR (1700-1800 M)<br /><br />A. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi<br /><br />Sepeninggal Abbas I Kerajaan Safawi berturut-turut Diperintah oleh enam raja, yaitu safi mirza (1628-1642 M), abas II (1642-1667 M), sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan abas III (1733-1736) pada masa raja-raja tersebut kerajaan safawi tidak menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.<br /><br />Safi Mirza, cucu abbas I, adalah seorang pemimpin yang lemah. Ia sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat pencemburunya. Kemajuan yang pernah dicapai oleh abbas I segera menurun. Kota Qondahar (sekarang termasuk wilayah afganistan ) lepas dari kekuasaan kerajaan safawi, diduduki oleh kerajaan mughal yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Syah Jehan, sementara baghdad direbut oleh kerajaan Usmani.<br /><br />Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Meskipun demikian, dengan bantuan wajir-wajirnya, pada masa kota Qandahar dapat direbut kembali. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya, rakyat bersifat masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Pengganti sulaiman ini meberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadapa penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan sunni Afhganistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan dinasti Safawi.<br /><br />Penyebab lainnya adalah dekadensi moral yang melanda sebagaian pemimpin kerajaan safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut.<br /><br />B. Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal<br /><br />Setelah satu setengah abad dinasti mughal berada dipuncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke 18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekutan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat jpusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu semakin lama semakin mengancam. Sememntara itu pedagang inggris untuk pertamakalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di india, dengan didukung oleh kekutan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.<br /><br />Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintah pusat memang sudah muncul tapi dapat diatasi. Pemberontakan ini bermula dari tindakan aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran Puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata ia lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkanya.<br /><br />Ada bebrapa faktor juga yang menyebabkan kekuasaan dinasti mughal mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa kepada kehancuran pada tahun 1858 M, yaitu :<br /><br />1. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik , yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara<br /><br />2. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau ”kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan sesudahnya.<br /><br />3. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan<br /><br />4. terjadi stagnasi dalam pembinaan militer sehingga oprasi militer inggris di wilayah-milayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.<br /><br />C. Kemunduran Kerajaan Usmani<br /><br />Setelah Sultan Al-Qanuni wafat ( 1566 M) kerajaan turki usmani mulai mengalami fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh Salim II (1566-1573 M). Dimasa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan usmani dengan armada laut Bundukia , angkatan sri paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari sepanyol. Pertempuran ini, Turki usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa sultan berikutnya, Sultan Murad III pada tahun 1575 M tunisia dapat direbut kembali.<br /><br />Banyak faktor yang menyebabkan Kerajaan Usmani itu mengalami kemundruan, diantaran adalah :<br /><br /> 1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas<br /> 2. Heterogenitas penduduk<br /> 3. Kelemahan para penguasa<br /> 4. Budaya pungli<br /> 5. Pemberontakan tentara jenisari<br /> 6. Merosotnya ekonomi<br /> 7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi <br /><br />D. Kemajuan Eropa (Barat)<br /><br />Bersama waktunya dengan kemunduran tigakerajaan Islam di periode pertengahansejarah Islam, Eropa Barat (biasa disebut dengan ”Barat” saja). Sedangkan mengalami kemajuan dengan pusat. Hal ini berbanding terbalik dengan masa klasik sejarah Islam. Ketika itu, perabadan Islam dapat dikatakan paling maju, memamncarkan sinarnya ke seluruh dunia, sementara Eropa sedang berada dalam kebodohan dan keterbelakangan.<br /><br />Kemajuan Eropa (Barat) memang bersumber dari khazanah ilmu pengetahuan dan metode berpikir Islam yang rasional. Di antara saluran masuknya peradaban Islam ke Eropa itu adalah perang Salib, Sacilia, dan yang penting adalah Spanyol Islam. Ketika islam mengalami kejayaan di Spanyol, banyak orang eropa yang belajar ke sana kemudian menerjemahkan karya – karya ilmiah umat islam. Hal ini dimulai sejak abad ke-12 M. Setelah mereka pulang ke negeri masing-masing, mereka mendirikan universitas dengan meniru pola islam dan mengejarkan ilmu yang dipelajari di universitas-universitas islam itu. Dalam perkembangan selanjutnya keadaan ini melahirkan renaissance, repormasi, dan rasionalisme di Eropa.<br /><br />Gerakan-gerakan renaisans melahirkan perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia. Abad ke -16 dan 17 merupakan abad yang paling penting bagi Eropa, sementara pada akhir abad ke-17 itu pula, dunia islam mulai mengalami kemunduran. Dengan lahirnya renaisans, eropa bangkit kembali untuk mengejar ketinggalan mereka pada masa kebodohan dan kegelapan.<br /><br />Dengan organisasi dan persenjatan moderen pasukan perang Eropa mampu melancarkan pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan islam, seperti ketika kerajaan usmani berhadapan dengan kekuatan-kekuatan eropa dan kerajaan mughal berhadapan dengan inggris. Daerah-daerah kekuasaan islam lainnya mulai berjatuhan ketangan eropa, seperti asia tenggara, bahkan mesir, salah satu pusat peradaban islam terpenting diduduki Napoleon Bonaparte dari Prancis pada tahun 1798 M.<br /><br />Benturan-benturan antara kerajaan Islam dengan kekuatan eropa itu menyadarkan umat islam bahwa mereka memang sudah jauh tertinggal dari Eropa. Kesadaran itulah yang menyebabkan umat islam terpaksa harus banyak belajar dari Eropa. Perimbangan kekuatan umat islam dan eropa berubah dengan cepat. Di antara kemajuan Eropa dan kemunduran islam terbentang jurang yang sangat lebar dan dalam. Dalam perkembangan berikutnya, daerah-daerah Islam hampir seluruhnya berada di bawah kekuasaan bangsa Eropa.<br /><br />BAB VII<br /><br />PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM DAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM<br /><br />Periode ini memang merupakan zaman kebangkitan kembali islam, setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan. Pada periode ini mulai bermunculan pemikiran pembaharuan dalam Islam. Gerakan ini paling tidak muncul dua hal<br /><br /> 1. Timbulnya kesadaran dikalangan ulama banyak ajaran-ajaran ”asing” yang masuk dan diterima sebagai ajaran islam<br /> 2. Pada periode ini barat mendominasi dunia di bidang politik dan peradaban <br /><br />A. Renaisans di Eropa<br /><br />Pada awal kebangkitannya, Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat. Dihadapannya masih terdapat kekuatan-kekuatan perang islam yang sulit dikalahkan, terutama Kerajaan Usmani yang berpusat di Turki. Tidak ada jalan lain, mereka hrus menembus lautan yang sebelumnya hanya dipandang sebagai dinding yang membatasi gerak mereka. Mereka melakukan berbagai penelitian tentang rahasia alam, berusaha menaklukan lautan, dan menjelajahi benua yang sebelumnya diliputi oleh kegelapan. Setelah Christoper Columbus menemukan Benua Amerika (1492 M) dan Vasco dan Gama menemukan jalan ke timur melalui tanjung harapan (1498) benua amerika dan kepulauan hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan Eropa. Dua penemuan itu sungguh sangat berarti tak terkirakan nilainya, Eropa menjadi maju dalam dunia perdagangan, karena tidak tergantung lagi pada jalur lama yang dikuasai umat islam. L.Stoddard menggambarkan dengan sekejap mata dinding laut itu berubah menjadi jalan raya dan Eropa yang semula terpojok segera menjadi yang diperuntukan di laut dan dengan demikian yang dipertuan di dunia. Terjadilah perputaran nasib yang maha hebat dalam sejarah seluruh umat manusia.<br /><br />Negeri – negeri islam yang pertama kali jatuh kebawah kekuasaan eropa adalah negeri-negeri yang jauh dari pusat kekuasaan Kerajaan Usmani, karena kerajaan ini terus mengalami kemunduran, ia masih desegani dan dipandang cukup kuat untuk berhadapan dengan kekuatan Militer Eropa<br /><br />B. Penjajahan Barat Terhadap Dunia Islam di anak Benua India dan Asia Tenggara<br /><br />India ketika berada pada masa kemajuan pemerintahan kerajaan mughal negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal itu mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang kesana. Diawal abad ke-17 M, inggris dan belanda mulai menginjakan kaki di India. Pada tahun 1611 M, inggris mendapat izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapatkan izin yang sama.<br /><br />Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha menguasai india bagian timur ketika ia merasa cukup kuat. Penguasa-penguasa setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan berperang melawan inggris tahun 1761 M. Namun, mereka tidak berhasil mengalahkan inggris<br /><br />Asia tenggara, negeri tempat islam baru mulai berkembang, yang merupakan daerah rempah-rempah terkenal pada masa itu, justru menjadi ajang perebutan negera-negara Eropa. Kekuatan eropa malah lebih awal menancapkan kekuasaannya di negeri ini. Hal itu mungkin karena, dibandingkan dengan Mughal, kerajaan-kerajaan islam lebih lemah sehingga dengan mudah dapat ditaklukan.<br /><br />Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di semenanjung malaya yang strategis dan merupakan kerajaan islam ke dua di asia tenggara setelah Samudera Pasai, ditaklukan portugis tahun 1511 M, sejak itu peperangan portugis melawan Kerajaan – kerajaan Islam mulai berkobar.<br /><br />Pada tahun 1521 M, spanyol datang ke maluku dengan tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai Fhilipina, termasuk didalamnya beberapa Kerajaan Islam, seperti Kesultanan Maguindanao, Kesultanan Buayan, dan Kesultanan Sulu. Akhir abad ke 16-M giliran Belanda, Inggris, Denmark dan Francis yang datang ke asia tenggara. Akan tetapi dua negara yang disebut terakhir tidak berhasil menjajah Asia Tenggara dan datang hanya untuk berdagang. Belanda datang 1595 M dan segera dapat memonopoli perdagangan di kepulauan Nusantara.<br /><br />C. Kemunduran Kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke Timur Tengah<br /><br />Kemajuan Eropa dalam teknologi militer dan industri perang membuat Kerajaan Usmani menjadi kecil dihadapan Eropa. Akan tetapi nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa barat segan untuk menyerang atau mengalahkan wilayah-wilayah yang berada di bawah kerajaan islam ini, termasuk wilayah yang berada di eropa timur. Namun kekalahan besar Kerajaan Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M membuka mata barat bahawa Kerajaan Usmani telah mundur jauh sekali. Sejak itulah Kerajaan Usmani berulang kali mendapat serangan –serangan besar dari Barat. Sejak kekalahan dalam pertempuran Wina itu, Kerajaan Usmani juga menyadari akan kemundurannya dan kemajuan barat.<br /><br />Usaha pembaruan turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah penghalang pembaruan utama, yaitu tentara yenissari dibubarkan oleh sultan mahmud II ( 1807-1839), disamping itu, gerakan pembaruan justru mengancam kekuasaan para sultan yang absolut, karana para pejuang turki melihat kelemahan turki terletak pada keabsolutannya sultan itu. Mereka ingin membatasi kekuasaan Sultan dengan membentuk konstitusi, sehingga lahir gerakan tazimat Usmani Muda, Turki Muda dan partai persatuan kemajuan (Ittihad ve Terekki)<br /><br />BAB VIII<br /><br />PUSAT – PUSAT PERADABAN ISLAM<br /><br />A. Baghdad<br /><br />Kota baghdad didirikan oleh khalifah abbasiyah kedua, Al-Mashur (754-755 M) pada tahunn 762 M. Setelah mencari-cari daerah yang stratgis untuk ibukotanya, pilihan itu jatuh pada daerah yang sekarang dinamakan baghdad, terletak di pinggir sungai Tigris. Menurut cerita rakyat, daerah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisra Anusyirwan, raja persia yang masyhur, di musim panas. Baghdad berarti ”taman keadilan”. Taman itu lenyap bersama hancurnya kerajaan persia. Akan tetapi nama itu tetap terkenang oleh rakyat.<br /><br />Kota ini berbentuk bundar disekelilingnya dibangun dinding tembok besar dan tinggi, disebelah luar dinding digali parit besar yang berfungsi saluran air dan sekaligus sebagai benten, ada empat buah pintu gerbang di seputar kota ini, disediakan disetiap yang ingin memasuki kota ini. Keempat pintu itu adalah :<br /><br />v Bab al Khufah terletak disebelah barat daya<br /><br />v Bab al syam terletak disebelah barat laut<br /><br />v Bab al Basharah terletak disebelah tenggara<br /><br />v Bab al Khurasan terletak di sebelah timur laut<br /><br />Di antara masing-masing pintu gerbang ini di bangun 28 menara sebagai tempat pengawal negara yang bertugas mengawasi keadaan diluar, diatas pintu gerbang di bangun tempat peristirahatan yang di hiasi dengan ukiran-ukiran yang indah dan menyenangkan.<br /><br />Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya Philip K. Hitti menyebutnya sebagai Kota Intelektual. Setelah Al-Mashur, kota baghdad menjadi lebih mashur lagi karena perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan islam. Masa keemasan kota baghdad terjadi pada masa pemerintahan khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M).<br /><br />B. Kairo (Mesir)<br /><br />Kota kairo dibangun pada tanggal 17 sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang dinasti Fathimiah. Al-Mu’izz Lidinillah (953-975 M), sebagai ibukota kerajaan dinasti tersebut. Bentuk kota ini hampir berbentuk persegi empat, disekelilingnya di bangun pagar tembok besar dan tinggi sampai sekarang masih di temui peninggalannya. Wilayah dinasti Fathimiyah meliputi Afrika utara, sicilia, dan syiria, kota yang terletak di tepi sungai nil ini mengalami tiga kali masa kejayaan yaitu<br /><br />Masa Dinasti Fathimiah<br /><br />Masa Dinasti Salah Al-Din Al-Ayyubi<br /><br />Masa Dinasti Mamalik<br /><br />Al-Muizz melaksanakan tiga kebijakan besar yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama.<br /><br />C. Isfahan (Persia)<br /><br />Isfahan atau Eşfahān (pada masa lampau juga ditulis sebagai Ispahan, bahasa Persia Kuna Aspadana, bahasa Persia Pertengahan Spahān, Farsi), terletak sekitar 340 km selatan Teheran. Kota ini ibu kota provinsi Isfahan dan kota terbesar ketiga di Iran (setelah Teheran dan Mashhad). Penduduk kota ini pada tahun 2000 mencapai 2.040.000.<br /><br />Isfahan merupakan sebuah kota warisan dunia UNESCO. Kota ini banyak menyimpan berbagai aneka situs-situs arsitektural Islam dari abad ke-11 sampai abad ke-19. Sedemikian terkenalnya kota Isfahan sehingga musisi Jazz Duke Ellington menulis sebuah lagu yang berjudul "Isfahan".<br /><br />Isfahan pernah menjadi salah satu kota terbesar di dunia. Kota ini berkembang antara 1050 hingga 1722, khususnya di bawah dinasti Safavid pada abad ke-16 ketika kota ini dijadikan ibu kota Persia. Bahkan di masa kini, kota ini masih menyimpan banyak dari kejayaannya di masa lampau. Kota ini terkenal karena arsitektur Islamnya, dengan banyak boulevard yang lebar, jembatan yang beratap, istana-istana, masjid-masjid, dan menaranya. Hal ini menyebabkan timbulnya tamsil Esfahān nesf-e jahan: "Isfahan adalah setengah dari dunia".<br /><br />D. Istambul (Turki)<br /><br /><br /><br /> <br /><br /><br />Istambul<br /><br />Istambul adalah ibu kota kerajaan turki usmani, kota ini sebelumnya merupakan ibu kota kerajaan Romawi Timur yang bernama Konstantinopel. Turki walaupun mengalami arus pemoderenan pesat, namun kesan peninggalan sejarah silam negara itu masih terpelihara, terutama di ibu kotanya, Istanbul. Bandar raya ini menyaksikan berbagai peristiwa, beberapa kerajaan Islam yang pernah bertapak di Turki. Keadaan geografi Istanbul merangkumi dua benua yaitu benua Eropa dan Asia. Bagaimanapun, bagian Eropa lebih luas dan didiami oleh sebagian besar penduduk Istanbul. Selain itu, Istanbul dikenali bandar tujuh bukit disebabkan kawasan berbukit di bandar ini. Tokoh yang bertanggungjawab meletakkan Istanbul sebagai pusat pemerintahan terakhir Dinasti Uthmaniah ialah Sultan Muhammad kedua atau Muhammad al Fatih. Jasad beliau kini disemadikan di Stambul, bandar lama di selatan Tanjung Emas atau Golden Horn selepas 30 tahun memegang tampuk pemerintahan kerajaan Islam Uthmaniah. Sumbangan beliau cukup bermakna bagi dunia Islam, sekaligus menjadikannya tokoh terbilang melakarkan satu lagi sejarah pembukaan kota terpenting bagi umat Islam. Selain terkenal dengan kebijaksanaan, Muhammad al Fatih adalah sultan yang disenangi oleh rakyat dan digeruni serta dihormati musuh. Beliau meninggal dunia ketika berusia 49 tahun selepas dipercayai diracun oleh salah seorang daripada tukang masak istana berketurunan Rom. Ini karena beliau tidak pernah prejudis terhadap pekerja istana walaupun sikap toleransinya disalahgunakan oleh musuh.<br /><br />Berdasarkan riwayat hidup, ketokohan Muhammad al Fatih sebenarnya menonjol ketika beliau masih kanak-kanak lagi. Beliau dikatakan pernah mengambil alih tampuk pemerintahan kerajaan daripada bapanya Sultan Murad kedua selama dua tahun. Sewaktu kecil lagi, Sultan Muhammad diasuh agar memiliki jiwa agama tinggi. Beliau walaupun dilahirkan sebagai anak raja dan hidup serba mewah, namun sentiasa menampilkan sifat terpuji dan tidak sombong. Sewaktu pemerintahan Sultan Murad kedua, empayar Uthmaniah kembali kukuh di negara Balkan, terutama selepas beroleh kemenangan dalam Perang Kosovo kedua iaitu pada 1448. Bahagian Eropah Istanbul terbahagi kepada bandar lama dan bandar baru yang dipisahkan oleh Tanjung Emas. Bandar lamanya berada di bahagian selatan manakala bandar baru di utara. Ketika pemerintahan Constantine, kedudukan bandar Istanbul agak berbeza. Constantine adalah pemerintah Bizantine yang bertanggungjawab membangunkan Constantinople selepas menaiki takhta pada 324 M. Pada masa itu, Constantinople terbahagi kepada 14 zon, 12 daripadanya berada dalam tembok kota dan selebihnya di luar. Galata pula adalah zon ke-13 dan ia diambil alih oleh orang Genoe pada 134 Masihi. Sewaktu gerakan membebaskan Constantinople daripada Bizantine, dua tembok kota dibina di tebing pemisah bagian Eropa dan Asia yaitu Selat Bosporus. Rumeli Hisar atau kota Rumeli didirikan oleh Muhammad al Fatih yang kini terletak di sebelah Eropa Bosporus. Batu bata di tembok ini dikatakan disusun sendiri oleh Muhammad al Fatih. Sementara itu, di tebing Asia pula, kota Anadolu atau Anadolu Hisar didirikan lebih awal lagi oleh Sultan Bayazid pertama, kedua-duanya berperanan untuk menghalang pergerakan tentera Bizantine di Bosporus. Namun, pembinaan tembok untuk pengepungan musuh sudah dilakukan zaman Usman pertama yaitu ketika beliau mengepung Bizantine di Bursa<br /><br />E. Delhi (India)<br /><br /><br /> <br /> <br /> <br /><br /> <br /> <br /><br /><br />Delhi adalah ibu kota kerajaan-kerajaan islam di indonesia sejak tahun 608 H/1211 M (kecuali dalam beberapa waktu yang tidak lama, yaitu ketika ibu kota kerajaan-kerajaan islam pindah ke Dawlatabad, Agra, dan Lahore) sampai kerajaan munghal runtuh oleh inggris tahun 1858. Delhi juga menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam di anak Benua India. Kota ini terletak dipinggir sungai jamna. Sebelum Islam ke sana, delhi berada di bawah kekuasaan keturuan Johan Rajiput. Tahun 589 (1193 M), ditaklukan oleh Qutb Al-Din Aybk dan tahun 602 H (1290 M), kemudian diganti oleh dinasti Khalji (1296-1316 M), setelah itu, dinasti Tughlug (1320-1413).<br /><br />Dinasti Mamluk mendirikan sebuah menara yang tingginya 257 kaki, dikenal dengan nama menara ” Qutb Manar”, bukan saja sebagai tempat azan tetapi juga, sebgai tugu kemenangan dan sebuah masji dengan nama Masjid ”Qutb Al-Islam”. Mamluk juga memperluas tembok kota hindu itu dengan apa yang dikenal dengan kota Kil’a Ray Pithora. Inilah ”kota” pertama dari tujuah ”kota” Delhi tersebut.<br /><br />Dinasti Khalji menambah bangunan Mesjid dengan atap yang indah dan beberapa menara lagi. Kesebelah barat, dinasti ini memperluas benteng Lalkot yang lama dengan maksud mempertahankan kota dari serangan bangsa Mongol. Sementara itu raja pertama dinasti Tughlug mendirikan Tughlughabad, sekitar 8 km di sebelah timur Kil’a Ray Pithora, yang kemudian dijadikan pusat pemerintahan tahun 270 H/ 1320 M. Ditengah Tughlughabad di dirikan istana, masjid, perumahan, perkantoran, dan jalan-jalan yang dikelilingi oleh benteng yang kuat.<br /><br />F. Andalus (Spanyol)<br /><br /><br /> <br /> <br /> <br /><br /> <br /><br /> <br /> <br /><br />nterior Masjid Kordoba atau mezquita, peninggalan dari Al-Andalus yang kini dijadikan katedral Katolik Roma.<br /><br /><br />Andalus (al-andalus) adalah nama dari bagian Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) yang diperintah oleh orang Islam, atau orang Moor, dalam berbagai waktu antara tahun 711 dan 1492.[1] Al-Andalus juga sering disebut Andalusia, namun penggunaan ini memiliki keambiguan dengan wilayah administratif di Spanyol modern Andalusia.<br /><br />Masa kekuasaan Islam di Iberia dimulai sejak Pertempuran Guadalete, dimana pasukan Umayyah pimpinan Tariq bin Ziyad mengalahkan orang-orang Visigoth yang menguasai Iberia. Awalnya Al-Andalus merupakan provinsi dari Kekhalifahan Umayyah (711-750), lalu berubah menjadi sebuah keamiran (c. 750-929), sebuah kekhalifahan, (929-1031), dan akhirnya "taifa" yaitu kerajaan-kerajaan kecil pecahan dari kekhalifahan tersebut (1031-1492).<br /><br />Karena pada akhirnya orang-orang Kristen berhasil merebut Iberia dari tangan umat Islam (Reconquista), nama Al-Andalus umumnya tidak merujuk kepada Iberia secara umum, tapi kepada daerah-daerah yang dikuasai para Muslim pada zaman dahulu. Pada 1236, benteng terakhir umat Islam di Spanyol, Granada menyatakan tunduk kepada Ferdinand III dari Kastilia, dan menjadi negara bawahan Kastilia, hingga pada 1492 Muhammad XII menyerah sepenuhnnya kepada Los Reyes Católicos (Kerajaan Katolik Spanyol) pimpinan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella. Sedangkan kekuasaan Islam di Portugal berakhir pada 1249 dengan ditaklukkannya Algarve oleh Afonso III. Kekalahan penguasa Muslim kemudian diikuti oleh penganiyaan dan pengusiran terhadap kaum Muslim dan Yahudi di Spanyol<br />Murabitun, Muwahidun, dan Banu Marin<br /><br /><br /> <br /> <br /> <br /><br /> Sebuah halaman Al-Qur'an dengan penulisan yang dikembangkan di Al-Andalus, abad ke-12.<br /><br /> <br /> <br /><br />Sebuah halaman Al-Qur'an dengan penulisan yang dikembangkan di Al-Andalus, abad ke-12.<br /><br /><br /><br />Pada 1086, pemimipin Murabitun di Maroko Yusuf bin Tasyfin diundang oleh para bangsawan Muslim di Iberia untuk mempertahankan Iberia dari Alfonso VI, raja Kastilia dan León. Pada tahun itu juga Yusuf menyeberangi selat Gibraltar menuju Algeciras, dan mengalahkan kaum Kristen dengan telak dalam pertempuran Zallāqah. Pada 1094, Yusuf bin Tasyfin menghapuskan kekuasaan dari semua penguasa-penguasa kecil Islam di Iberia, dan mengambil alih semua daerah mereka, kecuali Zaragoza. Ia juga merebut Valencia dari tangan umat Kristen. Pada 1147, kekuasaan kaum Murabitun digantikan oleh kaum Muwahidun (Almohad), yang juga berasal dari suku Berber. Penguasa Muwahidun memindahkan ibukota Al-Andalus ke Sevilla pada 1170, dan mengalahkan raja Kastilia Alfonso VIII dalam Pertempuran Alarcos (1195). Namun pada 1212 gabungan Kerajaan Kristen Kastilia, Navarra, Aragon, dan Portugal mengalahkan kaum Muwahidun pada Pertempuran Las Navas de Tolosa, dan memaksa sultan Muwahidun meninggalkan Iberia. Umat Islam di Iberia kembali terpecah dalam taifa-taifa yang lemah, dan dengan cepat ditaklukkan oleh Portugal, Kastilia dan Aragon. Setelah jatuhnya Murcia (1243) dan Algarve (1249), hanya Granada pimpinan Banu Nasri-lah negara Islam yang tersisa, namun hanya sebagai negara bawahan yang membayar upeti kepada Kerajaan Kastilia. Upeti ini berupa emas dari daerah yang sekarang bernama Mali dan Burkina Faso, yang dibawa melalui jalur perdagangan di gurun Sahara.<br /><br />G. Samarkan dan bukhara (Transoxania)<br /><br /><br /><br /> <br /><br />Di daerah Transoxania terdapat dua kota penting tempat peradaban islam pernah mengalami masa perkembangan dengan pesat, yaitu Samarkand & Bukhoro. Kota Samarkand terletak di sebelah selatan sungai Assaghad. Terdapat dua riwayat tentang kota tersebut. Menurut berita tersebut, kota ini beberapa kali di duduki oleh Iskandar Zulkarnain atau Alexander the Great, ketika ia dan pasukannya berperang melawan<br /><br />Spitamenes. Akan tetapi menurut riwayat tertua dalam bahasa arab, di sebutkan bahwa Iskandariahyang mendirikan kota tersebut.<br /><br />Tahun 323 M, kota Samarkand menjadi bagian dari kekuasaan yang berpusat di Bactaria. Setelah itu, di sana berdiri kerajaan Graeco Bactrion (Bactria Yunani) pada masa Anthiochus II Theos. Sejak itu, hubungan politik dan ekonomi antara samarkand dengan persia terputus, meskipun hubungan dalam budaya terus berlanjut.<br /><br />Riwayat kota Bukhara , diperkirakan sudah ada ketika Iskandar datang ke sana , di lihat dari bangunan-bangunan kuno yang dipengaruhi Persia dan pengaruh Cina. Sebelum kedatangan Islam ke daerah tersebut, masyarakat masih memeluk agama Saman, yaitu agama nenek moyang mereka dan agama Buudha. Pada masa pemerintahan Khalifah Ustman bin Affan, usaha penyebaran islam antara lain oleh Ahnaf bin Qays salah seorang panglima Arab, menuju ke daerah tepian sungai Jihun pada tahun 30 H.Kemudian pada masa Yazid bin Abi Sufyan dari Dinasti Umayyah, banyak melakukan serangan ke beberapa daerah di Turkistan bagian selatan. Di bawah pimpinan Said bin Utsman, tentara islam menyebrangi sungai Jihun, dan memasuki wilayah Uzbekistan . Dalam penaklukan itu, kota Biekand, yaitu sebuah kota yang terletak di antara Bukhara dan sungai Jihun, dapat dikuasai dengan cara perdamaian. Selanjutnya tentara islam mulai memasuki kota Samarkand pada tahun 55 H. Setelah beberapa lama, Bukhara melanggar perjanjian, sehingga tentara islam harus menaklukkan kembali kota tersebut.<br /><br />Setelah Qutaibah bin Muslim Al Bahily berhasil menaklukkan Khurasan tahun 88 H, Bukhara tahun 90 H/709 M da Farghana tahun 96 H/ 725 M berhasil juga ditaklukkan mulai saat iulah agama islam tersebar ke wilayah Rusia. Sebagai pusat kegiatan dakwah, Qutaibah membangun sebuah masjid di Bukhara tahun 94 H (713 M). kemudian pada masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Azis beberapa raja dan pemimpin masyarakat di wilayah Uzbekistan menyatakan diri sebagai pemeluk Islam dan akan selalu menaati segala peraturan yang ditetapkan oleh pemerintahan Islam di Pusat, yaitu Damaskus. Masuknya para pemimpin dan tokoh masyarakat di Uzbekistan dan beberapa penguasa lainnya di Sajistan, Balkh , Bukhara dan Samarkand menjadikan istilah mulai berkembang dan dianut masyarakat Rusia. Terdapat empat orang pahlawan yang sangat berjasa dalam proses Islamisasi wilayah Transoxania di Rusia, yaitu Muslim bin Ziyad bin Abi Sofyan, Muhlab bin Abi Shafrah, Yazid bin Muhalab, dan Qutaibah bin Muslim Al Bahily.<br /><br />Pada tahun 204 H/ 819 M, Al Makmun, khalifah dari Dinasti Bani Abbas yang berpusat di Bagdhad menyerahkan pemerintahan negeri Transoxania, khususnya Samarkand dan Bukhara pada keluarga As'ad bin Saman.<br /><br />Samarkand dan Bukhara masing-masing terbagi menjadi tiga bagian kota , yaitu sebagai berikut:<br /><br />a. Benteng<br /><br />Terdapat istana, kantor-kantor pemerintahan dan penjara<br /><br />b. Kota sebagai pusat<br /><br />Di sekitar kota digali parit yang dalam dan tanahnya dibuat tembok kota . Di tengah kota berdiri kantor-kantor pemerintahan dan masjid Jami'. Kota Samarkand mempunyai empat pintu utama sedangkan Bukhara mempunyai tujuh buah pitu. Kota berbatasan dengan perkampungan.<br /><br />c. Perkampungan<br /><br />Terdapat pasar-pasar besar, pertokoan, dan gudang harta.<br /><br />BAB IX<br /><br />PERADABAN ISLAM DI INDONESIA<br /><br />A. Sebelum Kemerdekaan<br /><br />v Birokrasi Keagamaan<br /><br />Oleh karena penyebaran islam di Indonesia pertama-tama dilakukan oleh para pedagang, pertumbuhan komunitas islam bermula diberbagai pelabuhan-pelabuhan penting di sumatera, jawa, dan pulau lainnnya. Kerajaan-kerajaan islam yang pertama berdiri juga di daerah pesisir. Demikian halnya dengan kerajaan samudra pasai, aceh, demak, banten, , cirebon, ternate, dan tidore. Dari sana kemudian, islam menyebar kedaerah-daerah sekitar. Begitu pula yang terjadi di sulawesi dan Kalimantan, menjelang abad ke 17 pengaruh islam sudah hampir merata di berbagai wilayah penting Nusantara.<br /><br />Disamping merupakan pusat-pusat politik dan perdagangan ibu kota kerajaan juga tempat berkumpul para ulama dan mubalig Islam. Ibn Batuthah menceritakan, sultan kerajaan samudera pasai, sulatan al-malik al-zahir, di kelilingi oleh para ulama dan mubalig islam, dan raja sendiri sangat menggemari diskusi mengenai masalah-masalah keagamaan.<br /><br />v Ulama dan Ilmu-ilmu keagamaan<br /><br />Penyebaran dan pertumbuhan kebudayaan islam di Indonesia terutama terletak di pundak para ulama. Paling tidak ada dua cara yang dilakukan :<br /><br />- Membentuk kader-kader ulama yang bertugas sebagai muballig ke daerah-daerah yang lebih luas cara ini yang dikenal dengan pesantren di jawa, dayah di aceh, dan surau di minangkabau<br /><br />- Melalui karya-karya terbesar yang dibaca di berbagai tempat yang jauh. Karya-karya tersebut menggambarkan perkembangan dan ilmu-ilmu keagamaan di Indonesia pada masa itu.<br /><br />Pada abad 16 dan 17, banyak sekali bermunculan tulisan-tulsian para cendikiawan islam di Indonesia. Syeh Muahamad Naquib Al-Attas menyatakan, abad-abad itu menyaksikan suatu kesuburan dalam penulisan sastra, metafisika, filsafat dan teologi rasional yang tidak terdapat tolak bandingnya dimana-mana di jaman apapun di Asia Tengara.<br /><br />Ilmuan muslim terkenal pertama di Indonesia adalah Hamzah Fansuri, seorang tokoh sufi terkemuka yang berasal dari fansur (Barus), Sumatra utara, karyanya yang terkenal berjudul Asra-Rul-‘Arifin Fi Bayan Ila Suluk Wa Al-Tauhid, suatu uraian singkat sifat-sifat dan inti ilmu kalam menurut teologi Islam. Penulis lainnya juga yang berasal dari kerajaan Aceh adalah Abdurauf Singkel yang mendalami ilmu pengetahuan islam di Mekah dan Madinah.<br /><br />v Arsitek Bangunan<br /><br />Oleh karena perbedaan latar belakang budaya, arsitektur bangunan-bangunan Islam di Indonesia berbeda dengan yang terdapat di dunia Islam lainnya. Hasil-hasil seni bangunan pada zaman pertumbuhan dan perkembangan Islam di Indonesia anara lain masjid-masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung kasepuhan di Cirebon, Masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, dan di daerah-daerah lain di Aceh.<br /><br />Selain dari pada itu, pada pintu gerbang baik di keratin-keraton maupun makan yang dianggap keramat yang berbentuk candi-bentar, kori agung, jelas menunjukan pintu gerbang yang di kenal sebelum islam<br /><br />B. Sesudah Kemerdekaan<br /><br /> 1. Departemen Agama<br /><br />Departemen Agama (dulu namanya Kementerian Agama) didirikan pada masa cabinet syahrir yang mengambil keputusan tanggal 03 Januari 1946 untuk memberikan sebuah konsesi kepada kaum muslimin. Menteri Agama pertama adalah M. Rasyidi yang di angkat pada tanggal 12 Maret 1946. sebelum terbentuknya kementerian ini, ada pembahasan mengenai apakah kementerian ini akan dinamakan Kementerian Agama Islam atau Kementerian Agama. Akhirnya di putuskan menjadi Kementerian Agama.<br /><br />Dalam jangka beberapa tahun di awal berdirinya kementerian ini, telah di keluarkan berbagai peraturan yang menentukan tugas serta ruang lingkup kementerian agama. Meskipun ruang lingkupnya tetap sama rumusannya sudah beberapa kali berubah. Tujuan dan fungsi Departemen Agama yang dirumuskan tahun 1967 adalah sebagai berikut :<br /><br />a) Mengurus dan mengatur pendidikan agama di sekolah-sekolah, serta membimbing perguruan-perguruan agama<br /><br />b) Mengikuti dan memperhatikan hal yang bersangkutan dengan agama dan keagamaan<br /><br />c) Memberi penerangan dan penyuluhan agama<br /><br />d) Mengurus dan mengatur peradilan agama serta menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan hukum agama<br /><br />e) Mengurus dan memperkembangkan IAIN, Perguruan Tinggi Agama Swasta dan Pesantren luhur serta mengurus dan mengawasi pedidikan agama pada perguruan-perguran tinggi<br /><br />f) Mengatur, mengurus, dan mengawasi penyelenggaraan ibadah haji<br /><br /> 2. Pendidikan<br /><br />Lembaga-lembaga pendidikan islam sudah berkembang beberapa bentuk sejak zaman penjajahan Belanda. Salah satu pendidikan islam tertua di Indonesia adalah Pesantren yang terbesar di berbagai peloksok. Tidak ada hubungan antara satu dengna yang lain. Lembaga ini dipimpin oleh seorang ulama atau kiai. Untuk tingkat lanjutan tidak ada kurikulim dalam lembaga ini. Kemajuan seorang penuntut sangat ditentukan oleh kerajinan, kesungguhan dan ketekunan masing-masing.<br /><br />Setelah Indonesia merdeka, terutama setelah berdirinya Departemen Agama, persoalan pendidikan agama islam mulai dapat perhatian lebih serius. Badan Pekerja Komite Nasional Pusat dalam bulan Desember 1945 menganjurkan agar pendidikan Madrasah diteruskan. Akan tetapi, semua yang sudah dirintis itu mengalami kemandegan karena terjadinya aksi militer belanda kedua.<br /><br /> 3. Hukum islam<br /><br />Salah satu lembaga yang sangat penting yang juga di tangani oleh Departemen Agama adalah hukum atau syariat. Pengadilan hukum di Indonesia membatasi dirinya pada soal-soal hukum muamalat yang bersifat pribadi, hukum muamalat pun terbatas pada masalah nikah, cerai, dan rujuk, waris, wakaf, hibah, dan baitul mal. Keberadaan lembaga peradilan agama dimasa Indonesia setelah merdeka adalah kelanjutan dari masa colonial belanda. Pada masa penduduk Jepang, pengadilan agama tidak mengalami perubahan. Setelah Indonesia merdeka Pengadilan Agama bertambah tapi administrasinya tidak segera dapat diperbaiki.<br /><br /> 4. Haji<br /><br />Indonesia termasuk negeri yang banyak mengirim jamaah Haji. Angka tertinggi sampai tahun 1992 tercapai pada tahun 1992 yaitu sekitar 107.000 orang jamaah haji Indonesia diberangkatkan. Sejak awal tahun 1970-an, banyak para pejabat tinggi, pemerintah, termasuk menteri, yang tidak ketinggalan berangkat ketanah suci. Bahkan, dari kalangan merekalah amir al-hajj (pemimpin jamah haji) Indonesia di tunjuk.<br /><br />Semenjak zaman penjajahan belanda, Umat Islam Indonesia ingin mempunyai kapal laut untuk dipergunakan dalam penyelenggaraan perjalan haji. Iuran dikumpulkan, saham di edarkan,tetapi, sela zaman jajahan, keinginan itni tidak terwujud. Setelah Indonesia merdeka usaha ini dilanjutkan. Pada tahun 1950, sebuah yayasan, yaitu Yayasan Perjalanan Haji Indonesia, didirikan di Jakrta, pemerintah memberikan kuasa pada yayasan itu untuk menyelenggarakan perjalana haji.<br /><br />Diantara alasan pemerintah melakukan monopoli dalam penyelenggaraan perjalanan haji adalah sebgai berikut :<br /><br />1) Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan perjalanan haji agar masyarakat tentram dan terjamin<br /><br />2) Kemungkinan factor laba juga menjadi perhatian pemerintah<br /><br /> 5. Majlis Ulama Indonesia <br /><br />Disamping Departemen Agama, cara lain pemerintah dalam menyelenggarakan administrasi Islam ialah mendirikan Majlis Ulama. Suatu program pemerintah, apalagi yang berkenanan dengan agama hanya bias berhasil dengan baik bila disokong oleh ulama. Karena itu, kerja sama antara pemerintah dengan ulama perlu terjamin dengan baik. Pertama kali majlis ulama didirikan pada masa pemerintahan Soekarno. Majlis ini pertama didirikan di daerah-daerah karena diperlukan untuk menjamin keamanan<br /><br />Dalam kesempatan menutup secara resmi loka karya itu, Presiden Soeharto menyampaikan amanatnya antara lain mengharapkan berdirinya Majlis Ulama Indonesia. Sementara itu di Jakarta di bentuk panitia musyawarah Nasional I Majlis Ulama Seluruh Indonesia. Musyawarah dilangsungkan pada tanggal 21-27 Juni 1975, Di hadiri oleh wakil-wakil Majlis Ulama Propinsi. Ketika itu majlis ulama yang baru menyatak berdiri dengan Majlis Ulama Indonesia. Piagam berdirinya ditanda tangani oleh 26 orang ketua-ketua Majlis Ulama Daerah tingkat I, 10 orang ulama unsur organisasi Islam tingkat pusat, 4 orang ulama Dinas Rohani Islam AD, AU, Al dan POLRI, dan 13 ulama yang diundang secara perorangan.<br /><br />Dalam pedoman Majlis Ulama Indonesia yang disahkan dalam kongres tersebut, disebutkan Majlis Ulama Indonesia berfungsi :<br /><br />Ø Memberi fatwa dan nasehat mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada pemerintah dan umat Islam sebagai amar ma’ruf nahi mungkar, dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional<br /><br />Ø Mempercepat ukhuwah islamiayah dan memelihara serta meningkatkan suasana kerukunan antar umat beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.<br /><br />Ø Mewakili umat islam dalam konsultasi antar umat beragama<br /><br />Ø Penghubung antar ulama dan umara (pemerintah) serta menjadi penerjemah timbal balik anatara pemerintah dan umat guna menyukseskan pembangunan nasional.<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />http://suryaningsih.wordpress.com/2007/10/01/khilafah-bani-umayyah-masa-kemajuan-islam/<br /><br />http://www.cybermq.com/index.php?pustaka/detail/10/1/pustaka-educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-44963724996693841822008-06-21T09:08:00.002-07:002008-06-21T09:09:06.319-07:00Berusaha Menjauhkan TaqlidBerusaha Menjauhkan Taqlid<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Taqlid dari sudut bahasa ialah menggantung kalung di leher. Dari sudut agama taqlid ialah tindakan mengikuti suatu pendapat tanpa mengetahui dalil atau hujah di sebaliknya. Orang yang melakukan taqlid digelar muqallid. Rashid Rida rahimahullah menerangkan:<br /><br />Taqlid ialah mengikuti pendapat orang yang dianggap terhormat atau terpercaya dalam masyarakat tentang suatu hukum syari‘at Islam tanpa memerhatikan benar atau salah, baik atau buruk, manfaat atau mudarat hukum yang diikuti tersebut.[1]<br /><br />Flowchart: Document: Yang benar hukum taqlid bergantung kepada ke-mampuan individu.Dalam konteks bermazhab, taqlid bererti:<br /><br />Mengikuti pendapat mazhab fiqh Islam atau ajaran berkenaan suatu mazhab fiqh tanpa mengetahui atau memahami dalil, hujah, alasan dan penerangan di sebaliknya.<br /><br /> <br /><br />Hukum Taqlid.<br /><br />Di bab ini terdapat 3 pendapat:<br /><br />Pertama: Haram bertaqlid. Taqlid hanya dibolehkan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah, tidak kepada sesama manusia setinggi mana sekalipun ilmunya.<br /><br />Kedua: Wajib bertaqlid. Semua umat Islam wajib bertaqlid kepada salah seorang imam mujtahid kecuali mereka yang mencapai darjat kemampuan untuk berijtihad secara mutlak.<br /><br />Ketiga: Hukum bertaqlid berbeza-beza bergantung kepada kemampuan setiap individu.<br /><br /> <br /><br />Pendapat yang benar:<br /><br />Pendapat yang dianggap benar ialah pendapat yang ketiga, iaitu hukum taqlid bergantung kepada kemampuan individu. Kemampuan tersebut diukur dari dua sudut:<br /><br />Pertama: <br /><br />Kecerdasan akal untuk mengkaji dalil-dalil al-Qur’an dan al-Sunnah serta hujah para mujtahid sebelumnya.<br /><br />Berdasarkan kajian tersebut dia mampu mengeluarkan pendapat yang tersendiri (mujtahid mustaqil) atau menguatkan satu pendapat di antara beberapa pendapat yang sedia ada (mujtahid murajjih) atau hanya sekadar mengetahui beberapa pendapat yang sedia ada, khasnya pendapat mazhab ikutannya (mujtahid musta’dil).<br /><br />Sebaliknya jika dia tidak mampu mengkaji, maka dia hanya mengikut hasil kajian orang lain sambil memerhatikan dalil serta hujahnya (ittiba’) atau jika masih tidak mampu maka dia hanya mengambil pendapat orang tersebut (taqlid) tanpa memerhatikan dalil serta hujahnya.<br /><br />Kedua: <br /><br />Flowchart: Document: Bagi orang awam, jika dia ber-kemampuan untuk berijtihad dalam sebahagian masalah, maka dibolehkan baginya untuk berijtihad. Ini kerana ijtihad merupakan sesuatu yang boleh menerima pemecahan dan pembahagian (kepada tahap dan tingkatannya).Kemudahan fizikal seperti sihat anggota badan untuk bergerak mencari rujukan dan mengkajinya. Juga berkemudahan untuk melakukan rujukan seperti memiliki masa yang mencukupi, terdapat perpustakaan yang menyimpan koleksi rujukan ilmiah dengan jarak yang sewajarnya.<br /><br />Berdasarkan kemudahan ini dia mampu melakukan kajian sebagai seorang mujtahid sesuai dengan tingkatan-tingkatannya (mustaqil, murajjih atau musta’dil) secara keseluruhannya atau pada bab dan permasalahan tertentu sahaja.<br /><br />Sebaliknya jika dia tidak memiliki kemudahan di atas, memadai jika dia hanya mengikut hasil kajian orang lain sambil memerhatikan dalil serta hujahnya (ittiba’) sekadar yang dapat diperolehinya. Jika masih menghadapi kesukaran, memadailah dengan hanya mengambil pendapat orang tersebut (taqlid).<br /><br />Berkata Ibn Taimiyyah rahimahullah berkenaan hukum taqlid:<br /><br />Pendapat yang dipegang oleh kebanyakan imam ialah ijtihad dibolehkan dalam beberapa sudut dan taqlid dibolehkan dalam beberapa sudut yang lain. Mereka tidak mewajibkan ijtihad ke atas setiap individu dan mereka tidak mengharamkan taqlid. (Pada waktu yang sama) mereka tidak mewajibkan taqlid ke atas setiap individu dan mereka tidak mengharamkan ijtihad.<br /><br />Ijtihad dibolehkan mengikut kadar kemampuan masing-masing untuk berijtihad dan taqlid dibolehkan bagi sesiapa yang tidak mampu berijtihad. (Timbul persoalan) adakah orang yang mampu berijtihad dibolehkan baginya untuk bertaqlid ? Dalam persoalan ini terdapat perbezaan pendapat. Yang benar ia dibolehkan, iaitu pada ketika seseorang tidak mampu berijtihad sama ada kerana dalil-dalil yang dimilikinya sama-sama kuat atau kerana kesuntukan waktu untuk berijtihad atau kerana tidak menemui dalilnya. Dalam suasana keuzuran di atas, gugur baginya kewajipan untuk berijtihad sekadar apa yang menjadi keuzuran baginya dan statusnya beralih kepada apa yang di sebaliknya, iaitu taqlid. Ini sebagaimana orang yang memiliki keuzuran untuk bersuci kerana ketiadaan air (maka dia bertayamum).<br /><br />Dan demikianlah juga bagi orang awam, jika dia berkemampuan untuk berijtihad dalam sebahagian masalah, maka dibolehkan baginya untuk berijtihad. Ini kerana ijtihad merupakan sesuatu yang boleh menerima pemecahan dan pembahagian (kepada tahap dan tingkatannya). Maka yang penting ialah mampu atau tidak (untuk berijtihad). Boleh jadi seorang itu mampu berijtihad di dalam sebahagian masalah akan tetapi tidak mampu di dalam sebahagian masalah yang lain. Akan tetapi kemampuan untuk berijtihad tidak boleh terlepas daripada terlebih dahulu menguasai ilmu yang diperlukan untuk mencapai ijtihad. Adapun jika dia hanya menguasai satu masalah daripada satu bab (atau topik) maka masih jauh baginya untuk ijtihad dalam (bab tersebut).[2]<br /><br /> <br /><br />Analisa Pendapat:<br /><br />Pertama: Analisa ke atas pendapat yang mengharamkan taqlid.<br /><br />Pihak yang melarang taqlid beralasan dengan kata-kata para imam mazhab yang melarang ajaran mereka diikuti tanpa kajian dalil dan hujah. Antara kata-kata yang dimaksudkan ialah:<br /><br />Perkataan al-Syafi‘e rahimahullah (menegur salah seorang anak muridnya):<br /><br />Flowchart: Document: Sesungguhnya larangan ter-sebut hanyalah bagi para mujtahid agar tidak bertaqlid kepada mereka (para imam mazhab), bukan kepada ora-ng-orang yang belum men-capai darjat mujtahid.Hai Abu Ishaq, janganlah engkau mengikut begitu sahaja segala yang aku ucapkan, kajilah dahulu kerana apa yang aku ucapkan ini adalah masalah agama.[3]<br /><br />Perkataan Abu Hanifah rahimahullah:<br /><br />Tidaklah dihalalkan bagi sesiapa menerima pendapat kami (mazhab) jika mereka tidak tahu dari sumber mana kami memperolehinya.[4]<br /><br />Perkataan Malik bin Anas rahimahullah:<br /><br />Aku hanya manusia biasa yang mana pendapat aku mungkin benar dan mungkin salah. Maka telitilah pendapat yang aku kemukakan.[5]<br /><br />Perkataan Ahmad bin Hanbal rahimahullah:<br /><br />Dapatkanlah ilmu dengan cara yang ditempuh oleh para imam mujtahid dalam mendapatkan ilmu; dan janganlah berpuas hati dengan hanya bertaqlid kerana taqlid itu bagaikan orang yang buta ![6]<br /><br /> <br /><br />Jawab:<br /><br />Perkataan para imam sepertimana di atas atau apa-apa lain seumpama adalah benar akan tetapi jika dicermati secara mendalam, akan disedari bahawa ia hanya ditujukan kepada mereka yang berkemampuan dari sudut kecerdasan akal dan kemudahan fizikal. Tidak semua orang dapat mencapai tuntutan para imam mazhab tersebut. Justeru berkata al-Zarkasyi rahimahullah:<br /><br />Sesungguhnya larangan tersebut hanyalah bagi para mujtahid agar tidak bertaqlid kepada mereka (para imam mazhab), bukan kepada orang-orang yang belum mencapai darjat mujtahid.[7]<br /><br />Maka bagi mereka yang berkemampuan, dilarang untuk bertaqlid kepada ajaran para imam mazhab melainkan mengkajinya sesuai dengan tahap dan tingkatan ilmu masing-masing. Bagi mereka yang tidak mampu, boleh bertaqlid dengan catitan berusaha sekuat mampu untuk mengikuti dalil dan hujah yang digunakan oleh imam mazhab ikutan mereka.<br /><br /> <br /><br />Kedua: Analisa ke atas pendapat yang mewajibkan taqlid.<br /><br />Pihak yang mewajibkan taqlid kepada semua orang beralasan dengan ayat berikut:<br /><br />Oleh itu bertanyalah kamu kepada orang-orang yang berpengetahuan agama jika kamu tidak mengetahui. [al-Nahl 16:43]<br /><br />Dengan ayat ini mereka berkata, kewajipan orang awam ialah bertanya dan kemudiannya bertaqlid kepada jawapan yang diberikan oleh orang yang berpengetahuan.<br /><br />Jawab:<br /><br />Flowchart: Document: Ilmu dan ijtihad adalah sesua-tu yang memiliki tahap dan tingkatannya.Orang awam se-kalipun tidak mencapai tahap mujtahid mustaqil, mereka ma-sih mampu mencapai tahap yang lebih rendah seperti mujtahid murajjih dan mujtahid musta’dil.Penggunaan ayat di atas bagi mewajibkan taqlid kepada semua orang kecuali para mujtahid mustaqil adalah tidak benar kerana dua sebab:<br /><br />Pertama:<br /><br />Ilmu dan ijtihad adalah sesuatu yang memiliki tahap dan tingkatannya. Orang awam sekalipun tidak mencapai tahap mujtahid mustaqil masih mampu untuk mencapai tahap yang lebih rendah seperti mujtahid murajjih dan mujtahid musta’dil.<br /><br />Oleh itu tidak boleh mengeneralisasikan ayat di atas kepada semua orang awam kerana mereka terbahagi kepada beberapa tahap dan tingkatan untuk mengkaji dan berijtihad.<br /><br />Kedua:<br /><br />Taqlid adalah tindakan mengikut sesuatu pendapat agama tanpa memerhatikan dalil dan hujah di sebaliknya. Ayat di atas tidak bersifat menyokong taqlid kerana orang yang bertanya bakal menerima jawapan dalam dua bentuk:<br /><br />1. Jawapan yang disertai dengan dalil dan hujah kemudian diikuti dengan kesimpulan hukumnya dan<br /><br />2. Jawapan yang tidak disertai dengan dalil dan hujah tetapi hanya kesimpulan hukum seperti “Itu haram”, “Ini sunat” dan sebagainya.<br /><br />Flowchart: Document: Kami tidak mengingkari fatwa yang diberikan oleh para ulama’ kepada orang awam yang meminta fatwa akan tetapi yang kami ing-kari ialah penetapan fatwa tanpa bukti keterangan ya-ng mendukunginya, tanpa rujukan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah.Berpegang kepada bentuk jawapan yang pertama disebut ittiba’ manakala berpegang kepada bentuk jawapan yang kedua disebut taqlid. Oleh itu sekali lagi, tidak boleh mengeneralisasikan ayat di atas kepada bertaqlid sahaja. Malah kesimpulan yang lebih tepat terhadap ayat 43 surah al-Nahl di atas adalah menjauhkan diri daripada menerima jawapan dalam bentuk bertaqlid. Ibn Hazm rahimahullah menerangkan sebabnya:<br /><br />Kami tidak mengingkari fatwa yang diberikan oleh para ulama’ kepada orang awam yang meminta fatwa akan tetapi yang kami ingkari ialah penetapan fatwa tanpa bukti keterangan yang mendukunginya, tanpa rujukan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah kerana yang demikian itu berkemungkinan menimbulkan ikutan kepada pendapat yang silap.<br /><br />Jika pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sudah wujud orang yang memberi fatwa yang silap maka sudah tentu selepas kewafatan baginda berlaku lebih banyak kesilapan dalam konteks yang lebih luas. Oleh itu kita harus menghindari fatwa yang dikeluarkan oleh mufti yang tidak menyandarkannya kepada dalil al-Qur’an, al-Sunnah dan Ijma’.[8]<br /><br /> <br /><br />Kepentingan meninggalkan sikap taqlid.<br /><br />Terdapat beberapa sebab penting umat Islam harus berusaha menjauhkan sikap taqlid. Antaranya:<br /><br />· Taqlid menghilangkan keindahan Islam dan keyakinan ibadah. Seorang muqallid tidak merasai keindahan agama yang dianutinya dan jauh sekali daripada merasai kepuasan dalam beramal ibadah. Wahbah al-Zuhaili berkata:<br /><br />Mengetahui hukum syara' di bidang fiqh tanpa dalil dan hujah tidak akan menimbulkan kepuasan fikiran dan kenikmatan jiwa serta tidak akan melahirkan ketenangan kepada mereka yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu.<br /><br />Dengan kata lain ilmu yang disertakan dengan dalil akan mengeluarkan seseorang daripada ikatan taqlid buta yang dicela oleh al-Qur'an kepada ikutan dalam keadaan sedar dan mengetahui seperti yang disyaratkan oleh imam-imam yang kita terima ilmu pengetahuan daripada mereka.<br /><br />Selain itu, dalil dan hujah merupakan roh kepada fiqh. Mempelajarinya adalah menjadi latihan dan pendidikan akal serta dapat memupuk bakat orang yang mempunyai ilmu di dalam bidang ini.[9]<br /><br />· Bertaqlid menjatuhkan manusia ke tahap yang sangat rendah. Ini kerana Allah Subhanahu wa Ta‘ala membezakan antara manusia dan haiwan dengan kurniaan akal sebagai satu alat yang menganalisa, mengkaji dan berfikir. Apabila manusia menolak penggunaan akal dengan bertaqlid, dia menolak satu-satunya ciri khas yang membezakannya dengan haiwan. Kata-kata al-Sya’rani rahimahullah menjelaskan lagi hakikat ini:<br /><br />Sikap menyerah kepada pendapat para imam mujtahid adalah tindakan kelas orang yang paling rendah padahal yang saya (al-Sya'rani) menghendaki dengan kitab ini adalah apa yang melebihi daripada itu. Seorang muqallid harus tahu bagaimana imam yang diikutinya memahami suatu ayat atau hadis dan bagaimana cara imam tersebut mengambil hukum dari sumber pokoknya.[10]<br /><br />· Taqlid menimbulkan sikap taksub mazhab kerana orang yang bertaqlid kepada satu mazhab, maka mazhab itu menjadi keyakinan dirinya sendiri. Sukar untuk dia melepaskan mazhabnya kerana dia tidak tahu apa yang betul dan apa yang salah berbanding dengan mazhab atau pendapat yang lain.<br /><br />Sebaliknya yang yang sentiasa mengkaji ajaran mazhab akan memiliki sikap terbuka lagi toleran kerana dia sedia mengetahui kewujudan perbezaan pendapat di antara mazhab.<br /><br />· Taqlid menyebabkan para pengikut mazhab tidak dapat membezakan antara ajaran asli mazhabnya dan ajaran adat tradisi yang telah bercampur aduk. Sebagai contoh, umat Islam Malaysia umumnya mengakui bahawa apa yang mereka amalkan adalah Mazhab al-Syafi‘e padahal yang benar kebanyakannya ialah percampuran antara Mazhab al-Syafi‘e dan adat tradisi tempatan.<br /><br />Flowchart: Document: Sesiapa yang melazimkan di-rinya membaca kitab-kitab hadis akan mendapati Rasul-ullah s.a.w. apabila mengajar atau menjawab apa-apa per-soalan daripada para saha-bat, baginda akan berusaha memberikan penjelasan yang lengkap agar mereka dapat mengetahuinya dengan penuh keyakinan. Tidak sekali-kali baginda beramal dengan kae-dah taqlidSesiapa yang melazimkan dirinya membaca kitab-kitab hadis akan mendapati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila mengajar atau menjawab apa-apa persoalan daripada para sahabat, baginda akan berusaha memberikan penjelasan yang lengkap agar mereka dapat mengetahuinya dengan penuh keyakinan. Tidak sekali-kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghuraikan permasalahan agama dengan kaedah taqlid umpama: “Itu wajib, ini haram; itu sunat, ini makruh dan yang selainnya harus” sebagaimana yang lazim berlaku hari ini.<br /><br />Salah seorang sahabat bernama ‘Abd Allah ibn Mas‘ud radhiallahu ‘anh pernah menerangkan cara dia dan para sahabat lainnya belajar al-Qur'an dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:<br /><br />Biasanya seseorang di antara kami para sahabat jika belajar sepuluh ayat (dari al-Qur'an) tidak akan melebihinya sehingga kami mengerti benar ertinya dan cara melaksanakannya.<br /><br />Cara seperti ini dicontohi oleh genarasi selepas mereka sebagaimana yang diceritakan oleh Abu ‘Abd al-Rahman al-Sulami:<br /><br />Kami diberitahu oleh guru-guru yang mengajar al-Qur'an bahawa mereka dahulu belajar al-Qur'an dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sepuluh ayat, maka tidak akan diminta tambah kecuali sesudah diamalkan dan disesuaikan diri dengan tuntutan ayat tersebut.[11]<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Beberapa langkah untuk menjauhi taqlid.<br /><br />Memandangkan taqlid sudah menjadi satu kelaziman umat Islam tanah air, berikut disenaraikan beberapa langkah untuk menjauhi taqlid:<br /><br />· Menetapkan di dalam diri masing-masing bahawa menuntut ilmu adalah wajib hukumnya ke atas setiap individu muslim. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap Muslim.[12] Bertaqlid tidak termasuk di dalam kategori menuntut ilmu melainkan bagi orang yang benar-benar tidak mampu dari sudut kecerdasan akal dan kemudahan fizikal.<br /><br />· Menetapkan keyakinan di dalam diri masing-masing bahawa menuntut ilmu agama adalah mudah sebagaimana menuntut ilmu-ilmu yang lain. Lebih dari itu sesiapa yang bersungguh-sungguh menuntut ilmu atas tujuan memperbaiki agamanya, maka dia akan dipimpin oleh Allah sebagaimana firman-Nya:<br /><br />Dan orang-orang yang berusaha dengan bersungguh-sungguh kerana memenuhi kehendak agama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan) Allah adalah berserta orang-orang yang berusaha membaiki amalannya. [al-Ankabut 29:69]<br /><br />· Lazimkan diri untuk menghadiri kuliah agama dan membaca buku yang bersifat ilmiah. Pasti setiap pendapat yang dikemukakan disandarkan kepada dalil al-Qur’an dan al-Sunnah diikuti dengan hujah tokoh yang muktabar. Jauhilah kuliah atau buku agama yang hanya membicarakan agama tanpa dalil dan hujah.<br /><br />· Memberi perhatian dan keutamaan kepada para ustaz dan ustazah yang “junior”. Alhamdulillah, negara kita memiliki ramai graduan tempatan mahupun luar negara dalam jurusan agama yang mampu menyampaikan ilmu dengan menjauhi kaedah taqlid. Akan tetapi mereka tidak diberi perhatian yang sewajar oleh masyarakat sebagai sumber rujukan ilmu semata-mata kerana umur mereka yang agak muda.<br /><br />· Berdoa kepada Allah agar diberi kecerdasan akal dan kemudahan fizikal untuk menuntut ilmu sebagaimana firman-Nya:<br /><br />“Wahai Tuhanku, tambahilah ilmuku.” [Taha 20:114]<br /><br /> <br /><br /> <br /><br /> <br /><br />^Kembali Ke Atas<br /><br />Kata Penutup<br /><br /><br />[1] Ensiklopidi Islam – Taqlid.<br /><br />Syaikh Rashid Rida ialah seorang ulama' pembaharu dan pembangun Islam yang terkemuka bagi umat Islam akhir zaman. Beliau lahir di Mesir pada 1281H/1865M dan sempat merantau ke beberapa negara Islam yang lain bagi mencari pengalaman dan meluaskan fikiran. Rashid Rida banyak memberikan tumpuan kepada membangkitkan semula ilmu dan sekaligus umat Islam selari dengan peredaran dunia. Bagi beliau, bukan Islam yang memundurkan umat tetapi umat yang memundurkan Islam. Beliau meninggal dunia pada 1353H/1935M.<br /><br />[2] Majmu’ al-Fatawa, jld. 20, ms. 202-204.<br /><br />[3] Riwayat al-Sya’rani di dalam al-Mizan al-Kubra, jld. 1, ms. 192-193.<br /><br />[4] Riwayat Ibn ‘Abd al-Barr di dalam al-Intiqa’ fi Fadha’il al-Tsalatsah al-A’immah, ms. 145 (The Prophet’s Prayer Described, ms. viii).<br /><br />[5] Riwayat Ibn ‘Abd al-Barr di dalam Jami’ Bayan al-Ilm, jld. 2, ms. 32.<br /><br />[6] Riwayat al-Sya’rani – al-Mizan al-Kubra, jld. 1, ms. 36<br /><br />[7] al-Bahr al-Muhith, jld 8, ms. 328.<br /><br />[8] Al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, jld. 6, ms. 1076 sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Luwaihiq di dalam bukunya Ghuluw: Benalu di dalam Berislam (edisi terjemahan oleh Kathur Suhardi; Darul Falah, Jakarta 2003), ms. 301-302.<br /><br />[9] Fiqh dan Perundangan Islam, jld. 1, ms. xliv.<br /><br />[10] al-Mizan al-Kubra, jld. 1, ms. 36.<br /><br />[11] Kedua-dua riwayat diutarakan oleh Ibn Katsir di dalam Tafsir al-Qur'an al-Adzim (edisi terjemahan oleh Salim dan Said Bahreisy; Victory Agencie, K.Lumpur 1988), jld. 1, ms. xviii.<br /><br />[12] Sahih: Hadis mutawatir yang diriwayatkan oleh Ibn Majah, Ibn Hibban, al-Thabarani dan lain-lain, dinilai sahih oleh al-Albani di dalam Shahih Jami’ al-Shagheir – no: 3913.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-71452975539060716382008-06-21T09:08:00.001-07:002008-06-21T09:08:38.943-07:00Memilih-milih Antara MazhabMemilih-milih Antara Mazhab<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Di akhir Bab 9 telah dinukil kata-kata Ibn al-Shalah dan Ibn Taimiyyah yang membolehkan seseorang itu, sekalipun dia bukan seorang mujtahid untuk mengikuti hadis sahih yang ditemuinya dan meninggalkan pendapat imam mazhab ikutannya. Dia juga boleh mengikut pendapat imam mazhab yang lain jika hadis sahih yang ditemuinya itu merupakan pendapat imam tersebut. Subjek ini dibahas dengan lebih terperinci di dalam Bab 10 dengan contoh meninggalkan pendapat al-Syafi‘e kepada pendapat al-Syaukani dalam hukum berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung ketika berwudhu’. <br /><br />Soalan yang timbul di sini adalah: Bolehkan seseorang itu dalam sebahagian masalah mengikut pendapat mazhab asalnya dan dalam sebahagian masalah lain mengikut mazhab yang lain ? Bolehkan dia memilih-milih dan mencampur-aduk antara beberapa mazhab fiqh Islam ?<br /><br />Memilih-milih antara mazhab, sama ada seluruhnya atau sebahagiannya dinamakan talfiq. Dari sudut bahasa talfiq bererti:<br /><br />Menyamakan atau merapatkan dua hujung barang yang berbeda atau membubuhkan atau menambahkan yang dipergunakan untuk suatu berita atau cerita.<br /><br />Ensiklopidi Islam menerangkan beberapa maksud talfiq dalam konteks mazhab-mazhab fiqh Islam:<br /><br />1. Menurut istilah para ahli fiqh, talfiq ialah mengikuti suatu hukum tentang suatu peristiwa dengan mengambilnya dari pelbagai mazhab.<br /><br />2. Talfiq juga adalah sebutan bagi seseorang yang dalam beribadah mengikuti salah satu pendapat dari mazhab yang empat atau mazhab lain yang popular tetapi ia mengikuti pula mazhab yang lain dalam hal yang pokok atau salah satu bahagian tertentu.<br /><br />3. Ada juga ulama' yang mendefinisikan talfiq sebagai mengikuti atau bertaqlid kepada dua atau lebih imam mujtahid dalam melaksanakan suatu amal ibadah sedangkan kedua-dua imam yang bersangkutan tidak mengakui sahnya amal ibadah tersebut kerana tidak sesuai dengan pendapat mereka masing-masing.<br /><br />4. Ada juga yang mendefinisikan talfiq dengan beramal dalam suatu masalah menurut hukum yang merupakan gabungan dari dua mazhab atau lebih atau menentukan hukum suatu peristiwa berdasarkan pendapat pelbagai mazhab. [1]<br /><br />Secara umumnya terdapat 3 pendapat tentang hukum talfiq:<br /><br />Pertama: Tidak boleh melakukan talfiq. Seseorang itu hendaklah tetap mengikuti satu mazhab sahaja.<br /><br />Kedua: Dibolehkan talfiq hanya dalam suasana terdesak atau berkeperluan. Tidak boleh melakukan talfiq dalam kehidupan harian.<br /><br />Ketiga: Dibolehkan talfiq dalam kehidupan sehari-harian tanpa terhad kepada suasana terdesak atau berkeperluan.<br /><br /> <br /><br />Pendapat yang benar dan sebab-sebabnya:<br /><br />Pendapat yang dianggap benar ialah pendapat yang ketiga, iaitu boleh melakukan talfiq di dalam kehidupan sehari-harian tanpa terhad kepada suasana darurat atau terdesak. Sebab-sebabnya adalah seperti berikut:<br /><br />1. Ketaatan yang diwajibkan ke atas umat Islam ialah kepada al-Qur’an dan al-Sunnah, bukan mazhab-mazhab. Peranan mazhab ialah memudahkan orang awam untuk mentaati al-Qur’an dan al-Sunnah. Justeru mengikuti salah satu mazhab atau kedua-duanya atau kesemuanya tetap akan membawa seseorang kepada ketaatan al-Qur’an dan al-Sunnah.<br /><br />2. Flowchart: Document: Memilih-milih antara aja-ran mazhab (talfiq) tidak boleh dilakukan semata-mata atas alasan mencari yang mudah kerana ini bererti meremehkan agama yang akhirnya akan me-nyebabkan dia terkeluar daripada syari‘at Islam.Semua ajaran mazhab fiqh Islam yang empat: Mazhab Hanafi, Maliki, al-Syafi‘e dan Hanbali adalah berdasarkan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Mengikuti salah satu daripadanya atau kedua-duanya atau kesemuanya tidak mengeluarkan seseorang itu daripada ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah.<br /><br />3. Semua mazhab fiqh Islam adalah betul, tidak ada satu yang lebih betul daripada yang lain dan tidak ada satu yang lebih lemah daripada yang lain.<br /><br />4. Jika dikaji sejarah kelahiran mazhab-mazhab fiqh Islam, tujuan asal para imam mazhab ialah menyampai dan memudahkan pengajian ilmu kepada orang ramai. Orang ramai boleh memilih daripada siapa mereka hendak menerima ilmu tersebut tanpa terbatas kepada seorang imam sahaja.<br /><br />5. Jauh sekali daripada tujuan asal para imam mazhab untuk membataskan seseorang kepada ajaran mereka sahaja. Para imam mazhab tidak pernah melarang murid-murid mereka untuk mengikuti ajaran mazhab yang lain.<br /><br />6. Para tabi‘in, iaitu generasi umat yang menyusul sesudah generasi sahabat, sering kali menjadikan ijtihad para sahabat sebagai ikutan di samping al-Qur’an dan al-Sunnah. Kebanyakan sahabat adalah juga seorang mujtahid dan mereka berijtihad di dalam persoalan-persoalan yang baru timbul pada zaman mereka yang tidak disentuh secara terperinci oleh al-Qur’an dan al-Sunnah. Hasil ijtihad para sahabat digelar sebagai mazhab mereka, justeru wujud pada zaman tersebut Mazhab Ibn ‘Abbas, Mazhab Ibn Mas‘ud, Mazhab Ibn ‘Umar, Mazhab Hudzaifah bin Yaman, Mazhab ‘Ali bin Abi Thalib, Mazhab A’isyah dan puluhan lagi. Para tabi‘in tidak pernah membataskan ikutan mereka kepada mazhab seorang sahabat sahaja dan para sahabat juga tidak pernah membataskan para tabi‘in untuk mengikuti mazhab mereka sahaja. Setiap orang bebas melakukan talfiq kepada mana-mana mazhab para sahabat.[2]<br /><br />7. Para imam mazhab sendiri selain daripada merujuk kepada al-Qur’an dan al-Sunnah, juga merujuk kepada ijtihad para sahabat. Namun mereka, para imam mazhab, tidak pernah membataskan rujukan mereka kepada mazhab seorang sahabat sahaja.<br /><br /> <br /><br />Analisa Pendapat.<br /><br />Pihak yang melarang talfiq sebenarnya tidak memiliki apa-apa dalil atau hujah kecuali sangkaan dan imaginasi mereka sahaja. Bagaimana mungkin dilarang talfiq padahal al-Qur’an dan al-Sunnah tidak pernah melarangnya ? Sidang penyusun Ensiklopidi Hukum Islam menulis:<br /><br />Tidak ada satu nas al-Qur’an atau Hadis yang menyatakan bahawa talfiq dilarang. Di samping itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika berhadapan dengan dua pilihan yang dibenarkan agama selalu memilih yang paling mudah dan ringan (HR-Bukhari, Tirmizi dan Malik).<br /><br />Hal ini sejalan dengan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala dalam surah al-Baqarah 02, ayat 185 yang ertinya Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagi kamu. Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman: Dan Dia (Allah) sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Maksud surah al-Hajj 22, ayat 78).[3]<br /><br />Pihak yang melarang talfiq dalam ertikata yang lain mewajibkan umat Islam mengikuti satu mazhab tertentu sahaja. Ini adalah satu kewajipan yang tertolak. Sa‘id Ramadhan al-Buti menetapkan:<br /><br />Permasalahan yang tidak diperselisihkan …… (ialah) tidaklah menjadi suatu kewajipan bagi seorang muqallid (pengikut mazhab) untuk mengikuti salah satu mazhab tertentu dan tidaklah menjadi suatu keharaman baginya untuk berpindah-pindah mazhab. Begitu juga, telah menjadi kesepakatan kaum muslimin bahawa seorang muqallid dapat memilih dan mengikuti salah satu imam mujtahid jika diyakini tentang kebenaran mazhab-mazhab mereka dan pendapat-pendapatnya, seperti seorang yang berpindah-pindah kepada salah satu daripada empat imam mazhab.<br /><br />Maka seandainya sekarang ada yang melarang untuk berpindah-pindah mazhab, orang itu telah masuk ke dalam kategori fanatik yang menyesatkan yang telah menjadi kesepakatan kaum muslimin untuk meniadakannya (tiada dalil untuk mengharamkan).<br /><br />Suatu yang harus diketahui oleh seorang peneliti, tidak ada perselisihan bahawa tidak ada hukumnya bagi seorang muqallid untuk tidak mengikuti satu mazhab sahaja atau berpindah-pindah ke mazhab yang lain. Ertinya, tidak ada kewajipan untuk terikat kepada salah satu mazhab tertentu, demikian juga tidak ada larangan untuk terikat kepada salah satu mazhab (sahaja).[4]<br /><br />Senafas dengan ini ialah ulasan Yusuf al-Qaradhawi:<br /><br />Yang terpenting adalah, hendaklah engkau mengetahui bahawa taqlid seorang awam kepada salah seorang imam merupakan hal yang dibolehkan sesuai dengan kaedah dan darjatnya dan ia bukan merupakan satu kewajipan sebagaimana yang dikatakan oleh sebahagian ulama’ kebelakangan. Ini kerana tidak ada satupun yang wajib kecuali apa yang telah diwajibkan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah. Kenyataannya, kedua-dua sumber tersebut tidak mewajibkannya.<br /><br />Berdasarkan hal ini tidak ada larangan bagi seorang Muslim untuk bebas mengikuti sesuatu mazhab tertentu atau bertanya kepada salah seorang ulama’ yang mudah dihubunginya berkenaan sesuatu masalah yang dihadapinya tanpa harus terikat kepada seorang imam sahaja sehingga tidak boleh bertanya kepada imam yang lain.<br /><br />Jalan inilah yang ditempoh oleh para sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka pada abad-abad terbaik umat ini. Allah telah menghindari mereka daripada praktik taqlid yang tercela ini (iaitu terbatas kepada satu imam atau mazhab sahaja).<br /><br />Orang yang paling penting diberi kebebasan dalam menentukan mazhab mana yang ingin diikutinya ialah orang-orang baru memeluk Islam. Mereka boleh sahaja mengikuti apa yang sebenarnya tidak ditetapkan oleh Allah Ta‘ala, iaitu bertanya kepada mana-mana ulama’ yang mereka kehendaki. Juga sebaiknya untuk mereka dikarang buku-buku yang bersifat sederhana yang menjelaskan ajaran Islam tanpa terikat kepada satu mazhab tertentu.[5]<br /><br />Lama sebelum itu Ibn Taimiyyah rahimahullah telah berkata:<br /><br />Sesungguhnya yang diwajibkan ke atas manusia hanyalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta Ulil Amri yang diperintahkan ketaatan kepada mereka oleh Allah sebagaimana firman-Nya:<br /><br /> (<br /><br />Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada "Ulil-Amri” dari kalangan kamu. [al-Nisa’ 4:59]<br /><br />Namun kewajipan untuk taat kepada mereka (Ulil Amri) hendaklah selari dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya tanpa boleh terbebas dari itu sebagaimana firman Allah seterusnya:<br /><br />Kemudian jika kamu berbantah-bantah (berselisihan) dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (Kitab) Allah (Al-Quran) dan (Sunnah) Rasul-Nya - jika kamu benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu), dan lebih elok pula kesudahannya. [al-Nisa 4:59]<br /><br />Oleh itu apabila seorang Muslim menghadapi masalah maka hendaklah dia meminta fatwa daripada orang yang diyakininya akan berfatwa berdasarkan syari‘at Allah dan Rasul-Nya tanpa mengira daripada mana-mana mazhab sekalipun. Tidak diwajibkan ke atas seorang jua daripada kaum muslimin ini untuk bertaqlid kepada seorang tokoh tertentu daripada kalangan para ilmuan dalam setiap apa yang diperkatakan. Tidak diwajibkan juga ke atas seorang jua daripada kaum muslimin ini untuk membataskan dirinya kepada mazhab tokoh tertentu sahaja selain daripada mazhab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam setiap apa yang diwajibkan dan yang dikhabarkan dengannya. Ini kerana setiap manusia boleh diambil atau ditinggalkan perkataannya melainkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.<br /><br />Seseorang yang mengikut mazhab tertentu disebabkan dia tidak mampu untuk mengetahui hukum syari‘at selain daripada tempatnya,[6] maka apa yang dilakukannya itu termasuk tindakan yang dibolehkan kepadanya. Ia tidak termasuk sebagai satu kewajipan (sebagaimana yang diwajibkan) ke atas setiap orang yang mampu mengetahui hukum syari‘at daripada metode dan kemudahan yang lain.[7]<br /><br />Sebenarnya (yang diwajibkan) ke atas setiap individu ialah dia bertaqwa kepada Allah sesuai dengan kesanggupan dia dan menuntut ilmu tentang apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada dia lalu dilaksanakan apa yang diperintahkan dan ditinggalkan apa yang dilarang (tanpa terbatas kepada perintah dan larangan yang disampaikan oleh seorang tokoh atau satu mazhab sahaja).[8]<br /><br />Demikian juga, pihak yang mensyaratkan talfiq hanya dalam suasana terdesak atau berkeperluan sebenarnya hanya berfikir dalam skala yang kecil seperti status wudhu’ ketika tawaf di Baitullah dan membayar zakat fitrah pada bulan Ramadhan. Padahal jika benar faktor “terdesak” dan “berkeperluan” merupakan syarat yang membolehkan talfiq, ia seharusnya dilaksanakan dalam skala yang lebih luas demi kesatuan umat, toleransi hukum dan dinamisme fiqh. ‘Abd al-Rahman I. Doi menulis:<br /><br />Takhayyur dalam bahasa fiqh bermaksud kebebasan seorang Muslim untuk mengikuti ajaran mana-mana empat Mazhab Islam yang sedia ada. Berlawanan bagi konsep takhayyur ialah taqlid, iaitu mentaati secara buta ajaran sesuatu mazhab tempat asal kelahiran seseorang itu. Dalam ertikata lain, seorang yang lahir di bumi Hanafi wajib bermazhab Hanafi sahaja dan seorang yang lahir di bumi Maliki wajib bermazhab Maliki sahaja. Apabila sahaja seseorang itu melakukan sesuatu yang yang diluar dari lingkungan mazhab asalnya, kebiasaannya akan timbul suasana kekecohan dan orang mula menggelarnya sebagai Ghair Muqallid, iaitu tiada ikutan / unorthodox.<br /><br />Flowchart: Document: Apabila seseorang pe-ngikut mazhab Abu Hanifah, Malik, al-Syafi‘e atau Ahmad lalu ia melihat dalam sebahagian masalah mazhab yang lain ter-nyata lebih kuat lalu dia mengikutinya, maka dia telah melakukan sesuatu yang baik. Dia tidak menyalahi agama mahupun kredibilitinya.Konsep takhayyur bukanlah sesuatu yang baru. Yang pertama, tidak wujud sebarang mazhab-mazhab pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, empat Khalifah al-Rashidun dan para tabi‘in. (Yang kedua), malah para imam mazhab sendiri saling menyayangi antara satu sama lain dan menerima perbezaan pendapat sesama mereka dengan terbuka.<br /><br />Maka oleh itu dengan sebab apakah konsep takhayyur tidak boleh diamalkan dalam umat Islam masa kini ? Sebagaimana kita tidak menggelar generasi awal umat Islam sebagai ‘ghair muqallid’, kita juga tiada punya hak untuk menggelar umat Islam masa kini yang mengamalkan konsep takhayyur sebagai ghair muqallid (tiada ikutan).<br /><br />Jika konsep takhayyur dapat dijayakan, syari‘ah Islam akan lebih mudah diterima dan dipraktikkan di seluruh dunia. Jurang perbezaan dapat dirapatkan dan dengan itu konsep takhayyur dapat mewujudkan banyak keutamaan serta kelebihan kepada umat.<br /><br />Keberhasilan takhayyur akan memberikan suasana harmoni dan kemudahan terhadap proses keadilan fiqh Islam kerana sememangnya pada hakikat kebenaran, setiap imam-imam mazhab pada asalnya tidak mempunyai sebarang tujuan lain kecuali kebaikan dan kebajikan umat. Justeru konsep takhayyur akan mengarah kepada konsep talfiq, iaitu mencampur dan menyelaraskan antara beberapa ajaran dan pendapat mazhab asalkan ia tidak terkeluar daripada batas-batas ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Takhayyur dan talfiq akhirnya akan dapat membawa kepada keperluan reform dan pembaharuan dunia Islam masa kini.[9]<br /><br />Orang yang melakukan talfiq di mana dalam sebahagian masalah dia mengikut mazhab asalnya dan dalam sebahagian masalah yang lain dia mengikut satu atau lebih mazhab yang lain kerana kekuatan hujah mereka, dia tidak boleh dikritik sebagai seorang yang “tidak tentu hala”, “tiada mazhab” atau apa-apa kritikan lain yang bersifat negatif. Sepatutnya tindakan dia dipandang positif kerana sanggup melakukan analisa dan kajian untuk mengikut pendapat yang terkuat berdasarkan neraca ilmunya. Ibn Taimiyyah rahimahullah mengulas hal ini secara panjang lebar:<br /><br />Apabila seseorang pengikut mazhab Abu Hanifah, Malik, al-Syafi‘e atau Ahmad lalu ia melihat dalam sebahagian masalah mazhab yang lain ternyata lebih kuat lalu dia mengikutinya, maka dia telah melakukan sesuatu yang baik. Dia tidak menyalahi agama mahupun kredibilitinya.<br /><br />Bahkan sikap ini adalah lebih benar dan lebih dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, shallallahu 'alaihi wasallam berbanding seseorang yang taksub kepada tokoh tertentu selain Nabi,[10] seperti orang yang taksub kepada Malik atau al-Syafi‘e atau Ahmad atau Abu Hanifah serta menganggap pendapat tokoh tersebut adalah yang benar yang mesti diikuti dan tidak boleh mengikut pendapat imam yang berbeza (pendapat) dengannya.<br /><br />Sesiapa yang melakukan sedemikian, dia adalah orang yang jahil, sesat bahkan mungkin menjadi kafir. Ini kerana jika dia mati dalam suasana beriktikad (berkeyakinan) bahawasanya wajib ke atas manusia untuk mengikuti seseorang tokoh tertentu di antara para imam serta menyisihkan imam-imam yang lain, maka dia wajib disuruh bertaubat. Jika dia tidak mahu bertaubat maka dia boleh dibunuh.[11]<br /><br />Apa yang boleh dikatakan dalam masalah ini ialah: Orang awam boleh atau sebaiknya atau sewajibnya[12] mengikuti seseorang tokoh tanpa membatasi kepada tokoh tertentu seperti si Zaid atau si Umar. Adapun orang yang berkata seluruh manusia wajib mengikuti si fulan si-fulan maka ini bukanlah perkataan yang berasal daripada orang Muslim.<br /><br />Barangsiapa yang mendokong para imam dan mencintai mereka dengan mengikuti setiap seorang daripada mereka dalam masalah yang nampak baginya sehaluan dengan sunnah maka dia telah melakukan sesuatu yang baik. Bahkan sikap sebegini lebih baik daripada sikap selainnya dan tidak boleh dikatakan kepada dia orang yang “tidak tentu hala” sebagai satu bentuk sindiran yang negatif.[13]<br /><br />Para imam agama, mereka berada di atas manhaj para sahabat, radhiallahu 'alaihim ajma‘in, yaitu bersatu padu dan bersepakat. Sekalipun mereka berbeza pendapat di dalam sebahagian hal furu’ di dalam syari‘at seperti thaharah, solat, haji, hukum talaq, faraid atau selainnya, kesepakatan mereka tetap menjadi hujah yang benar.<br /><br />Maka sesiapa yang taksub kepada salah seorang tokoh daripada kalangan para imam dengan menyisihkan yang selainnya, maka dia seumpama golongan Rafidhah[14] yang taksub kepada kepada ‘Ali (bin Abi Thalib) dengan menyisihkan para khulafa’ yang tiga (Abu Bakar, Umar & ‘Utsman) serta majoriti sahabat. Dia juga seumpama golongan Khawarij[15] yang mengecam ‘Utsman dan ‘Ali radhiallahu ‘anhuma. Maka yang demikian merupakan jalan Ahl al-Bid‘ah dan Ahl al-Ahwa’ (orang yang mempertuhankan hawa nafsu) yang telah sabit di dalam al-Kitab dan al-Sunnah serta Ijma’ sebagai orang yang tercela. Mereka terkeluar daripada syari‘at dan manhaj yang diturunkan oleh Allah melalui Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam. Justeru sesiapa yang taksub kepada salah seorang imam maka dia sama seperti mereka, sama ada dia taksub kepada Malik atau al-Syafi‘e atau Abu Hanifah atau Ahmad atau selain mereka.<br /><br />Seburuk-buruk akibat bagi orang yang taksub kepada salah seorang imam mazhab ialah dia menjadi jahil akan kemampuannya di dalam ilmu dan agama serta tidak tahu akan kemampuan orang lain sehingga akhirnya dia menzalimi diri sendiri dengan kejahilan tersebut. Padahal Allah menyuruh kepada sifat berilmu dan adil dan melarang daripada sifat jahil dan zalim. Firman Allah Ta‘ala:<br /><br />Dan manusia sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan kejahilan. Akibatnya Allah akan menyeksa orang-orang lelaki yang munafik serta orang-orang perempuan yang munafik, dan orang-orang lelaki yang musyrik serta orang-orang perempuan yang musyrik; dan juga Allah akan menerima taubat orang-orang lelaki yang beriman serta orang-orang perempuan yang beriman. Dan sememangnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani. [al-Ahzab 33:72-73]<br /><br />Flowchart: Document: Seburuk-buruk akibat bagi orang yang taksub kepada salah seorang imam mazhab ialah dia menjadi jahil akan kemampuannya di dalam ilmu dan agama serta tidak tahu akan kemampuan ora-ng lain sehingga akhirnya dia menzalimi diri sendiri dengan kejahilan tersebut.Abu Yusuf dan Muhammad (bin Hasan al-Syaibani) ialah dua orang pengikut setia Abu Hanifah, bahkan termasuk orang yang paling mengetahui pendapatnya (Mazhab Abu Hanifah) di kalangan orang ramai akan tetapi kedua-dua mereka seringkali tidak sependapat dengan Abu Hanifah dalam banyak hal terutamanya apabila mereka menemui dalil daripada al-Sunnah dan hujah yang menjadi wajib ke atas mereka untuk mengikutinya. Sekalipun demikian kedua mereka tetap menghormati imam mereka (Abu Hanifah) dan ini tidak boleh dikatakan sebagai “tidak tentu hala”.<br /><br />Abu Hanifah dan para imam yang lain (apabila pada awalnya) mengemukakan satu pendapat lalu kemudian mereka menemui hujah lain yang berbeza dengan (pendapat yang awal), maka mereka akan berpendapat dengannya (pendapat yang baru). Tidak dikatakan kepada mereka sebagai “tidak tentu hala.”<br /><br />Ini kerana manusia sememangnya sentiasa berada di dalam suasana pencarian ilmu dan iman, maka ketika jelas kepada dia satu ilmu yang sebelum itu terselindung daripadanya, dia akan mengikutinya dan ini tidak digelar sebagai “tidak tentu hala.” Malah sebaliknya, orang yang mencari petunjuk Allah akan diberi tambahan petunjuk oleh-Nya. Firman Allah Ta‘ala:<br /><br />“Wahai Tuhanku, tambahilah ilmuku.” [Taha 20:114]<br /><br />Kewajipan setiap mukmin ialah membantu setiap mukmin yang lain dan para ulama’, mencari kebenaran dan mengikutinya di mana jua mereka menemuinya. Dan perlu diketahui bahawa sesiapa yang berijtihad di kalangan mereka (para imam) dan ia benar maka baginya dua pahala manakala sesiapa yang berijtihad di kalangan mereka lalu tersilap maka baginya satu pahala kerana usaha ijtihadnya dan kesilapannya itu dimaafkan.<br /><br />Termasuk kewajipan ke atas setiap mukmin ialah mereka mengikuti imam mereka selagi mana mereka melakukan apa yang selari dengan syari‘at. Ini kerana Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:<br /><br />Sesungguhnya diangkat seorang imam hanya untuk diikuti.[16]<br /><br />Sama ada imam mengangkat tangannya atau tidak mengangkat tangannya (ketika solat) ia tidaklah merosakkan solat mereka atau membatalkannya. Tidaklah di sisi Abu Hanifah mahupun al-Syafi‘e, Malik dan Ahmad, jika imam mengangkat tangan (ketika solat) dan makmum tidak mengangkat tangan, atau yang sebaliknya, bahawa ia merosakkan solat seorang jua daripada mereka. Demikian juga, jika seorang itu mengangkat tangan pada sebahagian waktu kemudian tidak mengangkatnya pada sebahagian waktu yang lain, ia tidaklah merosakkan solatnya.<br /><br />Flowchart: Document: Maka sesiapa yang me-lafazkan iqamah secara genap maka ia adalah baik dan sesiapa yang melafazkan iqamah se-cara tunggal maka ia adalah baik juga. Se-baliknya sesiapa yang mewajibkan salah satu bentuk iqamah (tunggal atau genap) dan meng-haramkan yang bentuk lain maka dia telah salah lagi tersesat.Oleh itu tidak boleh bagi seseorang itu mengambil pendapat sebahagian ulama’ dan mewajibkan ikutan kepadanya serta melarang pendapat yang lain selagi mana ia (pendapat yang lain itu) selari dengan sunnah. Bahkan (tidak boleh melarang) setiap pendapat yang selari dengan sunnah yang amat luas ini, seperti permasalahan azan dan iqamah: telah sabit di dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim daripada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahawa baginda menyuruh Bilal (bin Rabah) melafazkan azan secara genap dan iqamah secara tunggal. Namun sabit juga di dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim bahawa baginda mengajar Abu Mahzurah melafazkan iqamah secara genap sepertimana azan.<br /><br />Maka sesiapa yang melafazkan iqamah secara genap maka ia adalah baik dan sesiapa yang melafazkan iqamah secara tunggal maka ia adalah baik juga. Sebaliknya sesiapa yang mewajibkan salah satu bentuk iqamah (tunggal atau genap) dan mengharamkan yang bentuk lain maka dia telah salah lagi tersesat. Demikian juga, sesiapa yang mendukung orang yang melakukan salah satu bentuk iqamah dan melarang yang lain maka dia telah salah lagi tersesat.<br /><br />……… Bab ini sebenarnya adalah ringan lagi mudah sehingga tidak memerlukan fatwa berkenaannya. Ini kerana berpegang teguh dengan jamaah dan persatuan umat termasuk dalam salah satu prinsip asas agama sedangkan hal-hal yang diperselisihkan (perbezaan pendapat di dalam mazhab) tidak lebih hanyalah perkara cabang yang ringan. Oleh itu kenapakah prinsip jamaah dan kesatuan umat dirosakkan hanya semata-mata kerana ingin memelihara sesuatu yang cabang ? [17]<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Dua Catitan Penting:<br /><br />Pertama:<br /><br />Memilih-milih antara ajaran mazhab (talfiq) tidak boleh dilakukan semata-mata atas Flowchart: Document: Orang yang melakukan talfiq kerana mencari kemudahan hukum tidak akan berpuas hati dengan kemudahan yang dite-muinya lalu dia terus mencari-cari sehingga akhirnya dia me-nemui pendapat termudah yang sebenarnya terletak di luar syari‘at Islam.alasan mencari yang mudah kerana ini bererti meremehkan agama yang akhirnya akan menyebabkan dia terkeluar daripada syari‘at Islam. Ini kerana orang yang mencari kemudahan hukum adalah mereka yang ingin memuaskan kehendak nafsunya padahal nafsu adalah sesuatu yang tidak pernah berpuas hati apabila kehendaknya dituruti. Oleh itu orang yang melakukan talfiq kerana mencari kemudahan hukum tidak akan berpuas hati dengan kemudahan yang ditemuinya lalu dia terus mencari-cari sehingga akhirnya dia menemui pendapat termudah yang sebenarnya terletak di luar syari‘at Islam.<br /><br />Contohnya ialah orang yang mencari-cari mazhab yang paling mudah dalam konteks hukum dan syarat pembayaran zakat tahunan. Dia akan terus mencari yang termudah sehingga akhirnya menemui pendapat aliran modernis yang mengatakan zakat tidak lain adalah cukai yang biasa dikenakan oleh pihak pemerintah. Maka dia mengikut pendapat aliran modernis ini yang sebenarnya sudah jelas terkeluar daripada syari ‘at Islam.<br /><br />Orang yang hendak melakukan talfiq dengan mengikuti satu atau lebih pendapat yang berada di luar mazhabnya hendaklah memerhatikan beberapa syarat berikut:<br /><br />1. Hendaklah dipastikan bahawa pendapat yang bakal diikutnya itu benar-benar berasal daripada salah seorang imam mujtahid atau tokoh yang muktabar.<br /><br />2. Berdasarkan kemampuan masing-masing, pendapat yang bakal diikuti itu adalah berdasarkan kajian dan analisa ilmiah agar ia menjadi pegangannya yang yakin lagi mententeramkan hati.<br /><br />3. Jika pendapat yang bakal diikuti itu pada zahirnya bersifat lebih mudah, dibolehkan mengikutinya dengan tujuan menambah imannya, meneguhkan taqwanya dan meningkatkan amalnya dalam rangka mentaati dan menghampirkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.<br /><br /> <br />Flowchart: Document: Jika pendapat yang bakal diikuti itu pada zahirnya bersifat lebih mudah, dibolehkan me-ngikutinya dengan tuju-an menambah imannya, meneguhkan taqwanya dan meningkatkan amalnya dalam rangka mentaati dan meng-hampirkan diri kepada Allah.<br /><br />Kedua:<br /><br />Tidak boleh melakukan talfiq dengan memilih-milih ajaran yang berasal daripada Mazhab Syi‘ah. Ini kerana Mazhab Syi‘ah memiliki rujukan dan kaedah pengambilan hukum yang berlainan dengan Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah.<br /><br />Dibolehkan mengikut Mazhab Ja’fari (Ja’far al-Siddiq[18]) kerana beliau adalah salah seorang tokoh Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah dan beliau bukan tergolongan di dalam Mazhab Syi‘ah sekalipun pihak Syi‘ah mendakwa yang sebaliknya. Namun perlu disemak bahawa rujukan kepada Mazhab Ja’fari benar-benar berasal daripada Ja’far al-Siddiq kerana banyak ajaran beliau yang telah diubah oleh pihak Syi‘ah.<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />^Kembali Ke Atas<br /><br />| 12. Berusaha Menjauhkan Taqlid<br /><br /> <br /><br /><br />[1] Ensiklopidi Islam: ‘Talfiq’.<br /><br />[2] Ibn al-Munayyar (ابن المنير) membezakan antara umat Islam hidup sebelum para imam mazhab yang empat dan yang selepasnya. Beliau berkata, umat Islam sebelum para imam mazhab yang empat bebas mengikut mana-mana pendapat (mazhab) sahabat manakala yang hidup selepas para imam mazhab tidak lagi bebas – mereka harus mengikut satu mazhab tertentu sahaja. Hal ini dinukil oleh al-Zarkasyi di dalam al-Bahr al-Muhith, jld. 8, ms. 373. Pendapat Ibn al-Munayyar ini ditolak keras oleh al-Syaukani di dalam al-Sail al-Jarrar, jld. 1, ms. 22.<br /><br />[3] Ensiklopidi Hukum Islam – Talfiq.<br /><br />[4] Mazhab Tanpa Mazhab: Bid‘ah dalam Syari‘at Islam (edisi terjemahan oleh Gazira Abdi; Pustaka al-Kautsar, Jakarta 2001), ms. 9 dengan beberapa suntingan bahasa daripada penulis untuk memudahkan kefahaman.<br /><br />[5] Bagaimana Berinteraksi Dengan Peninggalan Ulama’ Salaf (edisi terjemahan oleh Ahrul Tsani & Muhtadi Abdul Mun’im; Pustaka al-Kautsar, Jakarta 2003), ms. 118.<br /><br />[6] Iaitu selain daripada mazhabnya. Ibn Tamiyyah menyebut “tempat” kerana pada zaman beliau sesuatu mazhab dibatasi kepada sesuatu tempat dan untuk mengetahui mazhab yang lain orang tersebut perlu berhijrah keluar dari tempatnya. Pada masa kini tidak perlu berhijrah kerana perkembangan ilmu dan medium penyampaian membolehkan pengkajian dari satu tempat sahaja.<br /><br />[7] Yakni bagi orang yang mampu, wajib bagi dia mendalami ilmu-ilmu agama tanpa terbatas kepada mazhabnya sahaja. Ini kerana menuntut ilmu adalah wajib hukumnya sebagaimana perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap Muslim.” [Sahih: Hadis mutawatir yang diriwayatkan oleh Ibn Majah, Ibn Hibban, al-Thabarani dan lain-lain, dinilai sahih oleh al-Albani di dalam Shahih Jami’ al-Shagheir – no: 3913].<br /><br />[8] Majmu’ al-Fatawa, jld. 20, ms. 208-209.<br /><br />[9] Shari‘ah: The Islamic Law – Shari’ah in The 15th Century of Hijrah: Need for the Modern Islamic Society, ms. 470-471.<br /><br />[10] Iaitu seseorang itu hanya boleh taksub kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bukan kepada sesama manusia lain walau setinggi mana sekalipun kemasyhurannya.<br /><br />[11] Fatwa Ibn Taimiyyah yang keras ini adalah kerana orang yang taksub kepada mazhab sehingga mewajibkan ikutan kepada satu mazhab dan mengharamkan mazhab lain, amat cenderung kepada perbuatan memecah-belahkan umat kepada berpuak-puak. Perbuatan sebegini amat dicela oleh Allah sebagaimana di dalam surah al-Rum 30, ayat 31-32.<br /><br />[12] Hukum wajib khas kepada seorang Muslim yang tidak berkemampuan dari sudut kecerdasan akal atau kemudahan fizikal untuk mendalami dan mengkaji ilmu-ilmu agama. Bagi orang yang berkemampuan, mereka tidak boleh sekadar menjadi pengikut tetapi wajib mendalami dan mengkaji ilmu-ilmu agama. Lihat perbicaraan ini dalam bab seterusnya. - Penulis.<br /><br />[13] Majmu’ al-Fatawa, jld. 22, ms. 248-249.<br /><br />[14] Al-Rafidhah ialah salah satu aliran di dalam Syi‘ah yang menolak kekhalifahan Abu Bakar dan Umar.<br /><br />[15] Khawarij ialah salah satu aliran yang timbul semasa Perang Siffin dan Jamal selepas pembunuhan ‘Utsman radhiallahu ‘anh.<br /><br />[16] Sahih: Hadis daripada Anas bin Malik radhiallahu ‘anh, diriwayatkan oleh Malik, Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Tirmizi, al-Nasa‘i dan Ibn Majah, lihat Shahih Muslim – no: 411 (Kitab Solat, Bab Makmum mengikuti imam).<br /><br />[17] Majmu’ al-Fatawa, jld. 22, ms. 252-254.<br /><br />[18] Beliau ialah al-Imam al-Mujtahid Ja’far bin Muhammad bin ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhum. Beliau dilahirkan di Madinah pada 17 Rabi’ al-Awwal tahun 83H dan merupakan seorang ahli hadis, ahli tafsir, ahli fiqh dan pelbagai lagi ilmu-ilmu Islam. Pendapat-pendapat beliau dihimpun dan dikenali sebagai Fiqh Mazhab Ja’fari. Meninggal dunia pada 25 Syawal tahun 148H di Madinah juga.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-45045883012684563742008-06-21T09:07:00.002-07:002008-06-21T09:08:05.166-07:00Adakah Seruan "Kembali Kepada Al-Qur'an Dan Al-Sunnah" Bererti Meninggalkan Ajaran Para Imam Mazhab ?Adakah Seruan<br /><br />"Kembali Kepada Al-Qur'an Dan Al-Sunnah"<br /><br />Bererti Meninggalkan Ajaran Para Imam Mazhab ?<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Mutakhir ini kita sering kali mendengar seruan: “Kembalilah kepada al-Qur’an dan al-Sunnah” atau “Pegangan kita hanyalah al-Qur’an dan al-Sunnah”. Adakah dengan seruan ini bererti meninggalkan ajaran para imam mazhab ?<br /><br />Jawapannya tidak. Kesemua ajaran para imam mazhab adalah berdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah. Begitu juga dengan pengeluaran hukum berdasarkan kaedah ijma’ dan qiyas, ia tetap berasal daripada al-Qur’an dan al-Sunnah.<br /><br />Maksud sebenar seruan “Kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah” ialah meninggalkan ajaran seseorang imam mazhab jika ia secara pasti didapati tidak tepat berbanding dengan dalil-dalil al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih. Ajaran yang ditinggalkan itu juga hanya berkaitan dengan perkara yang tidak tepat sahaja dan bukannya keseluruhan ajaran imam mazhab tersebut.<br /><br />Berikut dikemukakan satu contoh.<br /><br />al-Syafi‘e berpendapat membasuh muka ketika berwudhu’ adalah wajib manakala berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung adalah sunat. Ini kerana ayat yang memerintah wudhu’ hanya menyebut “membasuh muka” tanpa menyebut berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung.[1] Ayat yang dimaksudkan ialah:<br /><br />Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat maka basuhlah muka kamu, dan kedua belah tangah kamu hingga ke siku dan sapulah sebahagian dari kepala kamu dan basuhlah kedua belah kaki kamu hingga ke buku lali. [al-Maidah 5:06].<br /><br />Berkata al-Syafi‘e rahimahullah berkenaan ayat di atas:<br /><br />Aku tidak mengetahui bahawa berkumur-kumur air di mulut dan memasukkan air ke hidung atas orang yang berwudhu itu adalah fardhu (wajib). Dan aku tidak mengetahui ada perselisihan bahawa orang yang berwudhu jika meninggalkan kedua yang tadi dengan sengaja atau lupa dan mengerjakan solat, bahawa tidak dihitung (tidak dikira sah) solatnya.[2]<br /><br />Akan tetapi para mujtahid selepas al-Syafi‘e berpendapat berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung adalah wajib hukumnya. Ini kerana mulut dan hidung termasuk bahagian muka. Lebih dari itu jika dikaji sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di dalam berwudhu’, beliau sentiasa berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidungnya. Perbuatan baginda ini memperincikan keumuman maksud “muka” di dalam ayat ke 6 surah al-Maidah di atas.<br /><br />al-Syaukani rahimahullah menerangkan: <br /><br />Saya berkata, pendapat yang mengatakan ia (berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung) adalah wajib merupakan pendapat yang benar. Ini kerana Allah Subhanahu telah memerintahkan di dalam kitabnya yang agung (al-Qur’an) untuk membasuh muka manakala berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung termasuk bahagian muka. Dan sungguh telah jelas bahawa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam secara berterusan melakukan yang sedemikian di dalam setiap wudhu’nya dan ini diriwayatkan oleh semua perawi yang menjelaskan sifat wudhu’ baginda shallallahu 'alaihi wasallam. Maka ini menerangkan bahawa termasuk bersama perintah al-Qur’an untuk membasuh muka ialah berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung.[3]<br /><br />Antara hadis-hadis yang dimaksudkan ialah:<br /><br />Pertama:<br /><br />Daripada Abu Hurairah radhiallahu ‘anh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: <br /><br />Apabila salah seorang antara kamu berwudhu’, maka hendaklah dia memasukkan air ke dalam hidungnya kemudian menghembuskannya keluar. [4]<br /><br />Kedua:<br /><br />‘Ali (bin Abi Talib radhiallahu ‘anh), bahawasanya dia meminta air wudhu’, kemudian dia berkumur-kumur dan menghisap air ke hidung lalu menghembuskan air itu keluar dengan tangan kirinya, dia berbuat demikian tiga kali. Kemudian dia berkata: “Inilah cara berwudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” [5]<br /><br />Ketiga:<br /><br />‘Utsman ibn ‘Affan radhiallahu ‘anh, pernah meminta bekas air lalu dia menuangkannya ke atas dua tapak tangannya tiga kali kemudian membasuhnya; kemudian memasukkan tangan kanannya dalam bekas air lalu dia berkumur dan menghisap air ke dalam hidung……… Apabila selesai Uthman berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesiapa berwudhu’ seperti ini – dan wudhu’nya ialah seperti ini…”[6]<br /><br />Keempat:<br /><br />Abu Hurairah radhiallahu ‘anh berkata:<br /><br />Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kami berkumur-kumur dan menghisap air ke dalam hidung.[7]<br /><br />Oleh itu pendapat yang lebih tepat ialah wajib hukumnya berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung ketika berwudhu’.[8]<br /><br />Demikian satu contoh meninggalkan ajaran seorang imam mazhab jika ia secara pasti didapati tidak tepat berbanding dengan dalil-dalil al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih. Sekali lagi diulangi bahawa yang ditinggalkan hanya ajaran berkaitan dengan perkara yang tidak tepat sahaja dan bukan meninggalkan keseluruhan ajaran imam mazhab tersebut.<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />^Kembali Ke Atas<br /><br />| 11. Memilih-milih Antara Mazhab.<br /><br /> <br /><br />[1] Wahbah al-Zuhaili - Fiqh dan Perundangan Islam, jld. 1, ms. 222-223.<br /><br />[2] al-Umm (edisi terjemahan oleh Ismail Yaakub; Victorie Agencie, K.Lumpur 1989), jld. 1, ms. 69.<br /><br />[3] Sebahagian daripada kata-kata al-Syaukani di dalam al-Sail al-Jarrar (ed: M. Ibrahim Zayid; Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut 1405H), jld. 1, ms. 81.<br /><br />[4] Sahih: Hadis riwayat Malik, Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud dan al-Nasa’i, lihat Shahih Muslim – no: 237 (Kitab Thaharah, Bab menghirup air ke dalam hidung ……).<br /><br />[5] Sanad Sahih: Hadis riwayat al-Nasa’i, sanadnya dinilai sahih oleh al-Albani di dalam Shahih Sunan al-Nasa’i – no: 091 (Kitab Thaharah, Bab tangan yang mana untuk menghirup air ke dalam hidung).<br /><br />al-Imam al-Nasa’i berasal dari Nasa, Parsi. Nama penuhnya ialah ‘Abd al-Rahman Ahmad bin Syu‘aib, lahir pada 215H/830M. Minat beliau kepada ilmu hadis bermula sejak kecil dan beliau telah merantau ke banyak wilayah Islam untuk meriwayatkan hadis. al-Nasai meninggal dunia di Damsyik, Syria pada 303H/915M.<br /><br />[6] Sahih: Hadis riwayat Ahmad, al-Bukhari, Muslim Abu Daud dan al-Nasa’i, lihat Shahih al-Bukhari – no:160 (Kitab Wudhu’, Bab berwudhu; tiga kali-tiga kali).<br /><br />[7] _ _ _: Hadis riwayat al-Daruquthni dan al-Baihaqi di dalam al-Sunan al-Kubra. Di dalam sanadnya terdapat perbincangan. Lebih lanjut lihat penerangan ‘Adil Ahmad dan ‘Ali Muhammad di dalam penelitian mereka (tahqiq) ke atas kitab Sunan al-Daruquthni, jld. 1, ms. 288-289.<br /><br /> Syaikh ‘Adil Ahmad bin ‘Abd al-Maujud dan Syaikh ‘Ali Muhammad bin Mu‘awwad ialah dua orang peneliti (muhaqqiq) yang terkenal di mana kini. Mereka telah membukukan belasan buah kitab daripada edisi manuskrip yang asal kemudian diberi pelbagai catitan tambahan yang bermanfaat. Sebelum ini usaha mereka banyak ditumpukan kepada kitab fiqh dan kini mereka menceburi bidang hadis pula. Semoga Allah memberikan mereka kekuatan yang berterusan untuk berkhidmat kepada ilmu-ilmu Islam.<br /><br />[8] al-Syaukani – Nail al-Authar (edisi terjemahan oleh Hadimulyo & Kathur Suhardi; CV Asy Shifa’ , Semarang 1994), jld. 1, ms. 306-312; Muhammad bin Ismail al-Shan‘ani – Subul al-Salam, jld. 1, ms. 106 dan Hasbi al-Shiddieqie - Koleksi Hadis-hadis Hukum (Yayasan TM Hasbi Ash Shiddieqie, Jakarta 1993), jld. 1, ms. 233-238.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-27858606138546692732008-06-21T09:07:00.001-07:002008-06-21T09:07:27.377-07:00Wasiat Para Imam Mazhab Kepada Umat IslamWasiat Para Imam Mazhab Kepada Umat Islam<br /><br /> <br /><br /><br />Flowchart: Document: Apabila sesuatu hadis itu sahih maka itulah mazhab aku.Setiap seorang dari para imam mazhab yang empat telah berwasiat kepada umat Islam seluruhnya agar mentaati al-Qur’an dan al-Sunnah, bukannya ajaran atau pendapat mereka. Ini mereka tegaskan kerana menyedari akan hakikat sebenar diri mereka sebagai manusia yang ada kelemahan dan kekurangan. Walaupun para imam mazhab ini diiktiraf dan disanjung keilmuannya oleh orang ramai, mereka tetap dengan penuh keikhlasan hati dan rendah diri mengakui bahawa adakalanya mereka boleh tersilap atau kurang tepat dalam ajaran mereka.<br /><br />Antara masalah paling kerap yang dihadapi oleh para imam mazhab, sebagaimana yang telah diterangkan sebelum ini, ialah kesukaran memperolehi hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Para sahabat penghafal hadis banyak yang sudah meninggal dunia manakala anak murid mereka yang sempat menghafal hadis-hadis tersebut bertebaran di seluruh dunia Islam.<br /><br />Atas faktor ini dan beberapa yang lain, kita dapati para imam mazhab berwasiat kepada umat Islam dengan wasiat yang masyhur:<br /><br />Apabila sesuatu hadis itu sahih maka itulah mazhab aku.[1]<br /><br />Berikut akan dikemukakan wasiat-wasiat para imam mazhab, dimulai dengan tumpuan khas kepada wasiat al-Syafi‘e memandangkan kebanyakan rakyat Malaysia cenderung kepada Mazhab al-Syafi‘e.<br /><br /> <br /><br />Wasiat al-Syafi‘e<br /><br />Pertama: Berkata al-Syafi‘e rahimahullah:<br /><br />Sesuatu sunnah daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemungkinan akan sampai atau tidak sampai kepada seorang itu. Maka apabila sahaja aku menghuraikan pendapatku atau merumuskan sesuatu prinsip dan pada waktu yang sama wujud satu hadis yang sah daripada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang menerangkan sebaliknya maka pendapat yang betul itu adalah apa yang Nabi katakan dan demikianlah juga akan menjadi pendapat aku.[2]<br /><br />Kedua: Berkata al-Syafi‘e rahimahullah:<br /><br />Setiap hadis yang sah daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah juga merupakan ajaran aku walaupun engkau tidak pernah mendengarnya daripada aku sebelum ini.[3]<br /><br />Ketiga: Berkata al-Syafi‘e rahimahullah:<br /><br />Dalam setiap isu, apabila seseorang ahli hadis itu menjumpai sebuah riwayat yang sahih daripada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan riwayat itu pula bertentangan dengan ajaran aku maka aku menarik kembali ajaran aku yang asal tadi sama ada pada ketika aku masih hidup atau apabila aku sudah meninggal dunia nanti.[4]<br /><br />Keempat: Berkata al-Syafi‘e rahimahullah:<br /><br />Flowchart: Document: Wasiat para imam maz-hab ini adalah benar akan tetapi perlaksana-annya tidaklah semudah yang disangkakan. Sese-orang itu tidak boleh menghukum imam maz-hab sebagai silap sema-ta-mata kerana satu atau dua hadis sahih yang baru ditemuinya.Apabila kamu dapati di dalam bukuku sesuatu yang bertentangan dengan hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka berpeganglah kepada Hadis tersebut dan tinggalkanlah apa yang telah aku katakan itu (atau tuliskan).[5]<br /><br />Kelima: Berkata al-Syafi‘e rahimahullah:<br /><br />Pertama, sesuatu berita itu daripada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam wajib diterima. Kedua, berita tersebut ataupun hadis tersebut wajib diterima jika ianya telah disahkan walaupun tiada di antara imam-imam sebelum ini yang mengamalkan atau mengajarkan sesuatu daripada hadis tersebut.<br /><br />Kenyataan ini juga menunjukkan bahawa jika tindakan salah seorang imam itu bertentangan dengan hadis daripada Nabi maka tindakan imam itu haruslah ditinggalkan dan diganti dengan petunjuk yang berasal daripada hadis Nabi.<br /><br />Di samping itu, suatu hadis yang diyakini sah daripada Nabi adalah tegas dengan sendirinya tanpa memerlukan konformasi daripada tindakan seseorang lain selepas beliau.[6]<br /><br />Keenam: Berkata al-Syafi‘e rahimahullah:<br /><br />Pertama, pendapat boleh diterima bilamana tidak ada sunnah dalam hal itu. Akan tetapi jika sunnah menyatakan bahawa seseorang itu harus melakukan sesuatu perkara itu sebegini-sebegini, seseorang itu wajib meninggalkan apa yang dia telah atau sedang lakukan.<br /><br />Seseorang itu wajib meninggalkan sesuatu amalan yang bertentangan dengan sunnah. Juga dia wajib meninggalkan pendapat yang mengatakan bahawa sunnah hanya boleh tertegak atas dukungan suatu berita yang datang menyusul. Dan seseorang itu patut akur bahawa sunnah itu tidak boleh dikebelakangkan oleh sesuatu apapun yang bertentangan dengannya.[7]<br /> <br />Wasiat Abu Hanifah<br /><br />Berkata Abu Hanifah rahimahullah:<br /><br />Apabila aku mengeluarkan sesuatu pendapat yang bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah, maka tinggalkanlah pendapat aku itu.[8]<br /><br />Wasiat di atas diulas oleh al-Syuhnah di dalam kitabnya Syarh al-Hidayah:<br /><br />Apabila sesuatu hadis itu sahih manakala ianya bertentangan pula dengan mazhab, perkara yang mesti dilakukan ialah beramal berdasarkan hadis tersebut. Demikian itu adalah Mazhab Abu Hanifah dan para pengikut mazhab tidaklah terkeluar dari kedudukannya sebagai pengikut Hanafi dengan mengamalkan hadis tersebut.<br /><br />Terdapat suatu riwayat yang sahih daripada al-Imam Abu Hanifah menyebutkan bahawa beliau telah berkata “Apabila Hadis itu sahih, itulah mazhab aku.” Riwayat ini diceritakan daripada Ibn ‘Abd al-Barr daripada al-Imam Abu Hanifah dan juga daripada imam-imam lainnya.[9]<br /> <br />Wasiat Malik bin Anas<br /><br />Pertama: Berkata Malik bin Anas rahimahullah:<br /><br />Aku hanya manusia biasa yang mana pendapat aku mungkin benar dan mungkin salah. Maka telitilah pendapat yang aku kemukakan. Semua pendapat yang selaras dengan al-Qur’an dan al-Sunnah maka ambillah ia manakala yang tidak selaras dengan al-Qur’an dan al-Sunnah, tinggalkanlah.[10]<br /><br />Kedua: Berkata Malik bin Anas rahimahullah:<br /><br />Tidak ada perkataan manusia selepas Nabi kecuali sama ada ianya diterima atau ditolak, melainkan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.[11]<br /> <br />Wasiat Ahmad bin Hanbal<br /><br />Pertama: Berkata Ahmad bin Hanbal rahimahullah:<br /><br />Tidak ada perkataan sesiapapun melainkan boleh diterima perkataannya atau ditolak kecuali perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.[12] <br /><br />Kedua: Berkata Ahmad bin Hanbal rahimahullah:<br /><br />Pendapat al-Awza‘e, Malik dan Abu Hanifah, semuanya adalah pendapat semata-mata. Aku melihat semuanya sama di sisiku, yang mesti jadi rujukan hanyalah sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.[13]<br /><br />Demikian beberapa wasiat para imam mazhab kepada umat Islam keseluruhannya. Abu Hanifah, Malik bin Anas, al-Syafi‘e dan Ahmad bin Hanbal, secara jujur dan penuh ketaqwaan sentiasa menekankan agar yang ditaati ialah sunnah atau hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bukannya ajaran mereka.<br /><br />Ibn Rajab al-Hanbali rahimahullah merumuskan:<br /><br />Daripada keterangan-keterangan para imam mazhab ini, adalah menjadi kewajipan apabila seseorang itu menemui suatu perintah daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau mengetahuinya, untuk menerangkannya kepada sekian umat, menasihatkan mereka dengan penuh keikhlasan dan memerintahkan mereka untuk mengikutinya walaupun jika ia bertentangan dengan pendapat para imam mazhab atau seseorang lain yang terkemuka.<br /><br />Flowchart: Document: Sikap yang lebih utama ialah mengamalkan hadis-hadis yang baru diketahui kesahihannya sepeninggalan mazhab kerana imam maz-hab itu sendiri berpesan sedemikian.Ini adalah kerana kedudukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah yang paling hak untuk dihormati dan ditaati, melebihi dan mengatasi mana-mana pendapat orang atau tokoh lain yang mungkin atas sebab-sebab yang tidak disengajai telah bertentangan dengan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kerana inilah kita dapati para sahabat dan generasi selepas mereka membantah sesiapa sahaja yang didapati melakukan sesuatu yang bertentangan dengan sunnah yang sahih. Dan adakalanya bantahan ini mereka lakukan dengan amat keras, bukan disebabkan perasaan benci kerana para sahabat itu sememangnya amat menyayangi dan menghormati mereka, akan tetapi pesuruh Allah itu lebih mereka sayangi dan perintahnya lebih tinggi kedudukannya berbanding perintah mana-mana makhluk lain.<br /><br />Justeru itu apabila terdapat perselisihan antara ajaran Nabi dan ajaran manusia, ajaran Nabi-lah yang lebih berhak ditunaikan dan ditaati. Ini tidaklah bermaksud sebagai menghina kedudukan imam ikutan seseorang itu kerana secara pasti dia akan diampuni atas ketidak-sengajaannya dan silapnya, bahkan si imam tersebut akan lebih rela jika ajarannya itu diketepikan apabila didapati bertentangan dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang sahih.[14]<br /><br />al-Sya'rani rahimahullah berkata:<br /><br />Flowchart: Document: Apabila terdapat perselisihan antara ajaran Nabi dan ajaran manusia, ajaran Nabi-lah yang lebih berhak ditunaikan dan ditaati. Ini tidaklah bermaksud sebagai menghina kedu-dukan imam ikutan seseorang itu ke-rana secara pasti dia akan diampuni atas ketidak-sengajaannya dan si-lapnya, bahkan si imam tersebut akan lebih rela jika ajarannya itu diketepikan apabila didapati berten-tangan dengan ajaran Nabi.Kita meyakini seandainya para imam mujtahid (para imam mazhab) tersebut semasa hidupnya mengetahui kesahihan hadis-hadis yang tidak mereka pergunakan dan baru diketahui kesahihannya sepeninggalan mereka, tentu mereka akan mempergunakan hadis-hadis tersebut dan mengamalkannya. Kemudian mereka akan menghindari qiyas yang telah mereka lakukan dan meralat (membetulkan) semula pendapat yang telah mereka cetuskan terdahulu …… Sikap yang lebih utama ialah mengamalkan hadis-hadis yang baru diketahui kesahihannya sepeninggalan mazhab kerana imam mazhab itu sendiri berpesan sedemikian. [15]<br /><br />Berkata al-Albani rahimahullah setelah mengemukakan wasiat-wasiat di atas:<br /><br />Kenyataan tersebut menggambarkan ketinggian ilmu dan ketaqwaan para imam tersebut, di mana melalui perkataan seperti di atas mereka menegaskan bahawa mereka tidaklah menguasai sunnah keseluruhannya.<br /><br />Kadang-kala terhasil daripada mereka ini (para imam mazhab) beberapa perkara yang menyalahi sunnah yang tidak kesampaian kepada mereka. Apabila mereka mengetahui akan sunnah tersebut, mereka memerintahkan kita agar berpegang teguh dengannya dan menjadikannya sebagai mazhab mereka. Semoga Allah memberi Rahmat kepada mereka semua.[16]<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Catitan Penting.<br /><br />Wasiat-wasiat para imam mazhab di atas adalah benar akan tetapi perlaksanaannya tidaklah semudah yang disangkakan. Seseorang itu tidak boleh mengubah ajaran mazhabnya atau menghukum imam mazhabnya sebagai tersilap semata-mata dengan satu atau dua hadis sahih yang baru ditemuinya. Ini kerana sesuatu mazhab itu tidak terbina di atas satu atau dua hadis tetapi himpunan ribuan buah hadis. Himpunan hadis-hadis ini pula difahami dan ditetapkan kandungan hukumnya berdasarkan kaedah-kaedah yang digariskan dalam ilmu usul fiqh.<br /><br /> <br /><br />Oleh itu perlaksanaan wasiat-wasiat di atas tertakluk kepada beberapa syarat sebagaimana yang diulas oleh al-Nawawi rahimahullah:<br /><br />Perkataan (wasiat) al-Syafi‘e tersebut tidaklah bermaksud bahawa setiap seseorang yang menemui hadis yang sahih berhak berkata “Inilah ajaran Mazhab al-Syafi‘e” dan beramal dengan zahir hadis tersebut. Sesungguhnya yang berhak berkata sedemikian hanyalah seseorang yang memiliki darjat berijtihad dalam mazhab, baik yang telah sampai kepadanya atau yang menghampirinya.<br /><br />Dan disyaratkan bagi orang tersebut dengan keyakinan yang mengatasi dugaan bahawa al-Syafi‘e rahimahullah tidak membicarakan hadis tersebut atau tidak mengetahui akan kebenarannya. Dan ini hanyalah dapat dilakukan setelah ditelaah semua kitab al-Syafi‘e dan juga kitab para sahabatnya (tokoh-tokoh al-Syafi‘eyyah) yang diiktiraf atau apa yang setaraf dengannya.<br /><br />Syarat-syarat ini adalah sulit dan hanya segelintir kecil yang mampu mencapainya. Sesungguhnya sebab kami menyebut syarat-syarat ini hanyalah kerana al-Syafi‘e rahimahullah, berdasarkan penilaian dan ilmunya, seringkali meninggalkan pengamalan zahir sebuah hadis kerana di sisi beliau terdapat dalil lain yang melemahkannya atau yang membatalkannya (nasakh) atau yang mengkhususkannya atau kerana ditakwilkannya atau kerana beberapa sebab yang lain.[17]<br /><br /> <br /><br />Di atas adalah syarat-syarat yang perlu diperhatikan sebelum seseorang itu mengubah mazhab imamnya. Adapun atas tujuan selain itu, seseorang boleh berpegang dan beramal dengan hadis sahih yang ditemuinya sekalipun dia belum mencapai darjat seorang mujtahid. Asalkan dia mampu mengkaji dan menganalisa secara ilmiah dan menyeluruh. al-Zarkasyi rahimahullah menulis:<br /><br />Sesiapa yang (pada mulanya) bertaqlid[18] kepada sebahagian imam (mazhab) lalu kemudian darjatnya naik sedikit sehingga mampu memahami dan mengkaji dalil-dalil syari‘at , maka apabila dia menemui sebuah hadis yang dapat digunakan sebagai hujah dan hadis itu pula digunakan oleh sebahagian orang namun berselisihan dengan pendapat imam mazhabnya, maka adakah dibolehkan dia berijtihad (dengan mengamalkan hadis tersebut dan meninggalkan pendapat imam mazhabnya) ?<br /><br />…… Berkata Abu ‘Amr (Ibn al-Shalah): Dalam hal ini kami berpendapat, jika seseorang itu memiliki sarana untuk berijtihad secara mutlak atau (sekurang-kurangnya berijtihad) dalam sesebuah bab atau masalah tertentu, maka dibolehkan bagi dia beramal dengan hadis tersebut. (Juga dibolehkan) sekalipun jika dia tidak memiliki saranan untuk berijtihad secara sempurna dan wujud di hatinya keraguan terhadap hadis tersebut,[19] asalkan dia tidak mendapati hadis lain yang bertentangan dengan hadis yang ingin diamalkan itu. Jika terdapat seorang imam di luar mazhabnya yang beramal dengan hadis tersebut, maka dia boleh bermazhab kepadanya. Demikian merupakan alasan yang membolehkan dia meninggalkan pendapat imam mazhabnya (yang asal).[20]<br /><br /> <br /><br />Ibn Taimiyyah rahimahullah menguatkan lagi pendapat Ibn al-Shalah tentang tidak perlunya seseorang itu memiliki darjat mujtahid untuk beramal dengan hadis sahih yang ditemuinya:<br /><br />Flowchart: Document: Boleh berpegang dan beramal dengan hadis sahih yang dite-muinya sekalipun dia belum mencapai darjat seorang muj-tahid. Asalkan dia mampu me-ngkaji dan menganalisa secara ilmiah dan menyeluruh.Urusan ijtihad bukanlah suatu perkara yang tidak dapat menerima pemecahan dan pembahagian. Bahkan mungkin sahaja wujud seorang yang memiliki keahlian untuk berijtihad di dalam satu bidang ilmu atau bab atau permasalahan dan tidak di dalam bidang ilmu atau bab atau permasalahan yang lain. Oleh itu setiap seseorang boleh berijtihad mengikut tahap kemampuan masing-masing.<br /><br />Justeru sesiapa yang meneliti sesuatu permasalahan yang berselisih para ilmuan tentangnya lalu dia memperolehi beberapa nas (hujah) yang berada di luar nas-nas yang diperselisihan oleh kedua-dua pihak yang berbeza pendapat itu[21], maka bagi dia dua pilihan:<br /><br />(Pertama), dia mengikut pendapat terakhir (terkuat dan termasyhur di dalam mazhabnya) dengan sebab ia adalah pendapat imam yang mazhabnya menjadi ikutan dia. Tindakan ini tidak memiliki hujah di dalam syari‘at[22] akan tetapi disebabkan kebiasaan yang ditentang oleh kebiasaan yang lain,[23] dia terikat kepada mengikut saja pendapat imam mazhabnya.<br /><br />(Kedua), dia mengikut pendapat yang dikuatkannya berdasarkan penelitiannya terhadap nas-nas yang menjadi dalil ke atasnya. Dalam suasana seperti ini, (hendaklah dipastikan bahawa) pendapatnya selari dengan pendapat salah seorang imam sekalipun ia berbeza dengan pendapat imam (yang menjadi ikutannya) dan nas-nas tersebut selamat daripada sebarang pertentangan dengan nas yang lain untuk diamalkan. (Jika dapat dipastikan dua hal ini) maka (beramal dengan pendapat yang dikuatkannya itu) merupakan satu tindakan yang salih (baik).[24]<br /><br /> <br /><br />Justeru orang yang belum mencapai darjat mujtahid sepenuhnya, apabila dia menemui hadis sahih yang pada zahir kelihatan berselisihan dengan pendapat imam mazhabnya hendaklah memerhatikan beberapa perkara yang penting:<br /><br />1. Tidak boleh menggunakan hadis tersebut untuk mengubah ajaran mazhabnya.<br /><br />2. Dia boleh mengamalkan hadis tersebut dengan syarat dia dapat memastikan tidak ada dalil yang menentangnya, sama ada dalam bentuk yang membatalkannya (nasikh & mansukh), mengkhususkannya (am & khas), membataskannya (mutlak & muqayyad) dan sebagainya.<br /><br />3. Dengan hadis tersebut dia boleh meninggalkan pendapat mazhabnya dalam masalah yang berkaitan. Namun lebih afdal jika pengamalan hadis tersebut adalah selari dengan pendapat salah seorang imam atau tokoh ilmuan yang lain.<br /><br />4. Dia juga boleh mengajar pengamalan hadis tersebut kepada orang ramai akan tetapi tidak boleh memaksa atau bertindak keras jika sebahagian mereka masih ingin mengikut pendapat mazhab masing-masing. Ini kerana orang ramai bebas memilih kepada siapa mereka hendak rujuk berdasarkan keyakinan masing-masing.<br /><br /> <br /><br /> <br /><br /> <br /><br />^Kembali Ke Atas<br /><br />| 10. Adakah Seruan “Kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah” Bererti Meninggalkan Ajaran Para Imam Mazhab ?<br /><br /> <br /><br /><br />[1] Dari Abu Hanifah, diriwayatkan oleh Ibn ‘Abidin (1203H/1789M) di dalam al-Hasyiyah, jld. 1, ms. 63 dan Ibn al-Syuhnah di dalam Syarh al-Bidayah. Dari al-Syafi‘e, diriwayatkan al-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab, jld. 1, ms. 163 dan oleh al-Sya’rani di dalam al-Mizan, jld. 1, ms. 57. Riwayat-riwayat ini dan yang akan datang seterusnya dinukil drpd buku The Prophet’s Prayer Described oleh al-Albani.<br /><br />[2] Riwayat Ibn ‘Asakir di dalam Tarikh Dimashq, 15/1/3.<br /><br />al-Imam Ibn ‘Asakir lahir pada 499H/1106M di bandar Damsyik. Seorang ahli sejarah dan ahli hadis yang terkemuka bagi Mazhab al-Syafi‘e pada kurun ke 5 hijrah. Beliau yang nama asalnya ialah Abu al-Qasim ‘Ali bin al-Hassan meninggal dunia pada 571H/1176M.<br /><br />[3] Riwayat Ibn Abi Hatim di dalam al-Adab, ms. 93-94.<br /><br />[4] Riwayat Ibn al-Qayyim di dalam I’lam al Muwaqqi‘in, jld. 2, ms. 363.<br /><br />[5] Riwayat al-Khatib al-Baghdadi di dalam al-Ihtijaj bi al-Syafi‘e, jld. 8, ms. 2 dan al-Nawawi di dalam al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab, jld. 1, ms. 63.<br /><br />al-Imam al-Nawawi ialah seorang imam mujtahid yang masyhur bagi Mazhab al-Syafi‘e. Beliau yang nama asalnya Abu Zakaria Yahya bin Syaraf lahir di Syria pada 631H/1233M. Antara karangan beliau ialah kitab fiqh Mazhab al-Syafi‘e berjudul al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab dan Syarh Shahih Muslim. Meninggal dunia pada 676H/1277M<br /><br />[6] al-Risalah, para 423, sub-para 3.<br /><br />[7] al-Risalah, para 426.<br /><br />[8] Riwayat Salih al-Fulani di dalam Iqaz al-Himam, ms. 50.<br /><br />[9] Dinukil drpd The Prophet’s Prayer Described, ms. viii.<br /><br />[10] Riwayat Ibn ‘Abd al-Barr di dalam Jami’ Bayan al-Ilm, jld. 2, ms. 32.<br /><br />Ibn ‘Abd al-Barr, beliau ialah al-Imam Yusuf bin ‘Abd Allah bin Muhammad bin ‘Abd al-Barr, lahir di Qordova, Sepanyol pada tahun 368H/978M. Seorang ahli hadis yang ulung dalam dunia Islam dan ahli fiqh yang masyhur dalam Mazhab Maliki. Meninggal dunia pada tahun 463H/1071M.<br /><br />[11] Jami’ Bayan al-Ilm, jld. 2, ms. 91.<br /><br />[12] Riwayat Abu Daud di dalam Masa’il al-Imam Ahmad, ms. 276.<br /><br />al-Imam Abu Daud ialah Sulaiman bin al-Asy'ath al- Sijistan, lahir pada 202H/818M. Beliau sempat berguru kepada Ahmad bin Hanbal bersama al-Bukhari dan Muslim. Kitabnya yang terkenal ialah Sunan Abu Daud, mengandungi 4800 buah hadith dan sudahpun diterjemahkan. Selain itu beliau ada mengarang belasan buah kitab yang lain sebelum meninggal dunia pada 275H/889M di Basrah, Iraq.<br /><br />[13] Jami’ Bayan al-Ilm, jld. 2, ms. 149.<br /><br />[14] al-Imam Ibn Rajab al-Hanbali, ialah seorang tokoh besar di dalam bidang hadis dan fiqh bagi Mazhab Hanbali. Beliau yang nama sebenarnya Abu al-Faraj ‘Abd al-Rahman bin Ahmad lahir pada 736H/1335M dan meninggal dunia pada 795H/1393M. Kata-katanya di atas dikutip oleh Salih al-Fulani (1218H/1804M) di dalam kitabnya Iqaz al-Himan, ms. 93; dinukil drpd The Prophet's Prayer Described, ms. xv oleh al-Albani.<br /><br />[15] al-Mizan al-Kubra, jld. 1, ms. 98.<br /><br />[16] The Prophet's Prayer Described, ms. viii.<br /><br />[17] al-Majmu’ Syarh al-Muhazzab (ed: M. Najib Ibrahim; Dar Ihya’ al-Turats al-‘Arabi, Beirut 2001), jld. 1, ms. 136. Ibn Taimiyyah rahimahullah telah menggariskan 20 sebab dan kaedah di mana sesuatu hadis itu boleh ditinggalkan pengamalannya. Lihat risalah beliau berjudul Rof’ul Malam ‘an A’immat al-A’lam (رفع الملام عن الأئمة الأعلام) (Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut tp.thn.).<br /><br />[18] Taqlid ialah mengikut pendapat seorang imam tanpa mengetahui alasan atau hujah di sebaliknya.<br /><br />[19] Yakni keraguan kerana hadis tersebut berselisihan dengan pendapat imam mazhab yang diikutinya.<br /><br />[20] Nukilan berpisah daripada al-Bahr al-Muhith (Dar al-Kitabiy, Beirut tp.thn.), jld. 8, ms. 343-344. al-Zarkasyi telah menukil beberapa pendapat, antaranya oleh al-Qarafi dan al-Nawawi yang meletakkan beberapa syarat ketat sebelum seseorang itu dapat mengubah mazhab seorang imam sesama-mata berdasarkan hadis sahih yang ditemuinya. Namun al-Zarkasyi juga menukil pendapat Ibn al-Shalah sepertimana di atas yang membolehkan orang perseorangan mengamalkan hadis sahih yang ditemuinya.<br /><br /> al-Zarkasyi, beliau ialah al-Imam Muhammad bin Bahadur bin ‘Abd Allah. Lahir di Kaherah pada tahun 745H/1344H, beliau merupakan seorang ahli usul fiqh yang ulung di dalam Mazhab al-Syafi‘e. Meninggal dunia pada 794H/1392M.<br /><br /> al-Imam Ibn al-Shalah, beliau ialah ‘Utsman ibn ‘Abd al-Rahman Shalah al-Din, lahir di Sharkhan pada 577H/1181M. Beliau ialah seorang ahli hadis yang tersohor di dalam Mazhab al-Syafi‘e. Kitabnya yang terkenal di dalam ilmu hadis, berjudul ‘Ulum al-Hadits menjadi rujukan semua 4 mazhab hingga ke hari ini. Beliau meninggal dunia pada 643H/1245M.<br /><br />[21] Yakni dia memperoleh dalil dan hujah yang dapat mengunggulkan satu pendapat di antara beberapa pendapat yang sedang diperselisihkan.<br /><br />[22] Ini kerana kewajipan seseorang ialah mengikut dalil dan hujah yang diyakininya paling mendekati kebenaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Dalam penjelasan seterusnya, Ibn Taimiyyah menerangkan bahawa sekalipun pilihan yang pertama ini tidak memiliki dasar yang dibenarkan oleh syari‘at, ia tetap dibolehkan kerana orang tersebut tidak memiliki kelayakan yang secukupnya untuk berijtihad sepenuhnya. Ibn Taimiyyah menggelarnya sebagai satu “penurunan”, iaitu pelonggaran syarat. Pilihan pertama ini tidak dibolehkan jika seseorang itu memiliki kemampuan untuk berijtihad sepenuhnya.<br /><br />[23] Yakni sudah menjadi kebiasaan dia dituntut mengikut mazhab asalnya sahaja. Jika dia meninggalkan mazhabnya, dia akan dikritik oleh masyarakat yang sudah biasa mengkritik orang yang meninggalkan mazhab asalnya.<br /><br />[24] Majmu’ al-Fatawa, jld. 20, ms. 212-213.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-20044025330998953962008-06-21T09:06:00.003-07:002008-06-21T09:06:50.595-07:00Kepentingan Mazhab Kepada Umat IslamKepentingan Mazhab Kepada Umat Islam<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Daripada bab sebelumnya, jelas bahawa setiap individu Muslim wajib mentaati ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Walaubagaimanapun diakui bahawa tidak semua orang dapat merujuk terus kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Ini kerana manusia memiliki kemampuan yang berbeza-beza yang secara umumnya dapat dibahagikan kepada 3 tahap:<br /><br />Pertama: Mereka yang dapat mengkaji dan memahami secara terus nas-nas al-Qur’an dan al-Sunnah dan mampu mengeluarkan hukum daripadanya.<br /><br />Kedua: Mereka yang tidak dapat mengkaji dan tidak mampu mengeluarkan hukum daripadanya.<br /><br />Flowchart: Document: Tujuan sebenar mazhab-mazhab Islam sejak dari da-hulu ialah memudahkan umat Islam mencapai ketaatan ke-pada al-Qur’an dan al-Sun-nah. Setiap ajaran mazhab adalah berdasarkan al-Qur’-an dan al-Sunnah, oleh itu mengikuti mazhab bererti mengikuti al-Qur’an dan al-Sunnah.Ketiga: Mereka yang berada di pertengahan antara tahap pertama dan kedua di atas.<br /><br />Bagi seorang yang berada di tahap yang pertama, dia dibolehkan merujuk secara terus kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Malah merupakan satu kesalahan bagi dia untuk menurut sahaja (taqlid buta) sesuatu mazhab kerana berbuat sedemikian bererti dia menderhakai kelebihan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta‘ala kepadanya.<br /><br />Sebaliknya bagi seorang yang berada di tahap kedua dan ketiga, bagi mereka diharuskan mengikut sesuatu mazhab fiqh Islam. Sememangnya inilah tujuan sebenar mazhab-mazhab Islam sejak dari dahulu, iaitu memudahkan umat Islam mencapai ketaatan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Ini kerana setiap ajaran mazhab adalah berdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah, oleh itu mengikuti mazhab bererti mengikuti al-Qur’an dan al-Sunnah.<br /><br />Muhammad 'Awwamah menulis:<br /><br />(Mazhab) Fiqh dari para fuqaha - Abu Hanifah dan ulama'-ulama' lainnya tentang berpuluh-puluh ribu permasalahan fiqh Islami adalah sebenarnya penafsiran terhadap sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan bukan merupakan unsur luar yang dimasukkan ke dalam Islam dan bukan pula hasil rekaan akal mereka yang tidak disandarkan kepada sumber asli syari‘at Islam.<br /><br />Apabila kita berkata fiqh (atau mazhab) Abu Hanifah atau fiqh (mazhab) al-Syafi‘e …… maka maksud sebenar perkataan kita itu ialah “Pemahaman Abu Hanifah dan Pemahaman al-Syafi‘e.” Pemahaman terhadap<br />apa ? Tak lain adalah pemahaman mereka terhadap al-Qur'an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikianlah kerana asal perkataan 'fiqh' di dalam bahasa Arab bererti 'pemahaman'.[1]<br /><br />Mazhab-mazhab fiqh Islam berperanan sebagai jalan bagi membawa seorang Muslim itu kepada ketaatan terhadap al-Qur’an dan al-Sunnah. Ia memudahkan umat yang tidak berkemampuan untuk mendekati ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah secara terus. Ini sebagaimana terang al-Sya’rani rahimahullah:<br /><br />Tujuan yang ingin dicapai oleh para imam mazhab ialah menjelaskan kepada manusia apa yang telah difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala dan apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menggunakan bahasa yang mudah difahami oleh masyarakat umum kerana kebanyakan ahli masyarakat tidak mampu memahami dalil-dalil al-Qur'an dan Hadis secara langsung.[2]<br /><br />Demikian juga ulas Abu Ameenah Bilal Philips:<br /><br />Melalui kajian peredaran sejarah, dapat kita ketahui bahawa Fiqh Islam dan mazhab-mazhabnya mempunyai hubung-kait yang erat antara satu sama lain dalam menyumbang kepada kefahaman kepada al-Qur’an dan al-Sunnah sama ada secara umum mahupun khusus.<br /><br />Hendaklah diakui bahawa kedua-dua fiqh Islam dan mazhab-mazhabnya diperlukan bagi menyokong sumber wahyu yang diturunkan, iaitu al-Qur’an dan al-Sunnah dalam menggariskan panduan-panduan bagi keseluruhan umat beribadat dan menjalani kehidupan duniawi.<br /><br />Berdasarkan ilmu dan kebijaksanaan yang dikurniakan Allah kepada umat-Nya terutama ulama’-ulama’, sumber al-Qur’an dan al-Sunnah dapat ditafsirkan dan diterjemahkan bagi memenuhi keperluan semua lapisan umat sezaman dan di sinilah dapat dilihat keutamaan fiqh dan mazhab dalam agama Islam.[3]<br /><br />Namun dalam kita bermazhab, perlu diperhatikan beberapa batasnya. Pertama, ketaatan yang sebenar adalah kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Mazhab hanya berperanan memudahkan ketaatan tersebut, bukan menggantikannya.<br /><br />Kedua, mengikuti mazhab bukanlah bererti membebaskan diri daripada sifat belajar dan mengkaji. Ini kerana menuntut ilmu merupakan salah satu kewajipan agama sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:<br /><br />Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap Muslim.[4] Oleh itu wajib belajar ajaran fiqh mazhab dengan mengkaji dalil-dalilnya dan membandingkannya dengan mazhab yang lain atau penelitian semula oleh tokoh terkemudian.<br /><br />Hasan al-Banna rahimahullah menasihatkan:<br /><br />Bagi setiap Muslim yang belum mencapai tingkat ‘mujtahid’ terhadap dalil-dalil umum syari‘at, diperbolehkan baginya untuk mengikut pendapat salah seorang imam agama (imam mazhab).<br /><br />Namun sangat dianjurkan agar dia berusaha dengan segenap kemampuannya untuk mempelajari dalil-dalil yang dipergunakan oleh imam yang diikutinya dan tetap bersedia menerima kebenaran dari orang lain yang berhak mengemukakannya.<br /><br />Selain itu dia harus berusaha menyempurnakan segala kekurangan ilmunya jika dia adalah seorang yang mampu melakukan hal itu sehingga akhirnya dia dapat mencapai kedudukan sebagai seorang mujtahid.[5]<br /><br />Flowchart: Document: Bagi orang yang mampu meng-kaji secara terus kepada dalil al-Qur’an dan al-Sunnah, me-reka tidak memerlukan mazhab melainkan sekadar sumber me-luaskan skop kajian. Bagi orang yang tidak mampu, mereka memerlukan mazhab sebagai jalan yang memudahkan keta-atan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Golongan yang perta-ma tidak boleh mengecam golo-ngan yang kedua dan begitulah juga sebaliknya.Mutakhir ini terdapat segelintir pihak yang menolak mazhab fiqh Islam dan melarang orang ramai daripada bermazhab. Golongan ini pernah ditegur oleh al-Sya’rani rahimahullah:<br /><br />Janganlah anda menolak atau melemahkan pendapat salah seorang imam mujtahid (imam mazhab) hanya berdasarkan kefahaman anda yang dangkal terhadap al-Qur’an dan al-Sunnah kerana pemahaman anda itu tidak lain hanyalah seperti angin yang berlalu jika dibandingkan dengan kefahaman para imam mujtahid.[6]<br /><br />Senafas dengan teguran di atas ialah apa yang diperkatakan oleh Taha Jabir al-‘Alwani:<br /><br />Hanya berdasarkan kepada pengkajian sebuah buku berkenaan ilmu Islam yang sekian luas ini, seseorang itu tidaklah dapat mengkategorikan dirinya sebagai seorang mujtahid, iaitu seseorang yang layak untuk mengeluarkan hukum dengan sendiri.[7]<br /><br />Yusuf al-Qaradhawi mengulas lebih lanjut:<br /><br />Pada abad kita sekarang ini ada orang-orang yang menyatakan diri mereka sebagai mujtahid dan mengajak orang-orang lain untuk turut menjadi mujtahid.<br /><br />Mereka beranggapan mampu mengarah manusia kepada satu arah yang mereka buat dan menyatukan manusia ke dalam satu pendapat yang mereka anuti, sesuai dengan pemahaman mereka terhadap nas syari‘at. Dengan cara ini lenyaplah mazhab-mazhab yang ada dan hapuslah segala bentuk perbezaan pendapat sehingga semua orang bertemu dalam kalimat yang satu.<br /><br />Tetapi mereka lupa bahawa pemahaman mereka terhadap nas, tidak lebih dari sekadar pendapat yang boleh mengandungi kesalahan atau kebenaran. Tidak ada seorang ulama’ yang maksum pendapatnya, sekalipun dia telah memenuhi segala syarat ijtihad. Dia hanya terjamin mendapat pahala atas ijtihadnya, sama ada benar atau salah.<br /><br />Oleh kerana itu golongan ini hanya akan mewujudkan satu mazhab yang baru di samping mazhab-mazhab yang sedia ada. Selain itu dengan anehnya mereka mengecam para pengikut mazhab kerana bertaqlid kepada para imam mazhabnya padahal mereka sendiri menuntut orang ramai agar bertaqlid dan mengikut mereka !<br /><br />Janganlah anda beranggapan bahawa saya menolak ajakan mereka untuk mengikuti nas atau mengecam ijtihad mereka dalam memahami nas. Hal ini adalah merupakan hak setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat ijtihad. Tidak seorangpun yang punya hak untuk pintu ijtihad yang dibuka oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk umatnya.<br /><br />Apa yang saya tolak adalah kesombongan mereka (golongan anti mazhab) terhadap metodologi para ulama’ umat, sikap mereka yang melecehkan warisan fiqh, tuntutan mereka bahawa mereka sahaja yang paling benar sedangkan orang lain adalah keliru, serta anggapan bahawa mereka mampu menghapuskan perbezaan pendapat dan menyatukan semua orang ke dalam satu pendapat, iaitu pendapat mereka sendiri.[8]<br /><br />Oleh itu yang benar mazhab-mazhab fiqh Islam memiliki kepentingan kepada umat Islam, hanya tahapnya yang berbeza-beza. Bagi orang yang mampu mengkaji secara terus kepada dalil al-Qur’an dan al-Sunnah, mereka tidak memerlukan mazhab melainkan sekadar sumber meluaskan skop kajian. Bagi orang yang tidak mampu, mereka memerlukan mazhab sebagai jalan yang memudahkan ketaatan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Golongan yang pertama tidak boleh mengecam golongan yang kedua dan begitulah juga sebaliknya.<br /><br /> <br /><br />^Kembali Ke Atas<br /><br />| 9. Wasiat Para Imam Mazhab Kepada Umat Islam<br /><br /> <br /><br /><br />[1] Melacak Akar Perbedaan Mazhab: Pengaruh Penggunaan Hadis Terhadap Perbedaan Pendapat Di Kalangan Ulama Fiqh (edisi terjemahan oleh Zarkasyi Hasan; Pustaka Hidayah, Jakarta 1997), ms. 68.<br /><br />Syaikh Muhammad 'Awwamah, ialah seorang tokoh ilmuan yang berpusat di Institusi pendidikan Syari‘at Islam, Aleppo (Halab), Syria.<br /><br />[2] al-Mizan al-Kubra, jld. 1, ms. 92.<br /><br />[3] The Evolution of Fiqh, ms. 117.<br /><br />[4] Sahih: Hadis mutawatir yang diriwayatkan oleh Ibn Majah, Ibn Hibban, al-Thabarani dan lain-lain, dinilai sahih oleh al-Albani di dalam Shahih Jami’ al-Shagheir – no: 3913.<br /><br />[5] Hasan al-Banna – Risalah al-Ta’alim sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Qaradhawi di dalam Fiqh al-Ikhtilaf, ms. 206.<br /><br />Syaikh Hasan al-Banna lahir di Mesir pada 1323H/1906M. Beliau ialah seorang tokoh pergerakan dan pembaharuan Islam yang pengaruhnya dirasai oleh seluruh dunia. Bernaungkan prinsip al-Qur'an dan as-Sunnah, al-Banna memulakan gerakan Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Islam) yang antara lain berusaha untuk menghapuskan permisahan antara politik dan agama (secularism), memupuk semangat kehidupan Islam yang sebenar, menghindari perselisihan dan perpecahan umat dan memodenkan semula umat berdasarkan Islam. Perjuangannya meliputi aspek moral, sosial, pendidikan, wanita, ekonomi, sains dan politik. Walaubagaimanapun perjuangan beliau tidak lama kerana pada usia muda 43 tahun nyawanya ditamatkan melalui tembusan peluru, dipercayai berpunca dari tembakan anggota perisik pemerintah.<br /><br />[6] al-Mizan al-Kubra, jld. 1, ms. 33.<br /><br />[7] al-‘Alwani – The Ethics of Disagreement in Islam, ms. 119.<br /><br />[8] Fiqh al-Ikhtilaf, ms. 204-205.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-75947778298371567222008-06-21T09:06:00.001-07:002008-06-21T09:06:21.257-07:00Perintah Allah Mentaati Al-Qur'an Dan Rasul-NyaPerintah Allah Mentaati Al-Qur'an Dan Rasul-Nya<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Allah Subhanahu wa Ta‘ala telah berulang kali memerintahkan umat Islam mentaati-Nya dan mentaati Rasul-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Mentaati Allah bermaksud mentaati al-Qur’an al-Karim manakala mentaati Rasulullah bermaksud mentaati sunnahnya yang membentuk hukum syari‘at.[1] Firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala:<br /><br />Wahai orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berpaling daripadanya, sedang kamu mendengar (Al-Qur'an yang mewajibkan taatnya). [al-Anfal 08:20]<br /><br />Perintah ketaatan ini Allah Subhanahu wa Ta‘ala kaitkan dengan sifat iman dan taqwa seseorang kerana iman dan taqwa tidak boleh berpisah daripada ketaatan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Firman-Nya:<br /><br />Oleh itu bertakwalah kamu kepada Allah dan perbaikilah keadaan perhubungan di antara kamu, serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, jika betul kamu orang yang beriman. [al-Anfal 08:01]<br /><br />Persoalan keimanan sekali lagi dihubung-kaitkan dengan ketaatan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah sebagaimana firman Allah:<br /><br />Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasulullah dan kepada "Uli'l-Amri" (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan kamu.<br /><br />Kemudian jika kamu berbantah-bantah (berselisihan) dalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu mengembalikannya kepada (Kitab) Allah (Al-Quran) dan (Sunnah) Rasul-Nya - jika kamu benar beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. Yang demikian adalah lebih baik (bagi kamu), dan lebih elok pula kesudahannya. [al-Nisa’ 4:59]<br /><br />Dalam ayat di atas kita dapati Allah Subhanahu wa Ta‘ala memerintahkan ketaatan kepada Ulil Amri juga, iaitu para ulama’ dan pemimpin negara. Akan tetapi perhatikanlah bahawa Allah tidak meletakkan perkataan ‘taat’ sebelum perkataan Ulil Amri sebagaimana Allah meletakkannya sebelum perkataan Allah dan Rasulullah. Ini tidak lain membawa maksud bahawa ketaatan kita kepada perintah Allah dan Rasul-Nya adalah mutlak manakala ketaatan kita kepada Ulil Amri hanya apabila mereka melakukan perkara-perkara yang selari dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, iaitu al-Qur’an dan al-Sunnah.<br /><br />Hanya dengan mentaati ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah kita akan diberikan ganjaran Syurga sebagaimana janji Allah:<br /><br />Dan sesiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, akan dimasukkan oleh Allah ke dalam Syurga yang mengalir dari bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya; dan itulah kejayaan yang amat besar. [al-Nisa’ 4:13].<br /><br />Mereka yang taat kepada al-Qur’an dan al-Sunnah akan bergembira di dalam Syurga bersama-sama para Nabi, Siddiqin, Syuhada dan Salihin sebagaimana keterangan ayat berikut:<br /><br />Dan sesiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka akan (ditempatkan di syurga) bersama-sama orang yang telah dikurniakan nikmat oleh Allah kepada mereka, iaitu Nabi-nabi, dan orang Siddiqiin, dan orang yang syahid, serta orang yang salih. Dan amatlah eloknya mereka itu menjadi teman rakan (kepada orang yang taat). [al-Nisa’ 4:69].<br /><br />Lebih dari itu hanya dengan mentaati ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah kita dijanjikan Rahmat oleh Allah sebagaimana janji-Nya:<br /><br />Dan taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, supaya kamu diberi rahmat. [‘Ali Imran 3:132].<br /><br />Dengan mengikuti dan mencontohi sunnah Hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita akan memperolehi keampunan Allah Subhanahu wa Ta‘ala sebagaimana firman-Nya:<br /><br />Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, nescaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu.” [‘Ali Imran 3:31].<br /><br />Dengan mentaati dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kita juga dijanjikan hidayah petunjuk oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala:<br /><br />Dan jika kamu taat kepadanya (Muhammad) nescaya kamu beroleh hidayah petunjuk. [al-Nur 24:54].<br /><br />Dengan mentaati al-Qur’an dan al-Sunnah dengan sebenar-benar taat dan ikhlas, seseorang muslim itu akan beroleh kejayaan dan kemenangan yang hakiki sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala melalui firman-Nya:<br /><br />Sesungguhnya perkataan yang diucapkan oleh orang yang beriman ketika mereka diajak kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, supaya menjadi hakim memutuskan sesuatu di antara mereka, hanyalah mereka berkata: “Kami dengar dan kami taat”; dan mereka itulah orang yang beroleh kejayaan.<br /><br />Dan sesiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan takut melanggar perintah Allah serta menjaga dirinya jangan terdedah kepada azab Allah maka merekalah orang yang beroleh kemenangan. [al-Nur 24:51-52]<br /><br />Dalam memberikan perintah dan peringatan kepada umat Islam untuk mentaati-Nya dan Rasul-Nya, yakni al-Qur’an dan al-Sunnah, Allah ‘Azza wa Jalla juga memberikan amaran serta ancaman keras kepada sesiapa yang enggan melakukan sedemikian. Antara amaran tersebut ialah firman-Nya:<br /><br />Dan tidaklah harus bagi orang yang beriman, lelaki dan perempuan - apabila Allah dan Rasul-Nya menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara - (tidaklah harus mereka) mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan mereka. <br /><br />Dan sesiapa yang tidak taat kepada hukum Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang jelas nyata. [al-Ahzab 33:36].<br /><br />Allah ‘Azza wa Jalla juga mengingatkan umat Islam yang sengaja beramal dengan sesuatu yang tidak dianjurkan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah bahawa amalan mereka itu akan menjadi batal. Amaran Allah dalam al-Qur’an:<br /><br /> Wahai orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, dan janganlah kamu batalkan amal-amal kamu! [Muhammad 47:33].<br /><br />Allah Ta‘ala juga mengingatkan umat Islam yang mengingkari ajaran serta perintah Rasul-Nya dengan amaran:<br /><br />Oleh itu, hendaklah mereka yang mengingkari perintahnya (Muhammad), beringat serta berjaga-jaga jangan mereka ditimpa bala bencana, atau ditimpa azab seksa yang tidak terperi sakitnya. [al-Nur 24:63].<br /><br />Amaran ini diteruskan kepada balasan api neraka kepada mereka yang tetap berdegil dan enggan bertaubat. Mereka ini dijanjikan Allah dengan:<br /><br />Dan sesiapa yang menentang (ajaran) Rasulullah sesudah terang nyata kepadanya kebenaran petunjuk (yang dibawanya) dan dia pula mengikut jalan yang lain dari jalan orang yang beriman, kami akan memberikannya kuasa untuk melakukan (kesesatan) yang dipilihnya dan (pada Hari Akhirat kelak) Kami akan memasukkannya ke dalam Neraka Jahanam dan Neraka Jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. [al-Nisa’ 4:115].<br /><br />Demikianlah peritnya azab yang dijanjikan Allah kepada mereka yang enggan mentaati ajaran al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.<br /><br />Di kalangan umat Islam ada yang keterlaluan dalam mentaati ajaran mazhab sehingga mereka membelakangkan ketaatan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Sikap seperti ini dikenali sebagai Syirik fi Tawhid al-Ittiba’ yang bermaksud menyekutukan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai penyumber syari‘at dengan sesuatu yang lain.[2] Ini kerana ketaatan dalam hal syari‘at hanyalah kepada Allah dan Rasul-Nya iaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. Apabila seorang manusia menjadikan manusia yang lain sebagai sumber syari‘at Islam yang ditaatinya, maka dia telah menjadikan sesuatu yang lain setaraf dengan Allah Subhanahu wa Ta‘ala.<br /><br />Yusuf al-Qaradhawi berkata:<br /><br />Telah diketahui dengan pasti bahawa tidak ada kewajipan kecuali apa yang diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan Allah dan Rasul-Nya tidak mewajibkan kita mentaati orang-orang tertentu sekalipun memiliki ilmu yang luas …… Tindakan (mentaati ajaran mazhab) bererti menempatkan para imam mazhab sebagai pembuat syari‘at atau menganggap pendapat mereka sebagai dalil syari‘at yang tidak boleh dibantah …… sehingga menyerupai perbuatan para Ahli Kitab yang menjadikan rahib-rahib dan pendeta-pendeta mereka sebagai tuhan selain Allah.[3]<br /><br />Mentaati ajaran mazhab sehingga membelakangkan dalil al-Qur’an dan al-Sunnah adalah juga merupakan suatu perbuatan yang membatalkan iman seseorang berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala:<br /><br /> Maka demi Tuhanmu, mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan engkau (wahai Muhammad) hakim dalam mana-mana perselisihan yang timbul di antara mereka kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa yang telah dihukumkan, dan mereka menerima keputusan itu dengan sepenuhnya. [ al-Nisa’ 4:65]<br /><br />Ayat ini menerangkan bahawa jika seorang Muslim itu tidak menerima atau merasa berat dan tidak rela dengan apa yang dihakimi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam urusan agama maka dia tidak disifatkan beriman.[4]<br /><br />Justeru itu kita sering dapati para imam mazhab yang empat sentiasa berpesan kepada umat Islam agar mentaati al-Qur’an dan al-Sunnah, bukan mazhab dan ajaran mereka. Para imam mazhab juga berpesan agar ditinggalkan mana-mana ajaran mereka yang tidak tepat atau tersalah berbanding dengan keterangan al-Qur’an dan al-Sunnah yang sahih. Mereka juga berpesan agar mana-mana hadis yang tidak mereka temui atau keluarkan hukum daripadanya, maka hendaklah diambil hadis tersebut dan diamalkan. Mereka juga berpesan agar jangan mentaati atau mengikuti secara membuta terhadap ajaran-ajaran mereka. Ketaatan dan sifat ikutan membuta sedemikian hanyalah dibolehkan kepada al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Nasihat, pesanan dan wasiat para imam mazhab ini akan dihuraikan di dalam salah satu bab yang akan datang, insya-Allah.<br /><br /> <br /><br /> <br /><br /> <br /><br />^Kembali Ke Atas<br /><br />| 8. Kepentingan Mazhab Kepada Umat Islam<br /><br /> <br /><br /> <br /><br /><br />[1] Sunnah Rasulullah terbahagi kepada dua kategori, yang pertama ialah apa yang membentuk hukum syari‘at seperti solat, puasa, perlaksanaan hukum jenayah dan sebagainya. Yang kedua ialah apa yang tidak membentuk hukum syari‘at terdiri daripada tingkah laku kebiasaan baginda sebagai manusia biasa seperti cara makan, cara berjalan dan sebagainya. Sunnah kategori kedua ini tidak wajib hukumnya, hanya dianjurkan mengikutinya sebagai bukti kasih sayang kita kepada baginda yang merupakan sebaik-baik contoh teladan.<br /><br />[2] Bilal Philips – The Evolution of Fiqh, ms. 119.<br /><br />[3] Fiqh al-Ikhtilaf, ms. 192.<br /><br />[4] al-Qur'an dan Tafsirnya, jld. 2, ms. 218-219 (usahasama Univ. Islam. Indonesia dan Dept Agama Rep. Indonesia, diketuai oleh Bustami A. Gani dan Hasbi al-Shiddieqie).educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-89188795679493282192008-06-21T09:05:00.001-07:002008-06-21T09:05:52.484-07:00Beberapa Contoh Sikap Taksub MazhabBeberapa Contoh Sikap Taksub Mazhab<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Flowchart: Document: Sikap taksub mazhab juga boleh menye-babkan para pengikut sesebuah mazhab sanggup mencipta hadis-hadis palsu bagi membenarkan mazhab sendiri.Dalam bab sebelumnya kita telah dapat mengetahui beberapa sifat terbuka para imam mazhab apabila menghadapi perbezaan dalam pendapat mereka. Sifat yang mulia ini malangnya tidak diteladani oleh sebahagian umat Islam. Mereka dengan semampu boleh mempertahankan kebenaran mazhab mereka, bukan sahaja dari sudut ilmiah tetapi juga dari sudut politik, keturunan dan sebagainya.<br /><br />Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh dari sikap taksub mazhab yang pernah dan sedang dialami oleh dunia Islam masa kini. Tujuannya ialah untuk menyedarkan kita akan kekerdilan fikiran sesetengah pihak sehingga menyebabkan timbulnya perselisihan yang besar daripada satu perkara yang asalnya tidak berselisih.<br /><br />Contoh Pertama:<br /><br />Suasana taksub bermazhab yang paling jelas ialah apabila jamaah yang melaksanakan solat fardhu dibahagikan kepada 4 kumpulan di Masjid al-Haram. Perkara ini berlaku sebelum tahun 1342H/1924M. Lebih menyedihkan, suasana begini berlaku di hadapan Ka’bah padahal Ka’bah itu sendiri merupakan binaan yang mengisyaratkan persatuan umat Islam.<br /><br />Suasana sebegini masih berlaku di beberapa masjid yang lain di negara yang rakyatnya mengikuti lebih dari satu mazhab. Ini sebagaimana yang diterangkan oleh al-Albani rahimahullah tentang apa yang berlaku di Syria:<br /><br />Adakalanya didapati sebahagian jemaah itu masih menunggu kedatangan imam mazhab mereka padahal di sebelah mereka jamaah mazhab lain sudahpun memulakan solat bersama imam mereka. Mereka enggan berjamaah bersama di belakang satu imam hanya kerana perbezaan mazhab. Mereka berpendapat solat imam mazhab lain diragu-ragukan dan boleh dipersoalkan, malah ada yang mengatakan ianya tidak sah.[1]<br /><br />Contoh Kedua:<br /><br />Contoh yang lain ialah berkenaan membaca doa qunut dalam solat Subuh. Dalam Mazhab al-Syafi‘e, membaca doa qunut dihukum sunat manakala dalam mazhab Hanafi dan Hanbali ianya tidak sunat.<br /><br />Dalam menghadapi suasana perbezaan seperti ini, segelintir ulama’ al-Syafi‘eyyah[2] yang berfatwa bahawa seorang jamaah mazhab al-Syafi‘e wajib melakukan sujud sahwi di akhir solat subuhnya apabila dia menjadi makmum kepada seorang imam dari mazhab lain yang tidak membaca doa qunut.[3] Di samping itu ada pula yang memfatwakan bahawa seorang jamaah mazhab al-Syafi‘e yang menjadi makmum di belakang imam mazhab lain yang tidak membaca doa qunut boleh mengangkat tangannya membaca doa qunut subuh selagi sempat ketika imam tersebut sedang iktidal mahupun sedang turun ke posisi sujud.[4]<br /><br />Kedua-dua fatwa di atas jelas merupakan sesuatu yang dikeluarkan kerana sikap taksub kepada mazhab. Ia jelas menyalahi perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menerangkan bahawa imam itu adalah untuk diikuti oleh jamaah dalam setiap perlakuannya. Perintah baginda:<br /><br />Sesungguhnya dijadikan seorang imam hanyalah untuk diikuti, maka janganlah kamu berbeza dengannya. Maka apabila (dia) rukuk maka rukuklah, apabila dia membaca “Sami Allahuliman Hamidah” maka bacalah “Rabbana lakalhamdu”. Dan apabila (dia) sujud maka sujudlah dan apabila (dia) solat duduk maka bersolatlah kamu semua dengan cara duduk.[5]<br /><br />Fatwa dan pendapat di atas juga menyalahi contoh yang ditunjukkan oleh al-Syafi‘e sendiri di mana dalam satu riwayat yang terkenal, beliau telah mengimami solat subuh bersama ahli jamaah mazhab Hanafi tanpa berqunut. Apabila ditanya kenapa dia tidak berqunut, al-Syafi‘e menjawab bahawa ia adalah sebagai menghormati Abu Hanifah.[6]<br /><br />Contoh Ketiga:<br /><br />Sikap taksub mazhab tidak terhad kepada persoalan ibadah sahaja. Ia juga melibatkan perkara-perkara lain seperti keturunan, politik dan kehidupan harian. Sebahagian pihak dalam Mazhab al-Syafi‘e pernah mengagungkan Muhammad bin Idris al-Syafi‘e rahimahullah sehingga menghina para imam mazhab lain dengan alasan sebuah hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:<br /><br />Para pemimpin (mestilah) daripada (keturunan) Quraish.[7]<br /><br />Berdasarkan hadis ini mereka berkata:<br /><br />Kita tidak dapati di kalangan imam-imam mujtahid (para imam mazhab) yang berketurunan Quraish selain Imam al-Syafi‘e.<br /><br />Sedangkan Imam Abu Hanifah berketurunan bekas hamba, Imam Malik bin Anas daripada qabilah Zi-Asbah, Imam an-Nakha‘e daripada qabilah Nakha’ al-Yaman. Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Muhammad al-Hassan, keduanya dari Bani Syabani dan bukannya dari Mudhar. Imam al-Tsauri berasal dari Bani Thaur dan Imam al-Awza‘e pula juga dari bekas keturunan hamba. [8]<br /><br />Sikap taksub mazhab oleh golongan di atas menyebabkan mata hati mereka tertutup daripada ayat Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang menyatakan bahawa sebaik-baik manusia bukanlah berdasarkan keturunan atau bangsa akan tetapi ketaqwaannya kepada Allah. Firman Allah:<br /><br /> <br /><br /> Wahai umat manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari lelaki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu pelbagai bangsa dan bersuku puak supaya kamu berkenal-kenalan (antara satu dengan yang lain). Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yang lebih taqwanya di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Mendalam Pengetahuan-Nya. [al-Hujerat 49:13]<br /><br />Adapun maksud sebenar hadis “Para pemimpin (mestilah) daripada (keturunan) Quraish” ialah bahawa sesuatu negara atau komuniti Islam itu seharusnya memilih pemimpin mereka daripada kalangan kaum atau bani yang majoriti jumlahnya dan besar pengaruhnya supaya kepimpinan rakyat lebih teratur dan baik. Sebaliknya jika pimpinan dipegang oleh pihak minoriti ia akan membawa kekecohan di kalangan orang ramai.<br /><br />Bani Quraish disebut dalam hadis ini kerana merekalah kumpulan terbesar dan terpengaruh di Semenanjung Arab pada ketika itu. Akan tetapi hadis ini tidaklah membatasi Bani Quraish sahaja kerana mereka sebenarnya hanya sebagai kaum minoriti berbanding dengan dunia Islam yang kini menjangkau jumlah 1 billion umatnya. Hadis ini juga lebih khusus kepada persoalan pimpinan duniawi tidak dalam persoalan pimpinan agama kerana banyak dalil-dalil lain yang menyatakan bahawa hal agama tiada bersangkut paut dengan keturunan dan bangsa.[9]<br /><br />Contoh Keempat:<br /><br />Sikap taksub mazhab juga boleh menyebabkan para pengikut sesebuah mazhab sanggup mencipta hadis-hadis palsu bagi membenarkan mazhab sendiri. Contohnya ialah hadis berikut yang dicipta oleh pengikut Mazhab Hanafi yang bencikan Mazhab al-Syafi‘e bahawa kononnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ada berkata:<br /><br /> <br /><br /> Akan muncul di kalangan umat aku seseorang yang bernama Muhammad bin Idris (al-Syafi‘e) yang akan mendatangkan kerosakan kepada umatku lebih buruk daripada Iblis dan akan muncul pula di kalangan umat aku seorang lelaki bernama Abu Hanifah yang akan menjadi cahaya penyuluh umat aku.<br /><br />Riwayat palsu ini dikenal pasti oleh Ibn al-Jawzi dalam kitabnya al-Maudu‘at, jld. 1, ms. 457 dan diutarakan oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadis al-Dha‘ifah wa al-Maudhu‘ah, no: 570.<br /><br />Pengikut Mazhab al-Syafi‘e juga tidak kurang hebatnya dengan mencipta sebuah hadis lain bagi menentang Mazhab Hanafi. Diketahui bahawa bagi Mazhab Hanafi disunatkan mengangkat tangan ketika membaca takbir bagi setiap pergerakan rukun solat manakala bagi Mazhab al-Syafi‘e mereka tidak menyunatkannya. Oleh itu pengikut Mazhab al-Syafi‘e telah mencipta suatu hadis bahawa kononnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah berkata:<br /><br /> <br /><br /> Sesiapa yang mengangkat tangan ketika solat maka tiadalah solat itu baginya (iaitu tidak sah).<br /><br />Riwayat ini juga telah dinyatakan kepalsuannya oleh beberapa tokoh hadis seperti Ibn al-Qayyim, al-Dzahabi dan lain-lain sebagaimana terang al-Albani di dalam Silsilah al-Ahadis al-Dha‘ifah wa al-Maudhu‘ah, no: 568.[10]<br /><br />Demikian empat contoh yang sempat dikemukakan tentang sikap taksub sebahagian pengikut mazhab.<br /><br />Sikap taksub sebegini timbul hanya kerana ikutan mereka kepada tuntutan nafsu lalu mereka mengunggulkan imam serta mazhab mereka kepada kedudukan yang terbaik. Pada waktu yang sama mereka menghina imam dan mazhab yang lain padahal pengunggulan dan penghinaan mereka hanyalah berdasarkan anggapan semata-mata, bukan berdasarkan kajian dan perbandingan ilmiah. Seandainya dilakukan kajian dan perbandingan ilmiah, pasti mereka akan menyedari bahawa semua para imam dan mazhab fiqh Islam adalah baik. Sikap taksub sebegini akhirnya akan membawa kepada perdebatan, pergaduhan dan perpecahan kepada umat Islam. Ibn Taimiyyah rahimahullah mengulas fenomena ini:<br /><br />Adapun mengunggulkan sebahagian imam atau syaikh di atas sebahagian yang lain seperti orang-orang yang mengunggulkan imam mazhab mereka sebagai yang paling faqih atau yang mengunggulkan syaikh mereka sebagai sebaik-baik pembimbing di atas selainnya, sepertimana sebahagian orang yang mengunggulkan al-Syaikh ‘Abd al-Qadir (al-Jailani) atau al-Syaikh Abu Madyan atau (al-Imam) Ahmad (bin Hanbal) atau selain mereka, maka kebanyakan manusia di dalam hal ini berbicara tentangnya berdasarkan sangkaan dan kecintaan yang berlebih-lebihan.<br /><br />Sesungguhnya mereka tidak mengetahui hakikat sebenar akan martabat para imam dan syaikh tersebut mahupun bermaksud mengikuti mereka kerana kebenaran yang sebenar-benarnya. Akan tetapi setiap mereka hanya mengikut nafsu dengan mengunggulkan tokoh ikutan mereka dengan pengunggulan yang merupakan anggapan demi anggapan semata-mata.<br /><br />Mereka tidak memiliki apa-apa bukti bagi anggapan tersebut. Sikap seperti inilah yang sering kali menyebabkan perdebatan, pergaduhan dan perpecahan di antara mereka. Ini semua diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya sebagaimana firman-Nya:<br /><br />Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.<br /><br />Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (agama Islam) dan janganlah kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan (semasa jahiliyah dahulu), lalu Allah menyatukan di antara hati kamu (sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara.<br /><br />Dan kamu dahulu telah berada di tepi jurang neraka (disebabkan kekufuran kamu semasa jahiliyah) lalu Allah selamatkan kamu dari neraka itu (disebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keterangan-Nya supaya kamu mendapat petunjuk hidayah-Nya.<br /><br />Dan hendaklah ada di antara kamu satu kumpulan yang menyeru kepada kebajikan dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji). Dan mereka yang bersifat demikian ialah orang-orang yang berjaya.<br /><br />Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah bercerai-berai dan berselisihan (dalam agama mereka) sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas nyata (yang dibawa oleh Nabi-nabi Allah), Dan mereka yang bersifat demikian, akan beroleh azab seksa yang besar. [‘Ali Imran 3:102-105][11]<br /><br />Oleh itu yang benar, semua mazhab dan para imamnya adalah baik. Orang yang mencenderungi satu mazhab, sebagaimana ulas Ibn Taimiyyah, tidak boleh mengkritik mazhab yang lain dan begitulah sebaliknya. Beliau rahimahullah menulis:<br /><br />Maka sesiapa yang pada pendapatnya adalah lebih baik untuk mengikuti (Mazhab) al-Syafi‘e tidak boleh mengingkari sesiapa yang pada pendapatnya adalah lebih baik untuk mengikuti (Mazhab) Maliki dan sesiapa yang pada pendapatnya adalah lebih baik untuk mengikuti (Mazhab) Ahmad tidak boleh mengingkari sesiapa yang pada pendapatnya adalah lebih baik untuk mengikuti (Mazhab) al-Syafi‘e dan begitulah seterusnya.[12]<br /><br />Sikap taksub hanya dibolehkan dalam satu perkara, iaitu dalam mentaati Allah dan Rasul-Nya. Ini akan kita huraikan dalam bab berikut insya-Allah.<br /><br /> <br /><br /> <br /><br /> <br /><br />^Kembali Ke Atas<br /><br />| 7. Perintah Allah Mentaati Al-Qur'an dan Rasul-Nya<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />[1] The Prophet’s Prayer Described, ms. xxix.<br /><br />[2] al-Syafi‘eyyah bermaksud ulama’-ulama’ dalam Mazhab al-Syafi‘e yang hidup selepas Imam Muhammad bin Idris al-Syafi‘e.<br /><br />[3] Lihat Fiqh dan Perundangan Islam (edisi terjemahan oleh Syed Ahmad Syed Hussain; Yayasan Pembangunan Ekonomi Islam Malaysia & Dewan Bahasa dan Pustaka, K.Lumpur 1994), jld. 01, ms. 856 oleh Wahbah al-Zuhaili.<br /><br />Prof. Dr. Wahbah al-Zuhaili ialah seorang ahli fiqh yang masyhur di Damsyik, Syria. Beliau juga pensyarah dalam Fakulti Fiqh dan Syari‘ah Islam di Universiti Islam Damsyik. Kitabnya di atas masyhur dijadikan sumber rujukan ajaran fiqh Islam dari sudut mazhab-mazhab yang empat. Antara karangan beliau yang lain ialah kitab tafsir al-Qur’an yang berjudul al-Tafsir al-Munir.<br /><br />[4] Lihat Reliance of The Traveller (Amana Publications, Maryland, 1994), F12-23 oleh Ahmad ibn Naqib al-Misri, terjemahan dan nota tambahan oleh Nuh Ha Min Keller.<br /><br />Ahmad ibn Naqib al-Misri lahir di Antakya, Turki pada tahun 702H/1302M dan ialah seorang tokoh Sufi Mazhab al-Syafi‘e. Beliau sempat berguru dengan al-Subki dan Ibn Mulaqin dalam bidang hadis. Banyak meluangkan masa menulis dan menyusun semula kitab-kitab Mazhab al-Syafi‘e yang terdahulu. Kitabnya Reliance of The Traveller (tajuk Arab - 'Umdat al-Salik ) ialah ringkasan daripada kitab al-Shirazi yang berjudul al-Tanbih dan al-Nawawi yang berjudul Minhaj al-Thalibin. Ahmad al-Misri meninggal dunia di Kaherah pada 769H/1368M.<br /><br />Nuh Ha Min Keller lahir di Washington, Amerika Syarikat pada tahun 1373H/1954M dan membesar sebagai seorang Roman Katolik. Memeluk Islam pada tahun 1977 ketika belajar di al-Azhar, Mesir dan kemudiannya cenderung ke arah ajaran tasawwuf Islam bersama ‘Abd al-Rahman Shaghouri. N.H.Min Keller mempunyai minat yang mendalam kepada kitab 'Umdat al-Salik karangan al-Misri dan beliau seterusnya menterjemahkannya ke dalam bahasa Inggeris untuk tatapan ramai terutamanya pengikut-pengikut tasawwuf Mazhab al-Syafi‘e.<br /><br />Bagi kajian lanjut dan analisa kritis ke atas beberapa nota tambahan dalam Relience of The Traveller oleh Nuh Ha Min Keller, lihat buku Warning The Muslims Against Deviant Creeds and Methologies (including those of Nuh Ha Min Keller) oleh Saleh as Saleh (Daar al-Bukharee Publishers and Distributers, Buraidah, Saudi Arabia 1998).<br /><br />[5] Sahih: Hadis daripada Abu Hurairah radhiallahu ‘anh, diriwayatkan oleh Ahmad, al-Bukhari, Muslim dan lain-lain. Lihat Shahih al-Bukhari – no: 722 (Kitab Azan, Bab meluruskan saf termasuk kesempurnaan solat)<br /><br />[6] Riwayat al-Dahlawi di dalam Hujjat Allah al-Balighah, ms. 335.<br /><br />[7] Hadis daripada Anas bin Malik radhiallahu ‘anh, diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Ya’la dan al-Thabarani. al-Haitsami menyebutnya di dalam Majma’ al-Zawa‘id (ed: ‘Abd Allah M. Darwaisy; Dar al-Fikr, Beirut 1994) – no: 8978 dan beliau berkata: Para perawi (dalam riwayat) Ahmad adalah terpercaya.<br /><br /> al-Haitsami ialah al-Imam ‘Ali ibn Abu Bakar ibn Sulaiman Nur al-Din al-Haitsami. Lahir di Kaherah pada tahun 735H/1335M, beliau ialah seorang ahli hadis yang tersohor khasnya melalui karyanya Majma al-Zawa‘id yang menghimpunkan 18,000 buah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, al-Bazzar, al-Thabarani dan Abu Ya’la. Hadis-hadis tersebut kemudiannya disusun mengikut bab dan diterangkan status para perawinya. Beliau meninggal dunia pada 807H/1405M.<br /><br />[8] Demikian tulisan Abu Mansur ‘Abd al-Qahar al-Tamimi sebagaimana di dalam buku Rahmat Allah di Sebalik Perbezaan Mazhab, ms. 37 oleh Muhammad Fadli Ismail, yang mana beliau berkata buku ini ialah tulisan al-Suyuti.<br /><br />Perhatian: Menurut analisa penulis, buku ini bukan ditulis oleh al-Suyuthi rahimahullah. Ini kerana buku ini banyak mengandungi riwayat hadis yang dha‘if dan maudhu' (palsu), di mana hal seperti ini tidak mungkin berasal daripada al-Suyuthi memandangkan beliau ialah seorang ahli dalam bidang hadis. Buku ini juga banyak mengandungi hujah-hujah yang merupakan ketaksuban yang tinggi kepada Mazhab al-Syafi‘e sehingga tidak mungkin ia bersumber daripada seorang tokoh yang matang ilmunya. Buku ini juga ada menceritakan tentang gerakan kumpulan Wahabi, iaitu satu gerakan reformasi Islam pada kurun ke 18M padahal al-Suyuthi meninggal dunia pada awal kurun ke 16M ! Buku ini kemungkinan besar ialah karya seseorang lain lalu didustakan atas nama al-Suyuthi.<br /><br />al-Suyuthi ialah al-Imam ‘Abd al-Rahman Jalal al-Din al-Suyuthi. Seorang Mujtahid bagi Mazhab al-Syafi‘e, merantau mencari ilmu dari Semenanjung Arab sehingga ke India dan Maghribi. Beliau mengarang kitab dalam pelbagai jurusan ilmu Islam dan jumlah tulisannya menjangkau angka 600 buah judul. Meninggal di Kaherah pada 911H/1505M.<br /><br />al-Imam Muhammad al-Hasan al-Syaibani ialah salah seorang ulama’ terkemuka selepas Abu Hanifah. Beliau lahir pada tahun 132H/750M dan menuntut bersama Abu Hanifah sehingga kewafatannya. Kemudian diteruskan berguru bersama Abu Yusuf. Muhammad al-Hasan terkenal dengan jasanya menulis dan membukukan ajaran-ajaran Abu Hanifah dan tulisan inilah menjadi bahan rujukan Mazhab Hanafi sehingga ke hari ini. Beliau meninggal dunia pada 189H/805M.<br /><br />al-Nakha‘e - Terdapat tiga orang tokoh besar Kufah yang bergelar al-Nakha‘e. Pertama ialah Alqamah bin Qais al-Nakha‘e (wafat 62H/681M), kedua adiknya Aswad bin Yazid al-Nakha‘e (wafat 95H/713M) dan ketiga Ibrahim bin Yazid al-Nakha‘e (wafat 95H/713M). Kesemua mereka adalah ulama'-ulama' besar yang belajar dan mengajar hadis di Kufah. Alqamah bin Qais dan Aswad bin Yazid pernah belajar hadis daripada ‘Abd Allah ibn Mas'ud dan lain-lain sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.<br /><br />[9] Penjelasan di atas adalah ringkasan daripada penerangan Yusuf al-Qaradhawi di dalam bukunya Bagaimana Berinteraksi dengan as-Sunnah Nabawiyyah (edisi terjemahan oleh Huda Mohsin & Jawiah Dakir; Angkatan Belia Islam Malaysia, 1994), ms. 158.<br /><br />[10] Ibn al-Qayyim ialah al-Imam Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Qayyim al-Jawziyya. Lahir di Damaskus pada 691H/1292M. Antara tulisan beliau yang masyhur ialah Zaad al-Ma'ad dan I'lam al-Muwaqqi‘in, kedua-duanya telah diterjemahkan. Meninggal dunia di Damsyik pada 751H/1350M.<br /><br />al-Dzahabi ialah al-Imam Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman al-Din al-Dzahabi, seorang ahli hadis dan ahli sejarah yang lahir di Damsyik pada 673H/1274M. Banyak berkarya khasnya dalam bidang biografi para tokoh dan perawi hadis. Meninggal dunia pada 748H / 1348M di Damaskus.<br /><br />[11] Majmu’ al-Fatawa (Dar al-Wafa’, Kaherah 2002), jld 20, ms. 291-292.<br /><br />[12] Majmu’ al-Fatawa, jld 20, ms. 292-293.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-63114023708626670542008-06-21T09:04:00.001-07:002008-06-21T09:04:33.870-07:00Teladan Para Imam Mazhab Dalam Menghadapi Perbezaan PendapatTeladan Para Imam Mazhab Dalam Menghadapi Perbezaan Pendapat<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Perbezaan pendapat di kalangan para imam mazhab tidak pernah melebihi daripada apa yang sepatutnya. Perbezaan ini tidak bersangkutan dengan sifat taksub, sombong diri, hasad dan apa-apa lain penyakit hati. Para imam mazhab tidak pernah mempunyai tujuan yang lain dalam usaha mereka kecuali mengajar serta menegakkan agama Islam kepada umat.<br /><br />Flowchart: Document: Perbezaan pendapat antara mazhab juga tidak menjadi faktor penghalang untuk solat bersama-sama. Apa-bila tiba sahaja musim Haji, semua umat Islam tidak kira sama ada para imam mazhab atau murid mereka atau pengikut me-reka akan turun ke Mekah dan Madinah untuk menu-naikan amalan haji.Justeru jika kita kaji sejarah dan riwayat hidup mereka, kita akan dapati sifat bertolak-ansur dan terbuka yang amat tinggi di antara mereka. Mereka menerima teguran dengan hati yang terbuka, membetulkan ajaran yang tersilap, menghormati antara satu sama lain dan saling membanding ajaran sesama mereka. Manakan tidak, bukankah para imam mazhab itu pada mulanya duduk berguru sesama mereka, mengasaskan ajaran daripada sumber yang sama dan mempunyai tujuan yang sama?<br /><br />Pernah sekali Malik bin Anas ditanya adakah perlu membasuh jari-jari kaki ketika berwudhu’. Beliau menjawab “Itu tidak perlu”. Setelah berakhirnya majlis kuliah tersebut, seorang anak murid Malik, bernama Ibn Wahhab berkata “Aku mengetahui akan suatu hadis berkenaan soalan tadi.”<br /><br />Bertanya Malik: “Hadis apakah itu ?”<br /><br />Ibn Wahhab berkata: “Laits ibn Sa‘ad, Ibn Luhai‘ah dan ‘Amr bin al-Harits meriwayatkan dari jalan Yazid bin ‘Amr, dari Mustawrid bin Shaddad; di mana mereka telah berkata: ‘Kami melihat Rasulullah menggosok antara jari-jari kakinya ketika berwudhu dengan anak jarinya’.”<br /><br />Berkata Malik: “Riwayat ini adalah sahih. Aku tidak pernah mendengarnya hingga seketika tadi.”<br /><br />Ibn Wahhab seterusnya menerangkan bahawa Malik kemudian mengajar orang ramai untuk menggosok jari-jari kaki mereka apabila berwudhu’.[1] Demikian satu contoh daripada Malik, apabila dia mendengar suatu hadis dan dikenali sanadnya berdarjat sahih, dia terus membetulkan ajarannya.<br /><br />Ahmad bin Hanbal pada awalnya berpendapat bahawa perkataan quru’ dalam ayat:<br /><br />Dan isteri-isteri yang diceraikan itu hendaklah menunggu dengan menahan diri mereka (dari berkahwin) selama tiga kali suci (quru’). [Maksud surah al-Baqarah 2:228] bermaksud bersih dari haid. Kemudian apabila dia menemui sebuah hadis di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diriwayatkan telah berkata kepada Fatimah binti Hubaisy radhiallahu ‘anha: Tinggalkanlah solat pada masa quru’-mu[2], Ahmad telah membetulkan pendapatnya yang awal dengan berkata:<br /><br />Aku pada mulanya mengatakan bahawa quru’ itu ialah suci (dari haid), sekarang aku berpendapat bahawa quru’ itu ialah haid dan bukan suci (dari haid).[3]<br /><br />Dalam kesungguhan mencari hadis pada zaman mereka, para imam mazhab saling bertanya dan berkongsi hadis sesama mereka. Contoh paling baik ialah pesanan al-Syafi‘e kepada Ahmad bin Hanbal:<br /><br />Engkau lebih mengetahui akan hadis-hadis daripada aku. Oleh itu jika ada hadis yang sahih, beritahulah aku, sama ada hadis itu dari Kufah, Basrah atau Syria. Beritahulah aku supaya aku dapat berpegang kepadanya asalkan ia adalah sahih. [4]<br /><br />Teladan lain yang tidak boleh kita lupakan ialah kisah al-Syafi‘e yang mengimami solat subuh di masjid berhampiran kubur Abu Hanifah. Beliau solat tanpa membaca doa qunut dan apabila ditanya seseorang sehabis solat al-Syafi‘e menjawab:<br /><br />Masakan aku hendak melakukan sesuatu yang berlainan dari apa yang diajar olehnya (Abu Hanifah) padahal aku berada berhampirannya.[5]<br /><br />Walaupun pada asalnya al-Syafi‘e berpendapat bahawa doa qunut itu sunat dibaca dalam solat subuh tetapi pendapatnya itu dikebelakangkan sebagai menghormati Abu Hanifah yang berpendapat doa qunut itu tidak sunat dibaca.[6] Disamping itu al-Syafi‘e juga tidak berqunut pada pagi itu bagi memudahkan jamaahnya yang majoriti pada ketika itu adalah pengikut Abu Hanifah.<br /><br />Ahmad bin Hanbal berpendapat bahawa pendarahan hidung membatalkan wudhu’ dan dengan itu ia membatalkan solat manakala Malik bin Anas pula berpendapat ianya tidak membatalkan. Akan tetapi apabila Ahmad ditanya tentang apakah hukumnya seseorang yang bersolat di belakang imam yang tidak memperbaharui wudhu’nya ketika mengalami pendarahan hidung, Ahmad berkata: <br /><br />Apakah patut aku enggan bersolat di belakang Malik dan Sa‘id ibn al-Musayyib ?[7]<br /><br />Jawapan Ahmad ini menunjukkan sifat keterbukaannya yang tidak membataskan seseorang itu untuk mengikut pendapatnya sahaja. Yang bertanya itu boleh solat di belakang mana-mana imam sekalipun pendapat sesama mereka tentang perkara yang membatalkan wudhu’ dan solat adalah tidak sama.<br /><br />Flowchart: Document: Para imam mazhab sendiri ada kalanya mengubah pendapat dan amalan mereka kepada pendapat imam yang lain. Tidak timbul konsep “Itu mazhab dia, ini mazhab aku!”Perbezaan pendapat antara mazhab juga tidak menjadi faktor penghalang untuk solat bersama-sama. Apabila tiba sahaja musim Haji, semua umat Islam tidak kira sama ada para imam mazhab atau murid mereka atau pengikut mereka akan turun ke Mekah dan Madinah untuk menunaikan amalan haji. Abu Hanifah dan anak muridnya dari Kufah, al-Syafi‘e dan anak muridnya dari Mesir serta Yaman, Ahmad dan anak muridnya dari Baghdad, dan ramai lagi dari serata pelusuk dunia Islam datang ke Mekah dan Madinah dan solat berjamaah di belakang Malik bin Anas dan anak muridnya tanpa sebarang keberatan. Malik berpendapat bacaan Basmalah tidak dibaca secara kuat di dalam solat ketika membaca al-Fatihah manakala Abu Hanifah dan al-Syafi‘e berpendapat ianya dibaca secara kuat. Namun hal ini tidak menghalang mereka solat bersama-sama.[8]<br /><br />Selain itu pemerintah Islam ketika itu, Khalifah Abu Ja’far al-Mansur pernah membuat keputusan untuk menjadikan kitab hadis Malik bin Anas, al-Muwattha’, sebagai kitab yang rasmi bagi seluruh empayar Islam Dinasti Abbasid. Akan tetapi Malik menolak keputusan itu dengan berkata:<br /><br />Sesungguhnya umat Islam merata-rata berpegang dan berpengetahuan dengan hadis dan riwayat yang mungkin kami (Malik) sendiri tidak mengetahuinya.[9] <br /><br />Jawapan Malik membuktikan bahawa dia tahu ada banyak lagi hadis-hadis yang tidak sempat diriwayatkannya dan lebih utama lagi, dia tidak mahu memaksa orang ramai menerima ‘mazhab’nya tanpa pilihan lain.<br /><br />Riwayat hidup al-Syafi‘e juga terkenal dengan apa yang digelar sebagai qaul qadim dan qaul jadid. Qaul qadim merupakan pendapat al-Syafi‘e yang awal ketika berada di Semenanjung Arab. Akan tetapi setelah dia berhijrah ke Iraq dan Mesir, dia telah berjaya menemui sejumlah hadis-hadis yang lain yang membuatkan dia membetul dan menyelaraskan semula ajarannya yang terdahulu. Pembetulannya ini beliau lakukan tanpa malu-malu, hingga terkenal dalam sejarah sebagai Qaul jadid.<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Demikianlah beberapa contoh yang sempat dikemukakan untuk dijadikan teladan untuk kita bermazhab. Daripada contoh-contoh di atas, boleh kita simpulkan:<br /><br />· Para imam mazhab membetulkan ajaran mereka serta-merta apabila terbukti salah tanpa sebarang sikap ragu-ragu atau keberatan.<br /><br />· Para imam mazhab saling hormat menghormati antara satu sama lain. Mereka menghormati ketinggian ilmu serta pendapat di kalangan mereka.<br /><br />· Para imam mazhab sendiri ada kalanya mengubah pendapat dan amalan mereka kepada pendapat imam yang lain. Tidak timbul konsep “Itu mazhab dia, ini mazhab aku!”<br /><br />· Para imam mazhab tidak memaksa umat Islam untuk mentaati ajaran mereka, malah mereka sendiri yang mengesyorkan agar umat Islam memilih dan mengambil apa yang terbaik.<br /><br />· Para imam mazhab tidak pernah memaksa umat Islam untuk bermazhab ataupun mengikuti mana-mana mazhab. Setiap individu bebas beramal dengan ilmu yang diterima masing-masing.<br /><br />· Para imam mazhab tidak pernah berhenti daripada mencari dan mengkaji ilmu. Usaha mereka diteruskan sehingga ke akhir hayat, membetulkan mana yang salah dan mengajar apa yang baru. Ini dilakukan secara terbuka tanpa bersembunyi atau berdiam diri.<br /><br />· Para imam mazhab tidak mementingkan maruah dan kepentingan diri. Bagi mereka apa yang benar, itulah yang diperjuangkan.<br /><br />Harapnya teladan-teladan yang ditunjukkan oleh para imam mazhab di atas dapat dijadikan pegangan dan iktibar oleh kita. Bagi mereka apa yang benar ialah ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Dari dua sumber inilah mereka mengupas segala hukum dan ajaran untuk kebaikan umat Islam sendiri. Adakalanya mereka tersilap atau kurang tepat tetapi mereka menerima hakikat tersebut dengan sering berunding dan bertukar pendapat sesama mereka.<br /><br />Sikap yang demikian perlu kita ambil dan praktikkan. Bukannya sikap membeza-beza antara sesama mazhab, membenarkan yang satu dan menyalahkan yang lain.<br /><br /> <br /><br /> <br /><br /> <br /><br />^Kembali Ke Atas<br /><br />| 6. Beberapa Contoh Sikap Taksub Mazhab<br /><br /> <br /><br />[1] Riwayat Ibn Abi Hatim di dalam kitabnya – al-Jarh wa al-Ta’dil, ms. 31-32 (The Prophet’s Prayer Described, ms. xi).<br /><br />[2] Maksud hadis riwayat al-Daruquthni (Tafsir ayat-ayat Hukum dalam al-Qur’an, jld. 1, ms. 581).<br /><br />al-Imam al-Daruquthni ialah seorang tokoh hadis yang terkemuka dalam kurun ke 4 hijrah, terkenal pada zaman beliau dengan gelaran Amirul Mukminin al-Hadis. Nama beliau ialah al-Hasan ‘Ali bin ‘Umar bin Ahmad bin Mahdi, lahir di Baghdad pada 306H/918M dan meninggal pada 358H/969M. Usahanya banyak tertumpu dalam bidang hadis, selain itu termasuk juga dalam bidang qiraat dan nahu Arab.<br /><br />[3] Dikemukakan oleh ‘Ali al-Shabuni di dalam Tafsir ayat-ayat Hukum dalam al-Qur’an, jld. 1, ms. 581.<br /><br />[4] Ibn Abi Hatim – Adab al-Syafi‘e, ms. 94-95, Ibn al-Jawzi – Manaqib Imam Ahmad, ms. 499.<br /><br />[5] Dikemukakan oleh al-Dahlawi di dalam Hujjat Allah al-Balighah, ms. 335 sebagaimana yang disebut oleh al-‘Alwani di dalam The Ethics of Disagreement in Islam, ms. 92.<br /><br />al-Dahlawi ialah seorang ahli fiqh, ahli tafsir, ahli hadis dan ahli tasawwuf yang terkenal di benua Asia Barat, terutamanya India. Beliau yang nama asalnya ialah Ahmad bin ‘Abd al-Rahim Qutubuddin al-Dahlawi lahir di New Delhi pada 1114H/1703M. al-Dahlawi banyak meluahkan tenaga bagi menyelaraskan ajaran tasawwuf yang di masa itu terdapat banyak penyelewengan daripada syari‘at Islam yang asal. Beliau meninggal dunia pada 1176H/1762M.<br /><br />Prof. Dr. Taha Jabir al-‘Alwani lahir di Iraq pada 1353H/1935M. Beliau berkelulusan dalam bidang fiqh dan juga usul fiqh dari Univ. al-Azhar, Mesir. Hasil karyanya banyak meliputi perbincangan-perbincangan fiqh Islam dan cabarannya pada masa kini dan kebanyakan hasil tulisannya telah diterjemahkan ke bahasa Inggeris.<br /><br />[6] Bagi kajian selanjutnya terhadap permasalahan doa qunut subuh, lihat buku penulis: Menangani Persoalan Doa Qunut: Dibaca atau Tidak ? (Jahabersa, Johor Bahru).<br /><br />[7] Dikemukakan oleh al-‘Alwani di dalam The Ethics of Disagreement in Islam, ms. 92.<br /><br />al-Imam Sa‘id ibn al-Musayyib ialah seorang tokoh ilmu di kalangan tabi‘in di Madinah dan dipandang ramai sebagai penghulu bagi semua ahli-ahli ilmu di kalangan tabi‘in Madinah. Beliau sempat mengenali fatwa-fatwa pemerintahan Khalifah ar-Rashidun yang empat dan menjadi guru bagi Malik bin Anas. Beliau meninggal dunia pada 94H/712M.<br /><br />[8] Dikemukakan oleh al-‘Alwani di dalam The Ethics of Disagreement in Islam, ms. 92.<br /><br />[9] Riwayat Ibn Katsir di dalam Sharh Ikhtisar ‘Ulum al-Hadith, ms. 31 (The Prophet’s Prayer Described, ms. xxiii).<br /><br />al-Imam Abu al-Fida’ Ismail bin al-Khatib Ibn Katsir ialah seorang ahli hadis, ahli tafsir dan ahli sejarah yang masyhur dalam abad ke 8 hijrah. Kitab tafsirnya yang terkenal berjudul Tafsir al-Qur'an al-‘Adzim menjadi rujukan para pencinta ilmu al-Qur’an hingga ke hari ini, malah ianya juga telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Ibn Katsir lahir di Damsyik, Syria pada 701H/1302M dan meninggal dunia pada 774H/1373M.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-32392242548427978852008-06-21T09:03:00.000-07:002008-06-21T09:04:04.516-07:00Sebab-Sebab Wujudnya Perbezaan Pendapat Antara Para Imam MazhabSebab-Sebab Wujudnya Perbezaan Pendapat Antara Para Imam Mazhab<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Flowchart: Document: Ada beberapa perkataan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah yang mempunyai lebih dari satu mak-sud. Daripada perkataan yang satu ini, ada yang memahaminya dengan satu maksud manakala ada yang memahaminya dengan maksud yang lain.Satu soalan yang agak menghairankan: Kenapakah wujud perbezaan pendapat antara sesama para imam mazhab ? Kita semua sudah mengetahui bahawa ke semua para imam mazhab mendasarkan pendapat mereka kepada dalil al-Qur’an dan al-Sunnah, justeru mengapa wujud perbezaan ?<br /><br />Sebenarnya perbezaan pendapat antara para imam mazhab bukanlah sesuatu yang besar sebagaimana yang kita sangkakan. Perbezaan mereka tidak lain hanyalah pada perkara-perkara kecil dan cabang bukannya asas dan usul sepertimana yang diterangkan oleh ‘Abd al-Rahman I. Doi:<br /><br />Jika seseorang itu betul-betul memerhatikan ajaran fiqh keempat-empat mazhab Islam itu, dia tidak akan menemui sebarang perbezaan pendapat atau perbezaan ajaran dalam konteks prinsip-prinsip asas ajaran Islam sesama mereka. Perbezaan yang wujud hanyalah berkisar pada perkara-perkara furu’ (cabang) dan bukannya perkara-perkara usul (asas) keislaman.[1]<br /><br />Perbezaan furu’ dan bukan usul sebagaimana yang dinyatakan di atas diumpamakan oleh Abu Fath al-Bayanuni sebagai:<br /><br />Satu jenis buah-buahan yang berasal dari sebatang pohon pokok; bukannya berjenis-jenis buah yang berasal dari berlainan pohon pokok. Batang pohon yang satu adalah kitab Allah dan Sunnah sementara ranting-rantingnya adalah dalil-dalil syara’ dan cara berfikir yang berjenis-jenis; manakala hasil buahnya pula adalah hukum fiqh yang sekian banyak dan bermacam-macam itu.[2]<br /><br />Bab ini insya-Allah akan cuba mengupas dan menghuraikan sebab-sebab berlakunya perbezaan pendapat antara para imam mazhab. Akan dibuktikan bahawa sebab-sebab tersebut bukanlah disengajakan oleh mereka tetapi ia adalah sesuatu yang sememangnya wujud disebabkan oleh faktor-faktor sejarah dan fitrah manusia. Akan dibuktikan juga bahawa perbezaan itu hanyalah dalam hal-hal furu’ (cabang) dan tidak melibatkan prinsip. Secara umumnya perbezaan ini timbul kerana dua sebab iaitu:<br /><br />· Faktor kemanusiaan. Manusia dicipta dengan kebolehan yang berbeza-beza, sama ada secara fizikal atau mental. Perbezaan mental lebih tepat diertikan sebagai perbezaan seseorang itu menafsir sesuatu dalil al-Qur’an dan al-Sunnah untuk mengeluarkan sebuah hukum. Ini hanya berlaku terhadap dalil yang bersifat umum sehingga memungkinkan pemahaman yang berbeza.[3]<br /><br />· Faktor sejarah. Pada zaman para imam mazhab, tidak terdapat suasana yang memudahkan mereka untuk memperolehi hadis-hadis atau duduk bersama membicarakan sesuatu hal agama. Para imam mazhab terpaksa berhijrah ke sana sini di seluruh dunia Islam untuk mencari hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Suasana ini ada hubung-kaitnya dengan hukum yang dikeluarkan oleh seseorang imam mazhab itu di mana setiap daripada mereka akan mengeluarkan pendapat berdasarkan hadis-hadis yang sempat mereka terima sahaja.[4] <br /><br />Kedua-dua faktor di atas akan dihuraikan dengan lebih terperinci berikut ini: <br /><br /> <br /><br />Pertama: Satu dalil yang mempunyai beberapa maksud. <br /><br />Ada beberapa perkataan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah yang mempunyai lebih dari satu maksud. Dalam kaedah usul fiqh, ianya dikenali sebagai Lafaz Musytarak.[5] Daripada perkataan yang satu ini, ada yang memahaminya dengan satu maksud manakala ada yang memahaminya dengan maksud yang lain.<br /><br />Contoh yang paling banyak dibicarakan ialah perkataan Quru’ dalam ayat:<br /><br />Dan isteri-isteri yang diceraikan itu hendaklah menunggu dengan menahan diri mereka (dari berkahwin) selama tiga kali suci. [al-Baqarah 2:228].<br /><br />Quru’ mempunyai dua erti, iaitu haid atau suci; dan juga tempoh haid atau tempoh bersih dari haid.[6] Dalam mengeluarkan hukum dari ayat di atas, para imam mazhab berbeza dalam memahaminya. Malik dan al-Syafi‘e berpendapat bahawa perkataan Quru’ mewakili tempoh bersih dari haid, manakala Abu Hanifah berpendapat ianya mewakili tempoh seseorang itu berada dalam haid. Ahmad dalam pendapatnya yang pertama mengatakan ‘Quru’ itu adalah masa suci kemudian dalam pendapatnya yang kedua mengatakan ia adalah masa dalam keadaan haid.[7]<br /><br />Dalam contoh ini kita dapat perhatikan bahawa walaupun merujuk kepada satu dalil yang sama, para imam mazhab mempunyai tafsiran hukum yang berbeza. Ini adalah kerana sifat ayat Allah ‘Azza wa Jalla yang adakalanya mempunyai makna yang lebih dari satu.<br /><br /> <br /><br />Kedua: Satu dalil yang mempunyai makna hakiki atau kiasan.<br /><br />Kadang kala sesuatu perkataan itu boleh juga mempunyai dua makna, satu makna yang sebenar dan satu makna yang tersembunyi atau kiasan. Dalam kaedah usul fiqh ini digelar sebagai Lafaz Hakiki dan Lafaz Majazi.[8] Contoh yang selalu dibicarakan ialah hukum batal atau tidak wudhu’ apabila bersentuhan antara lelaki dan perempuan. Perbicaraan ini merujuk kepada firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala:<br /><br />…atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air… [al-Nisaa’ 4:43 dan al-Maidah 5:06)<br /><br />Flowchart: Document: al-Syafi‘e pernah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal: “Engkau lebih mengetahui akan hadis-hadis daripada aku. Oleh itu jika ada hadis yang sahih beritahu-lah aku sama ada hadis itu dari Kufah, Basrah atau Syria.”Perkataan La-ma-sa boleh difahami secara hakiki iaitu bersentuhan dan boleh juga difahami secara majazi iaitu bersetubuh antara lelaki dan perempuan. Hikmah di sebalik penggunaan lafaz kiasan di dalam ayat ini ialah kerana Allah enggan menggunakan secara terus-terang perkataan yang mewakili sesuatu perbuatan yang mengurangkan kesopanan dan kemuliaan bahasa al-Qur’an. Perkataan ‘bersetubuh’ adalah kurang sopan untuk digunakan dalam al-Qur’an maka Allah menggunakan perkataan ‘bersentuhan’ sebagai alternatif lain.[9]<br /><br />Abu Hanifah dan al-Syafi‘e berpendapat wudhu’ seseorang itu batal apabila bersentuhan antara berlainan jantina berdasarkan ayat di atas. Malik dan Ahmad berpendapat wudhu’ seseorang yang bersentuhan kulit antara berlainan jantina hanya akan menjadi batal apabila timbulnya perasaan syahwat. Jika tidak ada syahwat maka tidaklah membatalkan wudhu’.[10]<br /><br />Di sini kita dapat juga melihat walaupun berdasarkan kepada dalil yang sama, para imam mazhab menafsirnya dengan cara yang berbeza, sesuai dengan keluasan ilmu masing-masing. Setiap mereka mempunyai hujahnya dan setiap mereka mempunyai kebenarannya.<br /><br /> <br /><br />Ketiga: Satu dalil yang tidak pasti maksudnya.<br /><br />Ada segelintir kalimah Arab itu yang bersifat tidak pasti maksudnya. Contohnya ialah ayat berikut berkenaan wudhu’:<br /><br />Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sembahyang, maka (berwuduklah) iaitu basuhlah muka kamu, dan kedua belah tangan kamu hingga ke siku…..[al-Maidah 5:06]<br /><br />Perkataan ilaa bermaksud hingga, oleh itu dalam ayat di atas adakah tangan dibasuh hingga ke siku atau juga termasuk siku ? Dalil yang satu di atas boleh mengeluarkan dua pendapat, membasuh tangan tidak termasuk siku dan juga membasuh tangan hendaklah termasuk siku.[11]<br /><br /> <br /><br />Keempat: Penerimaan hadis yang berbeza.<br /><br />Masalah ini sering berlaku kerana setiap imam mazhab berfatwa berdasarkan hadis yang sempat mereka dengar atau temui. Hadis-hadis pada zaman para imam mazhab masih belum dihimpunkan secara sistematik. Para imam mazhab terpaksa mencarinya sendiri dengan berhijrah ke sana sini atau bertanya kepada yang lain. al-Syafi‘e pernah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal:<br /><br />Engkau lebih mengetahui akan hadis-hadis daripada aku. Oleh itu jika ada hadis yang sahih beritahulah aku sama ada hadis itu dari Kufah, Basrah atau Syria. Beritahulah aku supaya aku dapat berpegang kepadanya asalkan ianya adalah sahih.[12]<br /><br />Contoh tidak sampainya hadis ialah berkenaan hukum Khamr (arak). Abu Hanifah berpendapat bahawa yang diharamkan oleh perkataan Khamr dalam hadis Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam hanyalah minuman yang diperbuat daripada buah anggur (wine).[13]<br /><br />Akan tetapi setelah kewafatan beliau, anak muridnya: Abu Yusuf telah menemui sebuah hadis sahih yang menyatakan bahawa semua minuman yang memabukkan itu adalah haram. Hadis tersebut berbunyi:<br /><br />Setiap yang memabukkan itu adalah khamr dan setiap jenis khamr itu adalah haram.[14]<br /><br />Maka dengan itu beliau mengeluarkan fatwa baru bagi Mazhab Hanafi bahawa semua minuman yang memabukkan itu adalah haram tanpa terhad kepada yang berasal daripada buah anggur (wine).[15]<br /><br /> <br /><br />Kelima: Beza pendapat terhadap kekuatan hadis.<br /><br />Ada kalanya perbezaan wujud kerana antara para imam mazhab, mereka berbeza dalam menilai sesuatu hadis itu, sama ada ianya sahih atau dhaif. Contohnya ialah hukum batal wudhu’ jika termuntah. Abu Hanifah dan Ahmad bin Hanbal berpendapat muntah itu membatalkan wudhu’. Pendapat ini mereka dasarkan kepada hadis: <br /><br />Barangsiapa yang muntah, hidung berdarah, atau makanan dari tenggoroknya keluar lagi atau keluar air madzi; hendaklah dia meninggalkan solat, mengulangi wudhu’ dan kemudian menyambung solatnya di mana dia tertinggal, tanpa bercakap di antaranya.[16] <br /><br />Walaubagaimanapun Malik dan al-Syafi‘e berpendapat riwayat di atas tidak sahih. Oleh itu mereka tidak mensyaratkan muntah sebagai sesuatu yang membatalkan wudhu’. Demikian beberapa faktor yang menyebabkan perbezaan pendapat antara para imam mazhab.<br /><br /> <br /><br /> <br /><br /> <br /><br />^Kembali Ke Atas<br /><br />| 5. Teladan Para Imam Mazhab Dalam Menghadapi Perbezaan Pedapat<br /><br /> <br /><br /><br />[1] Shari’ah - The Islamic Law, ms. 85.<br /><br />[2] Fath al-Bayanuni – Memahami Hakikat Hukum Islam (edisi terjemahan oleh Zaid Husein; Mutiara Ilmu, Surabaya 1994), ms. 7-8.<br /><br />Prof. Dr. Muhammad Abu al-Fath al-Bayanuni adalah Guru Besar bagi Fakulti Syari‘ah Universiti Islam Imam Muhammad ibn Sa‘ud, Riyadh, Saudi Arabia. Nukilan dari buku ini sebagaimana di atas adalah dari versi terjemahan Bahasa Indonesia dan penulis telah mengedit sedikit sebanyak susunan katanya supaya mudah difahami pembaca tanpa mengubah erti yang sebenar.<br /><br />[3] Muhammad Idris al-Syafi‘e – al-Risalah (edisi terjemahan oleh Majid Khadduri; Islamic Text Society, England 1990), lihat bab ke 15 (Ikhtilaf)<br /><br />[4] Bilal Philips – The Evolution of Fiqh, ms. 96.<br /><br />[5] Lihat buku Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islami oleh Mukhtar Yahya dan Fatchurrahman; PT al-Ma'arif, Bandung 1993), ms. 254-258.<br /><br />[6] M. ‘Ali al-Shabuni – Tafsir ayat-ayat Hukum dalam al-Qur’an (edisi terjemahan oleh Saleh Mahfoed; Pustaka al-Azhar, Malaysia, 1995), jld. 1, ms. 559.<br /><br />Prof. Dr. Muhammad ‘Ali al-Shabuni ialah ahli tafsir dan pengkaji ilmu-ilmu al-Qur’an yang masyhur dari Mekah. Beliau juga adalah Ketua Fakulti Syari‘ah dan Islamologi Universiti Ulum Qura’, Mekah. Kitabnya ini yang sudahpun diterjemahkan terkenal sebagai sumber rujukan dalam penafsiran ayat-ayat hukum. Antara kitabnya yang lain yang sudah diterjemahkan ialah Penghantar Ilmu-ilmu al-Qur’an yang antara lain menghuraikan pelbagai cabang ilmu al-Qur'an, termasuk hubung-kaitnya dengan ilmu sains dunia masa kini.<br /><br />[7] Tafsir ayat-ayat Hukum dalam al-Qur’an, jld. 1, ms. 579-582 dan Ensiklopidi Hukum Islam (ed: Abdul Azis Dahlan; PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta 1997) - Quru’.<br /><br />[8] Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islami, ms. 259-266.<br /><br />[9] Tafsir ayat-ayat Hukum dalam al-Qur’an, jld. 1, ms. 846.<br /><br />[10] Tafsir ayat-ayat Hukum dalam al-Qur’an, jld. 1, ms. 854-856; ‘Abd al-Rahman al-Jaziri – Fiqh Empat Mazhab (CV Asy Shifa’;, Semarang, 1994), jld. 1, ms. 142-147 dan Ensiklopidi Hukum Islam – Wudhu’.<br /><br />[11] Bilal Philips – The Evolution of Fiqh, ms. 94-95.<br /><br />[12] Ibn Abi Hatim – Adab al-Syafi‘e, ms. 94-95 dan Ibn al-Jawzi – Manaqib Imam Ahmad, ms. 499 sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Albani di dalam The Prophet’s Prayer Described (edisi terjemahan oleh Usama ibn Suhaib Hasan; Jami'at Ihyaa' Minhaj al-Sunnah, Ipswich, 1993), ms. xii.<br /><br />Ibn Abi Hatim ialah seorang tokoh hadis yang terkemuka dalam Mazhab al-Syafi‘e, sempat berguru bersama ahli hadis seperti al-Bukhari dan Muslim. Nama sebenarnya ialah al-Imam Muhammad bin Idris bin Mundzir bin Abi Hatim, lahir di Rayy, Parsi pada tahun 195H/810M dan meninggal dunia di Baghdad pada 277H/890M.<br /><br />al-Imam Ibn al-Jawzi lahir di Baghdad pada 508H/1114M. Nama sebenarnya ialah Abi al-Faraj ‘Abd al-Rahman bin al-Jawzi. Beliau seorang tokoh yang terkemuka dalam bidang hadis. Kitab-kitab tulisannya dalam pelbagai bidang menjangkau jumlah 300 buah. Ibn al-Jawzi meninggal dunia di Baghdad pada 597H /1201M.<br /><br />Syaikh Muhammad Nashr al-Din al-Albani ialah seorang ulama' hadis masa kini yang ulung. Lahir di Albania pada 1332H/1914M. Banyak meluahkan tenaga mengkaji dan membersihkan hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam daripada yang palsu dan yang tersangat lemah. Banyak menulis buku-buku yang membezakan antara amalan sunnah dan bid'ah, antaranya banyak yang sudah diterjemahkan. Meninggal dunia pada tahun 1420H/1999M. Lebih lanjut, sila rujuk buku Mubarak Bamuallim berjudul Biografi Syaikh al-Albani: Mujaddid dan Ahli Hadits Abad Ini (Pustaka Imam asy-Syafi‘i, Bogor 2003)<br /><br />[13] Hasbi al-Shiddieqie - Hukum-hukum Fiqh Islam (Rizki Putra, Semarang 1987), Hukum no: 1038.<br /><br />[14] Hadis daripada Ibn ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Daud, al-Tirmizi dan Ibn Majah, lihat Shahih Muslim – no: 2003 (Kitab Minuman, Bab setiap yang memabukkan adalah khamr……).<br /><br />Muslim ialah al-Imam Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi al-Nasaburi, lahir di Nisabur pada 204H/820M, seorang ahli hadis yang terkenal dengan kitabnya Shahih Muslim. Ia memuatkan sebanyak 7000 buah hadis yang sahih dan sudahpun diterjemahkan. Beliau meluahkan belasan tahun kehidupannya merantau ke pelbagai pelusuk dunia Islam untuk mencari dan menulis hadis, kemudiannya disaring dengan syarat-syarat yang ketat sebelum dimuatkan dalam kitab sahihnya. Meninggal dunia pada tahun 261H/875M.<br /><br />[15] The Evolution of Fiqh, ms. 55-56.<br /><br />[16] _ _ _: Hadis riwayat ‘A’isyah radhiallahu ‘anha, dikeluarkan oleh Ibn Majah dan al-Daruquthni dengan sanad yang dha‘if. Akan tetapi memiliki penguatnya dari jalan yang dikeluarkan oleh Ibn Abi Syaibah dan al-Baihaqi, demikian terang Mahmud Muhammad Mahmud dalam semakannya (tahqiq) ke atas kitab Sunan Ibn Majah – no: 1221 (Kitab Mendirikan Solat, Bab berkenaan membangunkan solat). Lebih lanjut lihat Subul al-Salam oleh Muhammad bin Ismail al-Shan‘ani (edisi terjemahan oleh Abu Bakar Muhammad; Al Ikhlas, Surabaya1988), jld. 1, ms. 179-180.<br /><br />Ibn Majah ialah al-Imam ‘Abd Allah Muhammad bin Yazid bin Majah, lahir di Qazvin, Parsi pada 209H/824M. Beliau terkenal dengan kitab hadisnya Sunan Ibn Majah, memuatkan kira-kira 5000 buah hadis dan sudahpun diterjemahkan. Selain itu Ibn Majah juga terkenal sebagai seorang ahli tafsir. Beliau meninggal dunia pada 273H/887M.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-49524650554451821632008-06-21T09:02:00.002-07:002008-06-21T09:03:29.324-07:00Pegangan Dan Prinsip Para Imam MazhabPegangan Dan Prinsip Para Imam Mazhab<br /><br /> <br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Flowchart: Document: Empat imam mazhab itu dan imam-imam mujtahid yang lain semuanya ter-ikat dengan dalil-dalil ya-ng mereka ambil dari al-Qur’an dan Hadis; dan mereka semuanya meng-hindari dasar akal fikiran dalam berpendapat ten-tang masalah agama.Setiap para imam mazhab: Abu Hanifah, Malik bin Anas, al-Syafi‘e dan Ahmad bin Hanbal rahimahullah tidak berpegang kepada sesuatu sumber yang lain dalam mazhab mereka melainkan al-Qur’an dan al-Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka juga tidak mengeluarkan apa-apa pendapat melainkan merujuk kepada kepada dua sumber mulia tersebut. Hanya apabila timbul sesuatu persoalan yang tidak dibahas secara terperinci oleh kedua-dua sumber tersebut, mereka mengeluarkan pendapat berdasarkan kaedah qiyas, ijma’ dan sebagainya. Semua kaedah ini dirumuskan berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah juga. <br /><br />Keteguhan para imam mazhab berpegang kepada al-Qur’an dan al-Sunnah dapat kita lihat melalui perkataan dan hujah mereka sendiri. Umpamanya telah berkata Abu Hanifah rahimahullah:<br /><br />Saya mengambil (hukum agama) dari kitab Allah (al-Qur'an); Apa yang saya tidak temui dalamnya, maka saya ambil dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika saya tidak temui dalam kitab Allah atau sunnah Rasulullah, nescaya saya ambil pula pendapat sahabat-sahabatnya.[1]<br /><br />Selain itu beliau juga pernah menegaskan:<br /><br />Saya tidak menggunakan qiyas kecuali jika sangat mendesak; iaitu pertama-tama saya mencari dalil untuk sesuatu masalah dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, atau keputusan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.<br /><br />Kalau saya tidak temukan jawapannya maka saya qiyaskan kepada masalah yang tidak disebut di dalam nas itu dengan masalah yang disebutkan di dalam nas dengan benar-benar memperhatikan kesamaan illat (sebab) antara kedua-dua masalah itu.[2] (Inilah yang dimaksudkan dengan kaedah “qiyas”.)<br /><br />Malik bin Anas rahimahullah juga telah berkata:<br /><br />Jauhilah pendapat orang-orang yang (mengeluarkan pendapat) berdasarkan akal fikiran kecuali jika sudah disepakati oleh para ulama’ (ijma’). Ikutilah al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu oleh Tuhan kamu dan ikutilah Hadis yang telah diturunkan kepadamu oleh Nabi kamu.[3]<br /><br />al-Syafi‘e rahimahullah menegaskan:<br /><br />Menjadikan usul sebagai dasar pegangan adalah perbuatan orang-orang yang berakal dan usul itu tidak boleh dipertanyakan mengapa dan bagaimana. Kemudian bertanya seseorang: Apakah yang dimaksudkan dengan usul ? al-Syafi‘e menjawab: al-Qur’an, Hadis dan qiyas atas keduanya. Ditanya lagi kepada al-Syafi‘e berkenaan qiyas, lalu beliau menjawab: Qiyas hanya boleh dipergunakan ketika sangat mendesak dan tidak boleh mempergunakan qiyas kecuali untuk tujuan taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan penyerahan diri yang sepenuhnya.[4]<br /><br />Ahmad bin Hanbal rahimahullah juga tidak terlepas daripada berpegang teguh kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Beliau mengecam keras ke atas orang-orang yang menggunakan akal fikiran dalam beragama dengan membelakangkan sumber wahyu al-Qur’an dan al-Sunnah. Beliau pernah berkata:<br /><br />Saya tidak mengetahui orang-orang yang mengkaji kitab-kitab agama berdasarkan akal fikiran kecuali pada umumnya di hati mereka itu ada penyakit![5] <br /><br />Demikian beberapa penegasan daripada para imam mazhab terdahulu berkenaan pegangan mereka kepada al-Qur’an dan al-Sunnah dan pesanan mereka supaya menjauhi akal fikiran dalam beragama. Justeru itu kita dapati al-Sya’rani rahimahullah, setelah menghuraikan bab ini setebal 56 mukasurat dalam kitabnya al-Mizan-ul-Kubra merumuskan:<br /><br />Saudara, apa yang telah saya sebutkan itu sudah cukup untuk menjelaskan bahawa empat imam mazhab itu dan imam-imam mujtahid yang lain semuanya terikat dengan dalil-dalil yang mereka ambil dari al-Qur’an dan al-Sunnah; dan mereka semuanya menghindari dasar akal fikiran dalam berpendapat tentang masalah agama. Ketahuilah bahawa semua mazhab imam-imam mujtahid yang empat itu bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah ! [6]<br /><br />Lebih dari itu ialah teguran Ibn Hazm rahimahullah, seorang ulama’ besar pada kurun ke 11M, dengan kata beliau:<br /><br />Semua hukum yang telah digali oleh para imam mazhab adalah bersumber daripada syari‘at walaupun dalilnya tidak difahami oleh kalangan awam. Barangsiapa yang mengingkari hakikat ini bererti mereka mengganggap para imam mazhab tersebut telah terjerumus ke dalam kesalahan dan telah mensyari‘atkan hukum yang tidak diizinkan oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Anggapan yang sedemikian ini adalah sesuatu yang keliru lagi sesat. Yang benar adalah jika para imam mazhab itu tidak mengetahui dalilnya pasti mereka tidak akan mencetuskan sesuatu hukum (berkenaan masalah agama).[7]<br /><br />Walaupun merujuk sepenuhnya kepada al-Qur’an dan al-Sunnah, adakalanya para imam mazhab berbeza pendapat dalam mengeluarkan hukum. Perbezaan ini wujud bukan atas faktor kesengajaan tetapi kerana beberapa faktor fitrah kemanusian dan sejarah yang sememangnya sukar untuk dielakkan pada zaman mereka. Faktor-faktor ini akan dihuraikan dalam bab seterusnya.<br /><br />Bab ini diakhiri dengan sebuah keterangan yang bermanfaat daripada Ibn Taimiyah rahimahullah berkenaan para imam mazhab dan keutamaan mereka:<br /><br />Sesungguhnya mereka, para imam mazhab adalah para Khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam umatnya dan penghidup sunnahnya yang telah mati.<br /><br />Dengan mereka al-Qur’an tegak dan dengan al-Qur’an mereka bangkit. Dengan mereka al-Qur’an berbicara dan dengan al-Qur’an mereka berbicara. Hendaklah diketahui bahawa tidak ada seorangpun dari para imam ini yang telah diterima umat secara meluas, (bertindak) sengaja menentang sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik dalam masalah kecil ataupun besar.<br /><br />Mereka semuanya sepakat tentang wajibnya mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Setiap orang boleh diambil dan ditinggalkan perkataannya kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.[8]<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />^Kembali Ke Atas<br /><br />| 4. Sebab-Sebab Wujudnya Perbezaan Pendapat Antara Para Imam Mazhab<br /><br /> <br /><br /><br />[1] Riwayat al-Khatib al-Baghdadi di dalam Tarikh Baghdad, jld. 13, ms. 368 sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasbi al-Shiddieqie di dalam Pokok-pokok Pegangan Imam Mazhab, ms. 142-143.<br /><br /> al-Imam al-Khatib al-Baghdadi ialah Ahmad ibn ‘Ali ibn Tsabit. Beliau lahir pada 392H/1002M dan merupakan seorang ahli hadis dan sejarah yang ulung pada kurun ke 4 hijrah. Meninggal dunia di Baghdad pada 463H/1072M.<br /><br />[2] Riwayat al-Sya’rani di dalam al-Mizan al-Kubra (edisi terjemahan oleh Achmad Zaidun dan Ma'aruf Asroni; Dunia Ilmu, Jakarta 1997), jld. 1, ms. 210.<br /><br />[3] Riwayat al-Sya’rani – al-Mizan al-Kubra, jld. 1, ms. 188.<br /><br />[4] Riwayat al-Sya’rani – al-Mizan al-Kubra, jld. 1, ms. 191-193.<br /><br />[5] Riwayat al-Sya’rani – al-Mizan al-Kubra, jld. 1, ms. 199.<br /><br />[6] al-Sya’rani – al Mizan-ul-Kubra, jld. 1, ms. 200.<br /><br />al-Sya'rani ialah seorang tokoh tasawwuf bermazhab al-Syafi‘e yang terkenal pada kurun ke 10M. Beliau yang nama sebenarnya ialah al-Imam ‘Abd al-Wahhab bin Ahmad bin ‘Ali lahir pada tahun 898H/1493M di Mesir. al-Sya'rani ialah antara yang kehadapan dalam cuba membersihkan ajaran tasawwuf Islam yang dicemari dengan pelbagai doktrin falsafah yang menyeleweng. Beliau menekankan bahawa antara tasawwuf dan syari'ah tidak boleh ada perbezaan, malah keduanya perlu berjalan sebagai satu. Kitabnya al-Mizan al-Kubra adalah antara yang pertama dalam usaha cuba menutup jurang-jurang perbezaan antara mazhab fiqh Islam yang empat. al-Sya'rani meninggal dunia di Kaherah pada 973H/1565M.<br /><br />[7] Riwayat al-Sya’rani – al-Mizan al-Kubra, jld. 1, ms. 62-63.<br /><br />[8] Ibn Taimiyah di dalam – Rof’ al-Malam ‘an A’immat al-A’lam sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Qaradhawi di dalam Fiqh al-Ikhtilaf (edisi terjemahan oleh Aunur Rafiq Saleh; Robbani Press, Jakarta 1993), ms. 199.<br /><br />al-Imam Ibn Taimiyah lahir di Damsyik, Syria pada 661H/1263M dan beliau adalah seorang ulama' besar dunia Islam, terkenal dengan gelaran Syaikh al-Islam sehingga ke hari ini sebagai mengenang jasa-jasanya yang besar dalam menghidupkan ajaran Islam yang tulen di sebalik pelbagai pencemaran yang berlaku pada zamannya. Ibn Taimiyah meninggal dunia pada 728H/1328M.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-75545283073552712562008-06-21T09:02:00.001-07:002008-06-21T09:02:49.380-07:00Berkenalan Dengan Para Imam Mazhab2 Berkenalan Dengan Para Imam Mazhab<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Tidaklah sempurna kefahaman kita tentang mazhab-mazhab Islam yang empat jika kita tidak meninjau terlebih dahulu riwayat hidup para imam mazhab tersebut. Bab ini dimulakan dengan sejarah hidup Abu Hanifah kerana beliau adalah yang terawal di antara mereka.<br /><br /> <br /><br />Imam Abu Hanifah<br /><br />Flowchart: Document: Abu Hanifah pada satu hari te-lah berjumpa dengan seorang tokoh agama yang masyhur di ketika itu bernama al-Sya’bi. Melihatkan kepintaran dan ke-cerdasan luar biasa yang ter-pendam dalam Abu Hanifah, al-Sya'bi menasihatkan beliau agar lebih banyak mencurahkan usaha ke dalam bidang ilmu-ilmu Islam.Imam Abu Hanifah atau nama sebenarnya Nu'man bin Tsabit bin Zhuthi' lahir pada tahun 80H/699M di Kufah, Iraq, sebuah bandar yang sudah sememangnya terkenal sebagai pusat ilmu pada ketika itu. Ianya diasaskan oleh ‘Abd Allah ibn Mas‘ud radhiallahu ‘anh (32H/652M), seorang sahabat zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ayahnya seorang pedagang besar, sempat hidup bersama ‘Ali bin Abi Talib radhiallahu ‘anh. Abu Hanifah sekali-sekala ikut serta dalam urusniaga ayahnya akan tetapi minatnya yang lebih besar ialah ke arah membaca dan menghafal Qur'an.<br /><br />Abu Hanifah pada satu hari telah berjumpa dengan seorang tokoh agama yang masyhur pada ketika itu bernama al-Sya’bi. Melihatkan kepintaran dan kecerdasan luar biasa yang terpendam dalam Abu Hanifah, al-Sya'bi menasihatkan beliau agar lebih banyak mencurahkan usaha ke dalam bidang ilmu-ilmu Islam. Dengan nasihat dan dorongan al-Sya'bi, Abu Hanifah mula menceburkan diri secara khusus mempelajari ilmu-ilmu Islam.<br /><br />Abu Hanifah mula belajar dengan mendalam ilmu-ilmu qiraat, ilmu bahasa Arab, ilmu kalam dan lain-lain. Akan tetapi bidang ilmu yang paling diminatinya ialah ilmu hadis dan fiqh. Beliau banyak meluangkan masa dan tenaga mendalaminya. Abu Hanifah meneruskan pembelajarannya dengan bergurukan kepada al-Sya’bi dan beberapa tokoh ilmuan lain di Kufah. Menurut riwayat, jumlah gurunya di Kufah sahaja berjumlah 93 orang.<br /><br />Beliau kemudiannya berhijrah ke bandar Basrah untuk berguru bersama Hammad bin Abi Sulaiman, Qatadah dan Shu’bah. Setelah sekian lama berguru dengan Shu’bah yang pada ketika itu terkenal sebagai Amir al-Mu’minin fi Hadis (Pemimpin umat dalam bidang hadis), beliau diizinkan gurunya untuk mula mengajar hadis kepada orang ramai. Berkata Shu'bah:<br /><br />Sebagaimana aku ketahui dengan pasti akan kesinaran cahaya matahari, aku juga ketahui dengan pasti bahawa ilmu dan Abu Hanifah adalah sepasangan bersama.<br /><br />Abu Hanifah tidak hanya berpuas hati dengan pembelajarannya di Kufah dan Basrah. Beliau kemudiannya turun ke Mekah dan Madinah untuk menuntut ilmu. Di sana beliau duduk berguru kepada ‘Atha’ bin Abi Rabah. Kemudiannya Abu Hanifah duduk pula bersama Ikrimah, seorang tokoh besar di Mekah yang juga merupakan anak murid kepada ‘Abd Allah ibn ‘Abbas, ‘Ali bin Abi Talib, Abu Hurairah dan ‘Abd Allah ibn ‘Umar radhiallahu ‘anhum. Kehandalan Abu Hanifah dalam ilmu-ilmu hadis dan fiqh diiktiraf oleh Ikrimah sehingga beliau kemudiannya membenarkan Abu Hanifah menjadi guru kepada penduduk Mekah.<br /><br />Abu Hanifah kemudiannya meneruskan pengajiannya di Madinah bersama Baqir dan Ja’afar al-Siddiq. Kemudiannya beliau duduk bersebelahan dengan Malik bin Anas, tokoh besar kota Madinah ketika itu. Walaupun Abu Hanifah 13 tahun lebih tua daripada Malik, ini tidak menghalangnya untuk turut serta belajar. Apabila guru kesayanganya Hammad meninggal dunia di Basrah pada tahun 120H/738M, Abu Hanifah telah diminta untuk mengganti kedudukan Hammad sebagai guru dan sekaligus tokoh agama di Basrah. Melihatkan tiada siapa lain yang akan meneruskan perjuangan Hammad, Abu Hanifah bersetuju kepada jawatan tersebut.<br /><br />Mulai di sinilah Abu Hanifah mengajar dan menjadi tokoh besar terbaru dunia Islam. Orang ramai dari serata pelusuk dunia Islam datang untuk belajar bersamanya. Disamping mengajar, Abu Hanifah ialah juga seorang pedagang dan beliau amat bijak dalam mengadili antara dua tanggung-jawabnya ini sebagaimana terang anak muridnya al-Fudail ibn ‘Iyyad:<br /><br />Adalah Abu Hanifah seorang ahli hukum, terkenal dalam bidang fiqh, banyak kekayaan, suka mengeluarkan harta untuk sesiapa yang memerlukannya, seorang yang sangat sabar dalam pembelajaran baik malam atau siang hari, banyak beribadat pada malam hari, banyak berdiam diri, sedikit berbicara terkecuali apabila datang kepadanya sesuatu masalah agama, amat pandai menunjuki manusia kepada kebenaran dan tidak mahu menerima pemberian penguasa.<br /><br />Pada zaman pemerintahan Abbasid, Khalifah al-Mansur telah beberapa kali meminta beliau menjawat kedudukan qadi kerajaan. Abu Hanifah berkeras menolak tawaran itu. Jawapan Abu Hanifah membuatkan al-Mansur marah lalu dia menghantar Abu Hanifah ke penjara. Akan tetapi tekanan daripada orang ramai menyebabkan al-Mansur terpaksa membenarkan Abu Hanifah meneruskan pengajarannya walaupun daripada dalam penjara. Apabila orang ramai mula mengerumuni penjara untuk belajar bersama Abu Hanifah, al-Mansur merasakan kedudukannya mula tergugat. al-Mansur merasakan Abu Hanifah perlu ditamatkan hayatnya sebelum terlambat.<br /><br />Akhirnya Abu Hanifah meninggal dunia pada bulan Rejab 150H/767M ketika di dalam penjara disebabkan termakan makanan yang diracuni orang. Dalam riwayat lain disebutkan bahawa beliau dipukul dalam penjara sehingga mati. Kematian tokoh ilmuan Islam ini dirasai oleh dunia Islam. Solat jenazahnya dilangsungkan 6 kali, setiapnya didirikan oleh hampir 50,000 orang jamaah. Abu Hanifah mempunyai beberapa orang murid yang ketokohan mereka membolehkan ajarannya diteruskan kepada masyarakat. Antara anak-anak murid Abu Hanifah yang ulung ialah Zufar (158H/775M), Abu Yusuf (182H/798M) dan Muhammad bin Hasan al-Syaibani (189H/805M).<br /><br /> <br /><br />Imam Malik bin Anas<br /><br />Imam Malik bin Anas lahir di Madinah pada tahun 93H/711M. Beliau dilahirkan di dalam sebuah kota yang merupakan tempat tumbuhnya Islam dan berkumpulnya generasi yang dididik oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, radhiallahu ‘anhum. Sejarah keluarganya juga ada hubung-kait dengan ilmu Islam dengan datuknya sendiri seorang perawi dan penghafal hadis yang terkemuka. Pakciknya juga, Abu Suhail Nafi’ adalah seorang tokoh hadis kota Madinah pada ketika itu dan dengan beliaulah Malik bin Anas mula mendalami ilmu-ilmu agama, khususnya hadis. Abu Suhail Nafi’ ialah seorang tabi‘in yang sempat menghafal hadis daripada ‘Abd Allah ibn ‘Umar, ‘A'isyah binti Abu Bakar, Umm Salamah, Abu Hurairah dan Abu Sa‘id al-Khudri radhiallahu ‘anhum.<br /><br />Selain Nafi’, Malik bin Anas juga duduk berguru dengan Ja'afar al-Siddiq, cucu kepada al-Hasan, cucu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Malik juga duduk belajar di Masjid Nabawi berguru dengan Muhammad Yahya al-Ansari, Abu Hazim Salmah al-Dinar, Yahya bin Sa'ad dan Hisham bin ‘Urwah. Mereka ini semua ialah anak murid kepada sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Suasana kehidupan Malik bin Anas di Madinah yang ketika itu dipenuhi dengan para tabi‘in amatlah menguntungkannya. Para tabi‘in ini adalah mereka yang sempat hidup bersama sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka sempat belajar, mendengar hadis dan mengamalkan perbuatan para sahabat secara terus. Inilah antara sebab kenapa Malik bin Anas tidak pernah meninggalkan Madinah kecuali apabila pergi menunaikan ibadat hajinya.<br /><br />Flowchart: Document: Suasana kehidupan Malik bin Anas di Madinah yang ketika itu dipenuhi den-gan para tabi‘in amatlah menguntung-kannya. Para tabi‘in ini adalah mereka yang sempat hidup bersama sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. Mereka sempat belajar, mendengar hadis dan mengamalkan perbuatan para sahabat secara terus.Malik bin Anas kemudiannya mengambil alih sebagai tokoh agama di Masjid Nabawi. Ajarannya menarik sejumlah orang ramai daripada pelbagai daerah dunia Islam. Beliau juga bertindak sebagai mufti Madinah pada ketika itu. Malik juga ialah antara tokoh yang terawal dalam mengumpul dan membukukan hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam kitabnya Al Muwattha'.[1] Kitabnya ini menjadi hafalan dan rujukan orang ramai sehinggakan ia pernah dikatakan oleh al-Syafi‘e sebagai:<br /><br />Tidak wujud sebuah buku di bumi yang paling hampir kepada al-Qur'an melainkan kitab Imam Malik ini.<br /><br />Antara tokoh besar yang duduk belajar bersama Malik ialah Abu Hanifah dari Kufah. Selain itu diriwayatkan bahawa sebanyak 1300 tokoh-tokoh lain yang duduk bersama menuntut ilmu bersama Malik di Masjid Nabawi. Antaranya termasuklah Muhammad bin Idris, yang kemudiannya terkenal dengan gelaran Imam al-Syafi‘e. Ketinggian ilmu Malik bin Anas pernah diungkap oleh Imam Ahmad bin Hanbal sebagai:<br /><br />Malik adalah penghulu dari para penghulu ahli ilmu dan dia pula seorang imam dalam bidang hadis dan fiqh. Siapakah gerangan yang dapat menyerupai Malik ?<br /><br />Malik pernah dihukum oleh gabenor Madinah pada tahun 147H/764M kerana telah mengeluarkan fatwa bahawa hukum talak yang cuba dilaksanakan oleh kerajaan Abbasid sebagai tidak sah. Kerajaan Abbasid ketika itu telah membuat fatwa sendiri bahawa semua penduduk perlu taat kepada pemimpin dan barangsiapa yang enggan akan terjatuh talak ke atas isterinya ! Memandangkan rakyat yang lebih taatkan ulama' daripada pemimpin, pemerintah Abbasid telah memaksa Malik untuk mengesahkan fatwa mereka. Malik enggan malah mengeluarkan fatwa menyatakan bahawa talak sedemikian tidak sah (tidak jatuh talaknya). Malik ditangkap dan dipukul oleh gabenor Madinah sehingga bahunya patah dan terkeluar daripada kedudukan asalnya. Kecederaan ini amatlah berat sehinggakan beliau tidak lagi dapat bersolat dengan memegang kedua tangannya di dada, lalu dibiarkan sahaja di tepi badannya.<br /><br />Malik kemudiannya dibebaskan dan beliau kembali mengajar di Madinah sehinggalah beliau meninggal dunia pada 11 Rabiul-Awal tahun 179H/796M. Di antara anak-anak murid beliau yang masyhur ialah ‘Abd al-Rahman bin al-Qasim al-Tasyri (191H/807M), Ibn Wahhab Abu Muhammad al-Masri (199H/815M) dan Yahya bin Yahya al-Masmudi (234H/849M).<br /><br /> <br /><br />Imam al-Syafi‘e<br /><br />Imam al-Syafi‘e lahir di Gaza, Palestin pada tahun 150H/767M. Nama sebenarnya ialah Muhammad bin Idris al-Syafi‘e. Beliau mempunyai pertalian darah Quraish dan hidup tanpa sempat melihat ayahnya. Pada umur 10 tahun ibunya membawanya ke Mekah untuk ibadah Haji dan selepas itu beliau tetap berada di sana menuntut ilmu. Di Mekah al-Syafi‘e memulakan perguruannya kepada Muslim bin Khalid al-Zanji, mufti Kota Mekah ketika itu.<br /><br />Flowchart: Document: Suasana ini memberikan kelebihan yang penting bagi al-Syafi‘e, iaitu beliau berkesempatan untuk belajar dan membanding antara dua ajaran Islam, iaitu ajaran Malik bin Anas dan ajaran Abu Hanifah.Kitab ilmu yang paling terkemuka pada ketika itu ialah al-Muwattha' karangan Malik bin Anas dan al-Syafi‘e dalam usia mudanya 15 tahun telahpun menghafal keseluruhan kitab tersebut. al-Syafi‘e kemudiannya berhijrah ke Madinah untuk berguru dengan penulis kitab itu sendiri. Ketika itu al-Syafi‘e berumur 20 tahun dan beliau terus duduk bersama Malik sehinggalah kematiannya pada tahun 179H/796M. Ketokohan al-Syafi‘e sebagai murid terpintar Malik bin Anas mulai diiktiraf ramai. al-Syafi‘e mengambil alih sebentar kedudukan Malik bin Anas sebagai guru di Masjid Nabawi sehinggalah beliau ditawarkan kedudukan pejabat oleh Gabenor Yaman. Jawatan al-Syafi‘e di Yaman tidak lama kerana beliau telah difitnah sebagai pengikut Mazhab Syi‘ah. Selain itu pelbagai konspirasi lain dijatuhkan ke atasnya sehinggalah beliau dirantai dan dihantar ke penjara Baghdad, pusat pemerintahan Dinasti Abbasid ketika itu.<br /><br />al-Syafi‘e dibawa menghadap ke Khalifah Harun al-Rashid dan beliau berjaya membuktikan kebenaran dirinya. Kehandalan serta kecekapan al-Syafi‘e membela dirinya dengan pelbagai hujah agama menyebabkan Harun tertarik kepadanya. al-Syafi‘e dibebaskan dan dibiarkan bermastautin di Baghdad. Di sini al-Syafi‘e telah berkenalan dengan anak murid Abu Hanifah dan duduk berguru bersama mereka, terutamanya Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani. Suasana ini memberikan kelebihan yang penting bagi al-Syafi‘e, iaitu beliau berkesempatan untuk belajar dan membanding antara dua ajaran Islam: ajaran Malik bin Anas dan ajaran Abu Hanifah.<br /><br />Pada tahun 188H/804M, al-Syafi‘e berhijrah ke Mesir. Sebelum itu beliau singgah sebentar di Mekah dan di sana beliau diberi penghormatan dan dipelawa memberi kelas pengajian. al-Syafi‘e kini mula diiktiraf sebagai seorang imam dan beliau banyak meluahkan usaha untuk cuba menutup jurang perbezaan antara ajaran Malik bin Anas dan Abu Hanifah. Usahanya ini tidak disambut baik oleh penduduk Mekah kerana kebiasaan mereka kepada ajaran Malik.<br /><br />Pada tahun 194H/810M, al-Syafi‘e kembali semula ke Baghdad dan beliau dipelawa untuk memegang jawatan qadi bagi Dinasti Abbasid. Beliau menolak dan hanya singgah selama 4 tahun di Baghdad. al-Syafi‘e kemudian kembali ke Mesir dan memusatkan ajarannya di sana. Daud bin ‘Ali pernah ditanya akan kelebihan al-Syafi‘e berbanding tokoh-tokoh lain pada ketika itu, maka beliau menjawab:<br /><br />al-Syafi‘e mempunyai beberapa keutamaan, berkumpul padanya apa yang tidak terkumpul pada orang lain. Dia seorang bangsawan, dia mempunyai agama dan i'tiqad yang benar, seorang yang sangat murah hati, mengetahui hadis sahih dan hadis daif, nasikh, mansukh, menghafal al-Qur'an dan Hadis, perjalanan hidup para Khulafa' al-Rashidun dan amat pandai mengarang.<br /><br />Dalam usahanya untuk cuba menutup jurang perbezaan antara ajaran Malik bin Anas dan Abu Hanifah, al-Syafi‘e menghadapi banyak tentangan daripada pengikut-pengikut Mazhab Maliki yang taksub kepada guru mereka. Pada satu malam dalam perjalanan balik ke rumah dari kuliah Maghribnya di Mesir, al-Syafi‘e telah dipukul sehingga menyebabkan kematiannya. Pada ketika itu al-Syafi‘e juga sedang menghadapi penyakit buasir yang agak serius.<br /><br />al-Syafi‘e meninggal dunia pada 29 Rejab tahun 204H/820M di Mesir. Beliau meninggalkan kepada dunia Islam sebuah kitab yang paling agung dalam bidang usul fiqh berjudul al-Risala. Kitab ini adalah yang terawal dalam menyatakan kaedah-kaedah mengeluarkan hukum daripada sesebuah nas al-Qur’an dan al-Sunnah. Selain itu al-Syafi‘e juga meninggalkan kitab fiqhnya yang masyhur berjudul al-Umm. Ajaran al-Syafi‘e diteruskan oleh beberapa anak muridnya yang utama seperti Abu Yakub al-Buwayti (231H/846M), Rabi’ bin Sulaiman al-Marali (270H/884M) dan Abu Ibrahim bin Yahya al-Muzani (274H/888M).<br /><br /> <br /><br />Imam Ahmad bin Hanbal<br /><br />Imam Abu ‘Abd Allah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dilahirkan di Baghdad pada tahun 164H/781M. Ayahnya seorang mujahid Islam dan meninggal dunia pada umur muda 30 tahun. Ahmad kemudiannya dibesarkan oleh ibunya Saifiyah binti Maimunah. Ahmad bin Hanbal menghafal al-Qur’an sejak kecil dan pada umurnya 16 tahun dia sudah menjadi penghafal hadis yang terkenal. Ahmad bin Hanbal meneruskan pengajian hadisnya dengan sekian ramai guru dan beliau pada akhir hayatnya dijangkakan telah menghafal lebih daripada sejuta hadis termasuk barisan perawinya.<br /><br />Flowchart: Document: Ahmad bin Hanbal menghafal al-Qur’an sejak kecil dan pada umurnya 16 tahun dia su-dah menjadi penghafal hadis yang terkenal.Pada tahun 189H/805M Ahmad bin Hanbal berhijrah ke Basrah dan tidak lama kemudian ke Mekah dan Madinah untuk menuntut ilmu. Di sana beliau sempat duduk berguru dengan al-Syafi‘e. Sebelum itu guru-gurunya yang masyhur ialah Abu Yusuf, Husain ibn Abi Hazim al-Washithi, ‘Umar ibn ‘Abd Allah ibn Khalid, ‘Abd al-Rahman ibn Mahdi dan Abu Bakar ibn ‘Iyasy. Pada tahun 198H Ahmad bin Hanbal ke Yaman pula untuk berguru dengan ‘Abd al-Razzaq ibn Humam, seorang ahli hadis yang besar ketika itu, terkenal dengan kitabnya yang berjudul al-Musannaf. Dalam perjalanannya ini Ahmad mula menulis hadis-hadis yang dihafalnya setelah sekian lama.<br /><br />Ahmad bin Hanbal kembali semula ke Baghdad dan mula mengajar. Kehebatannya sebagai seorang ahli hadis dan pakar fiqh menarik perhatian orang ramai dan mereka mula mengerumuninya untuk belajar bersama. Antara anak muridnya yang kemudian berjaya menjadi tokoh hadis terkenal ialah al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud. al-Qasim ibn Salam pernah berkata:<br /><br />Ahmad bin Hanbal adalah orang yang paling ahli dalam bidang hukum dan aku tidak melihat ada orang yang lebih mengetahui tentang al-Sunnah selain dia. Dia tidak pernah bersenda gurau, dia selalu berdiam diri, tidak memperkatakan apa-apa selain ilmu.<br /><br />Ahmad bin Hanbal pernah mengalami pengalaman hidup dalam penjara kerana kekerasannya menentang Mazhab Mu’tazilah yang diterima oleh pemerintah Abbasid ketika itu. Mereka (pemerintah) memaksa Ahmad mengesahkan mazhab baru tersebut. Ahmad enggan dan ini menyebabkan beliau dirotan dalam penjara sehingga tidak sedarkan diri.<br /><br />Ketegasan Ahmad dan tekanan daripada orang ramai akhirnya menyebabkan pihak pemerintah terpaksa membebaskan beliau. Ahmad kemudian meneruskan pengajarannya kepada orang ramai sehinggalah kematiannya pada tahun 241H/856M. Ahmad bin Hanbal meninggalkan kepada dunia Islam kitab hadisnya yang terkenal iaitu al-Musnad yang mengandungi lebih kurang 30,000 hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan atsar para sahabat radhiallahu ‘anhum. Dua orang anaknya yang utama meneruskan perjuangan ayah mereka, iaitu ‘Abd Allah bin Ahmad dan Salih bin Ahmad.<br /><br /> <br /><br />Demikian secara ringkas riwayat hidup para imam mazhab yang masyhur. Selain itu terdapat juga beberapa tokoh yang tidak kurang hebatnya yang hidup sezaman dengan mereka. Akan tetapi kerana beberapa sebab tertentu, mazhab para tokoh ini tidak bertahan lama atau tidak menjadi masyhur. Antara tokoh-tokoh yang dimaksudkan itu ialah:<br /><br /> <br /><br />· Imam al-Awza‘e. Nama sebenar beliau ialah ‘Abd al-Rahman ibn al-Awza‘e<br />Dilahirkan di kota Ba’labek, Syria pada tahun 89H/708M. Terkenal sebagai seorang tokoh hadis yang terkemuka pada zamannya. Antara prinsip ajaran fiqhnya ialah menjauhkan penggunaan kaedah qiyas apabila wujudnya dalil yang jelas dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Mazhab al-Awza‘e terkenal di Syria, Jordan, Palestin dan Lubnan sehinggalah ke kurun ke 10M apabila Mazhab al-Syafi‘e mula mempengaruhi penduduk di sana. al-Awza‘e meninggal dunia di Beirut pada tahun 157H/774M. Prinsip-prinsip ajaran beliau berkenaan penggunaan qiyas banyak tertulis di dalam kitab-kitab usul fiqh hingga ke hari ini.<br /><br /> <br /><br />· Imam Zaid adalah cucu kepada Ali bin Abi Talib melalui anaknya Hasan. Beliau di lahirkan di Madinah pada tahun 81H/700M dan menumpukan perhatian kepada ilmu al-Qur’an dan al-Sunnah. Beliau mengajar di beberapa bandar dan kota, antaranya Madinah, Basrah Kufah dan Wasit. Ajarannya masih diamalkan hingga kini di beberapa lokasi terpencil di Yaman.<br /><br /> <br /><br />· Imam al-Layts ibn Sa‘ad berketurunan Parsi, lahir di Mesir pada tahun 97H/716M. Beliau mempelajari jurusan-jurusan ilmu Islam daripada Abu Hanifah dan Malik bin Anas. Ketokohannya di Mesir sangat terserlah sehinggakan al-Syafi‘e juga berhijrah ke sana untuk duduk belajar bersama anak-anak muridnya. al-Layts meninggal dunia pada tahun 174H/791M dan ajaran-ajarannya tidak tersebar luas kerana beliau melarang anak muridnya menulisnya.<br /><br /> <br /><br />· Imam Sufyan al-Tsauri lahir di Kufah pada tahun 100H/719M dan merupakan salah orang ulama’ yang besar di sana di samping Abu Hanifah. Beliau berani menyuarakan ketidak-setujuannya terhadap beberapa prinsip pemerintahan Abbasid ketika itu yang tidak sehaluan dengan ajaran Islam. Sufyan al-Tsauri diburu oleh pihak pemerintah menyebabkan beliau banyak menghabiskan masa hidupnya mengajar dalam persembunyian hinggalah ke hari kematiannya pada tahun 160H/777M.<br /><br /> <br /><br />· Imam Dawud al-Zahiri lahir di Kufah pada tahun 236H/851M. Nama sebenarnya ialah Dawud bin ‘Ali. Beliau pernah berguru dengan al-Syafi‘e dan Ahmad bin Hanbal dalam ilmu hadis dan fiqh. Dawud bin ‘Ali berpegang kepada prinsipnya yang tersendiri iaitu hanya menerima nas al-Qur’an dan al-Sunnah dalam bentuknya yang zahir tanpa ditakwil atau diqiyaskan. Oleh itulah beliau terkenal sebagai al-Zahiri yang berasal dari perkataan ‘zahir’. Dawud bin ‘Ali meninggal dunia pada tahun 270H/883M dan mazhabnya banyak didokongi oleh tokoh ilmuan yang terkenal pada kurun ke 11M, iaitu Imam Ibn Hazm (456H/1064M).<br /><br /> <br /><br />· Imam al-Tabari atau nama sebenarnya Muhammad ibn Jarir ibn Yazid al-Tabari lahir di Tabaristan pada tahun 224H/839M. Beliau banyak merantau menuntut ilmu di seluruh semenanjung Arab sehingga ke Mesir. Beliau sempat mendalami ajaran-ajaran Abu Hanifah, Malik dan al-Syafi‘e. Sekembalinya ke tempat asalnya beliau mula mengajar kepada orang ramai. Antara hasil tulisannya yang terkenal ialah kitab tafsir berjudul Jami’ al-Bayan yang terkenal sehingga hari ini.<br /><br /> <br /><br />Demikian riwayat hidup ringkas beberapa tokoh-tokoh Islam terawal yang memainkan peranan penting dalam menghidup dan memajukan Islam dari sudut keilmuannya. Mereka mengorbankan keseluruhan hidup mereka untuk mencari dan menyebarkan ilmu. Jasa-jasa mereka dapat kita manfaatkan hingga hari ini.[2] <br /><br />Tokoh-tokoh Islam di atas juga dikenali sebagai imam-imam mujtahid. Imam Mujtahid bermaksud imam yang melakukan ijtihad. Ijtihad dari sudut bahasa bererti:<br /><br />Mencurah segala kemampuan dalam segala perbuatan. Kata-kata ijtihad tidak dipergunakan kecuali kepada hal-hal yang mengandungi kesulitan dan memerlukan banyak tenaga.<br /><br />Sementara dari sudut syara', ijtihad bererti:<br /><br />Mencurah segala kemampuan bagi mendapatkan hukum syara’ yang bersifat praktikal dengan cara istimbat – mengambil kesimpulan hukum.[3]<br /><br />Seorang yang berijtihad dengan menggali, menganalisa dan mengkaji sumber-sumber ilmuan Islam dari al-Qur’an dan al-Sunnah digelar sebagai seorang Mujtahid sepertimana tokoh-tokoh yang dihuraikan biografi mereka di atas.<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />^Kembali Ke Atas<br /><br />| 3. Pegangan Dan Prinsip Para Imam Mazhab<br /><br /> <br /><br />[1] Kitab ini masih dicetak sehingga hari ini dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dan Indonesia.<br /><br />[2] Hasbi al-Shiddieqie – Pokok-pokok Pegangan Imam Mazhab (Rizki Putra, Semarang 1997), ms. 413-542;. A.Rahman I.Doi – Shari’ah: The Islamic Law, ms. 88-111; Abu Ameenah Bilal Philips – The Evolution of Fiqh, ms. 63-90.<br /><br />[3] al-Syaukani – Irsyad al-Fuhul, ms. 250 sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Qaradhawi di dalam bukunya Ijtihad dalam Syari‘at Islam-Beberapa pandangan dan analisa tentang ijtihad Kontemporer (edisi terjemahan oleh Achmad Syathori; Thinker’s Library, K.Lumpur 1988), ms. 1-2.<br /><br />al-Syaukani ialah al-Imam Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad al-Syaukani. Lahir di Yaman pada 1172H/1757M dan pada mulanya adalah ulama’ besar bagi Mazhab Zayyidah, salah satu mazhab Syi‘ah yang bersifat sederhana. Beliau kemudiannya beralih ke Mazhab Ahl al-Sunnah dan mendalami bidang hadis sehingga akhirnya menjadi terkenal sebagai seorang ahli hadis yang tersohor dalam dunia Islam ketika itu, meninggal dunia pada 1252H/1835M.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-40985935378098740482008-06-21T08:58:00.000-07:002008-06-21T09:01:36.158-07:00Sejarah Kemunculan MazhabSejarah Kemunculan Mazhab<br /><br /> <br /> <br />Maksud Perkataan “Mazhab” dan “Imam”<br /><br />Sebelum ditinjau sejarah kemunculan mazhab-mazhab fiqh Islam, ada baiknya jika kita tinjau terlebih dahulu maksud perkataan “Mazhab” dan “Imam” itu sendiri.<br /><br />Mazhab (مذهب) dari sudut bahasa bererti “jalan” atau “the way of”. Dalam Islam, istilah mazhab secara umumnya digunakan untuk dua tujuan: dari sudut akidah dan dari sudut fiqh.<br /><br />Mazhab akidah ialah apa yang bersangkut-paut dengan soal keimanan, tauhid, qadar dan qada’, hal ghaib, kerasulan dan sebagainya. Antara contoh mazhab-mazhab akidah Islam ialah Mazhab Syi‘ah, Mazhab Khawarij, Mazhab Mu’tazilah dan Mazhab Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah. Setiap daripada kumpulan mazhab akidah ini mempunyai mazhab-mazhab fiqhnya yang tersendiri. Mazhab fiqh ialah apa yang berkaitan dengan soal hukum-hakam, halal-haram dan sebagainya. Contoh Mazhab fiqh bagi Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah ialah Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab al-Syafi‘e dan Mazhab Hanbali.[1]<br /><br />Mazhab fiqh pula, sebagaimana terang Huzaemah Tahido, bererti:<br /><br />Jalan fikiran, fahaman dan pendapat yang ditempoh oleh seorang mujtahid dalam menetapkan suatu hukum Islam dari sumber al-Qur’an dan al-Sunnah. Ianya juga bererti sejumlah fatwa atau pendapat-pendapat seorang alim besar yang bergelar Imam dalam urusan agama, baik dalam masalah ibadah ataupun lainnya.[2]<br /><br />Contoh imam mazhab ialah Abu Hanifah, Malik bin Anas, al-Syafi‘e dan Ahmad bin Hanbal. Pengertian mazhab ini kemudiannya beralih menjadi satu kumpulan ajaran fiqh Islam yang diikuti dan diterima oleh satu-satu kumpulan umat Islam dalam sesebuah wilayah atau negara. Ianya menjadi sumber rujukan dan pegangan yang diiktiraf sebagai ganti atau alternatif kepada ikutan, ijtihad dan analisa terhadap ajaran asli al-Qur’an dan al-Sunnah.<br /><br />Perkataan “Imam” dari sudut bahasa bererti “teladan” atau “pemimpin.” Dalam Islam, perkataan “Imam” memiliki beberapa maksud selari dengan konteks penggunaannya, iaitu:<br /><br />1. Imam sebagai pemimpin solat berjamaah.<br /><br />2. Imam sebagai pemimpin atau ketua komuniti orang-orang Islam.<br /><br />3. Imam sebagai tanda kelebihan kedudukan ilmunya, sehingga dijadikan sumber pembelajaran dan rujukan ilmu agama. Contohnya ialah Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas dan sebagainya. Walaupun mereka dijadikan sumber rujukan ilmu, autoriti mereka hanyalah terhad kepada apa yang tertera dalam al-Qur'an dan al-Sunnah.<br /><br />4. Imam sebagai wakil Allah dan pemimpin umat serta penentu zaman. Imam sebegini hanya khusus bagi Mazhab Syi‘ah. Imam-imam ini bukan sahaja dijadikan rujukan syari‘at tetapi juga memiliki autoriti dalam menetapkan sesuatu yang berkaitan dengan syari‘at tanpa terhad kepada al-Qur’an dan al-Sunnah.[3]<br /><br /> <br />Sejarah kemunculan mazhab-mazhab fiqh Islam<br /><br />Mazhab-mazhab fiqh Islam yang empat iaitu Maliki, Hanafi, Shafi‘e dan Hanbali hanya muncul dan lahir secara jelas pada era pemerintahan Dinasti Abbasid, iaitu sejak kurun ke 2H/8M. Sejarah kemunculan dan perkembangannya boleh dilihat dalam 4 peringkat, iaitu:<br /><br />1. Pada era Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para Khalifah al-Rashidun yang empat.<br /><br />2. Pada era Pemerintahan Dinasti Umayyad dan Abbasid di mana pada ketika inilah mazhab-mazhab Islam mula muncul dan berkembang.<br /><br />3. Pada era kejatuhan Islam, iaitu mulai kurun ke 4H/10M di mana mazhab-mazhab Islam tidak lagi berperanan sebagai sumber ilmu kepada umat tetapi hanya tinggal sebagai sesuatu yang diikuti dan diterima secara mutlak.<br /><br />4. Era kebangkitan semula Islam dan ilmu-ilmunya sama ada dalam konteks mazhab atau ijtihad ulama’ mutakhir.[4]<br /><br />Era Pertama<br /><br />Era ini bermula sejak diutusnya Muhammad ibn Abdillah menjadi seorang Rasul Allah dan mengembangkan agama tauhid yang baru, iaitu Islam. Pada ketika ini sumber syari‘at adalah penurunan wahyu berupa al-Qur’an al-Karim dan tunjuk ajar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Al-Qur’an diturunkan secara berperingkat-peringkat bertujuan memudahkan umat menerima dan belajar secara bertahap.<br /><br />Kemudahan mereka mempelajari Islam disokong oleh kehadiran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang bertindak sebagai guru. Ini sebagaimana dikhabarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala di dalam al-Qur’an:<br /><br /><br />(Sebagaimana) Kami mengutuskan kepada kamu seorang Rasul dari kalangan kamu (iaitu Muhammad), yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu, dan membersihkan kamu (dari amalan syirik dan maksiat), dan yang mengajarkan kamu kandungan Kitab (Al-Quran) serta Hikmah kebijaksanaan, dan mengajarkan kamu apa yang belum kamu ketahui. [al-Baqarah 2:151]<br /><br />Di samping itu sumber syari‘at kedua adalah juga merupakan pengajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang kini kita terima sebagai Hadis. Hadis beliau adalah juga merupakan wahyu Allah Subhanahu wa Ta‘ala, sebagaimana firman-Nya:<br /><br />Dan dia tidak memperkatakan (sesuatu yang berhubung dengan agama Islam) menurut kemahuan dan pendapatnya sendiri. Segala yang diperkatakannya itu (sama ada Al-Quran atau hadis) tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. [al-Najm 53:3-4]<br /><br />Perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam konteks keagamaan juga merupakan salah satu bentuk tunjuk ajar wahyu Allah Subhanahu wa Ta‘ala, sebagaimana firman-Nya:<br /><br />Aku tidak melakukan sesuatu melainkan menurut apa yang diwahyukan kepadaku. [al-Ahqaf 46:09]<br /><br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bertindak sebagai seorang guru agama yang membetulkan apa-apa perbuatan umat pada ketika itu yang salah atau kurang baik walaupun beliau pada asalnya tidak ditanya akan hal tersebut. Contohnya ialah kisah yang diberitakan oleh seorang sahabat, Abu Hurairah radhiallahu ‘anh: Aku bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di salah satu jalan di Madinah, sedangkan aku dalam keadaan berjunub. Maka aku menyelinap iaitu mengelakkan diri dari bertemu dengan Rasulullah dan pergi untuk mandi sehingga Rasulullah mencari-cari aku.<br /><br />Ketika aku datang kembali, baginda pun bertanya: “Ke mana kamu pergi wahai Abu Hurairah ?” Aku menjawab: “Wahai Rasulullah! Engkau ingin menemuiku sedangkan aku dalam keadaan berjunub. Aku merasa tidak selesa duduk bersama kamu sebelum aku mandi.”<br /><br />Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:<br /><br />“Maha Suci Allah! Sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis.”[5]<br /><br />Daripada keterangan di atas, dapat kita simpulkan bahawa sumber syari‘at atau fiqh Islam pada era pertama ini hanyalah apa yang bersumber daripada ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yakni ajaran, perbuatan dan persetujuan beliau. Pada ketika ini fiqh Islam mudah dipelajari dan sebarang kemusykilan mudah terjawab dengan hadirnya seorang Rasul yang mengajar terus berdasarkan wahyu Allah ‘Azza wa Jalla.[6]<br /><br />Selepas kewafatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada tahun 10H/622M, para Khalifah al-Rashidun iaitu Abu Bakar al-Siddiq, Umar bin al-Khaththab, ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhum mengambil-alih sebagai pemimpin agama dan negara. Islam dan segala ajaran syari‘atnya telahpun lengkap dengan kewafatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Para Khalifah al-Rashidun meneruskan tradisi pimpinan dan pengajaran Islam sebagaimana yang ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, iaitu berlandaskan kepada ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Hanya wujud satu perbezaan yang besar pada ketika ini, iaitu wahyu tidak lagi diturunkan.<br /><br />Dalam era empat khalifah ini, sempadan-sempadan Islam sudah mula meluas ke arah wilayah-wilayah yang baru. Dengan pembukaan ini, para khalifah Islam sekali-sekala terpaksa berhadapan dengan persoalan-persoalan yang belum pernah dihadapi sebelum ini yang melibatkan hal-hal muamalah seperti ekonomi, hartanah dan sebagainya. Bagi mencari jalan penyelesaiannya, para khalifah akan duduk berbicara dengan para sahabat (Shura) bagi memperoleh satu jawapan majoriti yang paling dekat dengan ketentuan al-Qur'an dan al-Sunnah.<br /><br />Ibn Hazm (456H) rahimahullah meriwayatkan dari Maimun bin Mehram, kata beliau:<br /><br />Abu Bakar al-Siddiq, apabila datang orang-orang yang berperkara kepadanya, beliau akan mencari hukumnya dalam Kitabullah (al-Qur'an), maka beliaupun memutuskan perkara itu dengan ketetapan al-Qur'an. Jika tidak ada dalam al-Qur'an dan beliau mengetahui sunnah Rasulullah dalam perkara itu, maka beliaupun memutuskan perkara itu dengan ia. Jika tidak ada sunnah pada perkara itu, beliaupun akan bertanya kepada para sahabat.<br /><br />Abu Bakar akan berkata: “Telah datang kepadaku suatu perkara, maka adakah kalian mengetahui hukum yang Rasulullah berikan terhadapnya ?” Kadang-kadang berkumpullah beberapa orang sahabat di hadapannya memberitahu apa yang pernah diputuskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.<br /><br />Dan jika Abu Bakar masih tidak menemui sesuatu sunnah Rasulullah dari orang-orang yang ditanyakan itu, maka beliau akan mengumpulkan tokoh-tokoh sahabat dalam majlis Shura lalu bertanyakan pendapat mereka. Dan jika pendapat mereka bersatu atas yang satu (semua setuju) iaitu ijma' , maka beliaupun akan memutuskan atas ketentuan hasil ijma' itu.<br /><br />Dan Umar al-Khaththab berbuat demikian juga.[7]<br /><br />Pada ketika ini, para sahabat kebanyakannya masih berada di sekitar Kota Madinah. Oleh itu tidaklah menjadi kesukaran untuk berbincang sesama mereka. Faktor ini memudahkan fiqh Islam berjalan dengan lancar dan selari tanpa wujud apa-apa mazhab atau jalan pandangan yang lain. Suasana fiqh Islam berada dalam keadaan yang tulen, penuh keseragaman dan bersatu sebagaimana yang wujud sebelum ini hasil kefahaman dan konsep saling bertolak ansur yang wujud di kalangan para sahabat dan pemimpin mereka.<br /><br />Dalam era ini, tidak wujud sebarang mazhab melainkan apa yang disyari‘atkan oleh al-Qur’an, diajar oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ijma’ para Khalifah serta sahabat radhiallahu ‘anhum.<br /><br /> <br />Era Kedua<br /><br />Mulai tahun 41H/661M, setelah berlakunya persaingan dan pergolakan politik, pemerintahan Islam beralih ke Dinasti Umayyad, satu kerajaan pemerintahan yang berprinsipkan dinasti iaitu yang berdasarkan zuriat keturunan. Dinasti Umayyad tidak memberikan perhatian yang besar kepada perkembangan fiqh Islam. Mereka hanya menumpukan perhatian kepada soalan perluasan empayar dan kekuasaan material.<br /><br />Dalam era ini banyak pengaruh luar yang berasal daripada Byzantium, Parsi dan India masuk mencemari pemerintahan Dinasti Umayyad. Pola pemerintahan mula bertukar sedikit sebanyak ke arah sekular yang mengasingkan antara agama dan pentadbiran negara.[8] Hiburan-hiburan dan adat-istiadat baru juga mula diperkenalkan dalam istana yang bertentangan dengan ajaran Islam seperti muzik dan tari menari, ahli nujum, penilik nasib dan sebagainya. Selain itu juga institusi Baitulmal telah bertukar daripada milik rakyat kepada kegunaan persendirian dan pelbagai cukai baru dikenakan.[9] Pemerintah juga mula membezakan keutamaan seseorang berdasarkan bangsa dan kabilah sehingga menyebabkan timbulnya sentimen perkauman di kalangan rakyat.[10]<br /><br />Pola pemerintahan Dinasti Umayyad ini digambarkan oleh Seyyed Hussien Nasr sebagai:<br /><br />Dengan tertubuhnya Dinasti Umayyad ini, suatu era baru telah bermula, iaitu lahirnya suatu empayar pemerintahan yang menjangkau dari Asia Tengah hinggalah ke Sepanyol. Mereka sangat-sangat mementing dan mengutamakan kekuasaan serta keluasan empayar walau pada hakikatnya mereka banyak menghadapi masalah pentadbiran dan kewangan dalaman.<br /><br />Dari segi pentadbiran negara, boleh dikatakan Dinasti Umayyad telah berjaya melakukan suatu usaha yang amat besar lagi berat bagi menjaga wilayah-wilayah dalam empayar mereka. Akan tetapi jika dilihat dari segi nilai-nilai agama, dinasti ini jelas melambangkan kejatuhan dan kemerosotan dari kesyumulan Islam yang wujud sebelum itu.<br /><br />Mereka (Umayyad) tidak mengambil berat akan penjagaan prinsip dan perlaksanaan ajaran Islam sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah-khalifah yang empat terdahulu. Mereka lebih mementingkan hal-hal urusan dan pentadbiran empayar dan melihat persoalan agama sebagai sesuatu yang remeh.[11]<br /><br />Di kalangan pemerintah-pemerintah Dinasti Umayyad, sedikit sahaja yang benar-benar melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai pemimpin. Antaranya ialah ‘Umar bin ‘Abd al-Aziz. Beliau memegang jawatan pemerintah dari tahun 717M hingga 720M dan pada zaman inilah wilayah-wilayah Islam dapat hidup di bawah bendera Islam yang sebenar. Akan tetapi era pemerintahan beliau adalah singkat dan selepas itu Dinasti Umayyad kembali ke era kegelapan di bawah pemerintah-pemerintah yang seterusnya.<br /><br />Para pemerintah Umayyad tidak memberikan perhatian yang besar kepada tuntutan-tuntutan syari‘at Islam di dalam suasana kehidupan mereka, begitu juga terhadap rakyat umumnya. Sebarang teguran daripada para ulama’ ditepis dan sesiapa yang berani menentang dihukum buang negeri. Para ulama’ istana adalah yang dipilih khas bagi menepati hasrat dan tuntutan persendirian sahaja. Pola pemerintahan Dinasti Umayyad yang sedemikian menyebabkan ulama'-ulama' pada ketika itu mula menyisihkan diri daripada istana. Mereka juga lebih cenderung untuk berhijrah ke beberapa wilayah lain yang sudah berada di bawah bendera Islam tetapi masih dahagakan ajaran Islam yang sepenuhnya.<br /><br />Flowchart: Document: Fiqh Islam kini berada dalam usaha dan ijtihad perseorangan…… dalam suasana berkelompok atau berkumpulan di sekitar seseorang to-kohnya dan ini merupa-kan noktah permulaan kelahiran mazhab-mazhab Islam.Hampir semua ulama' yang berhijrah ke daerah-daerah baru Islam ini ialah anak-anak murid didikan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka juga lebih dikenali sebagai gelaran tabi‘in. Adakalanya di beberapa daerah atau wilayah itu muncul ulama' yang kehandalannya berhujah serta berfatwa melebihi daripada kebiasaan. Kepantasan serta kecekapan mereka mengupas persoalan-persoalan agama sangat tepat lagi menyakinkan.<br /><br /> Justeru itu orang ramai mula berkumpul untuk belajar bersama-sama “tokoh baru” ini. Sering kali juga berita kehandalan tokoh baru ini tersebar ke daerah-daerah berdekatan menyebabkan mereka juga datang beramai-ramai untuk belajar sama. Ini berlaku di beberapa daerah dan dengan ini wujudlah suasana pembelajaran fiqh Islam secara berkelompok dan berkumpulan. Suasana sebegini tidaklah dapat dielakkan kerana tidak wujud medium penyampaian pada zaman tersebut yang dapat meluaskan ajaran seseorang tokoh kepada daerah-daerah lain. Suasana ini berterusan sehingga jumlah orang yang ikut belajar semakin banyak. Selari dengan itu, pengaruh tokoh yang mengajar juga semakin berkembang luas.<br /><br />Akhirnya suasana fiqh Islam telah berubah ke satu era yang baru. Di dalamnya ada kelebihan dan ada kekurangan. Kelebihannya ialah ilmu Islam dapat tersebar dengan lebih meluas meliputi daerah-daerah yang baru. Sebaliknya kita juga dapati fiqh Islam kini berada dalam usaha dan ijtihad perseorangan, tidak lagi secara shura dan ijma' sebagaimana yang wujud pada era para sahabat dan khalifah. Fiqh Islam secara perseorangan ini pula wujud dalam suasana berkelompok atau berkumpulan di sekitar seseorang tokohnya dan ini merupakan noktah permulaan kelahiran mazhab-mazhab Islam. Kota Madinah tidak lagi menjadi pusat ilmu Islam yang ulung melainkan pada beberapa ketika seperti pada musim haji.<br /><br />Pada permulaan kurun ke 2H/8M, umat Islam sudah mula merasa tidak puas hati kepada pemerintahan Dinasti Umayyad. Suasana ini menimbulkan pemberontakan dan akhirnya dinasti ini dapat dijatuhkan. Peristiwa ini diringkaskan oleh Ensiklopidi Islam (Ind) dalam satu perenggan sebagai:<br /><br />Pada awal abad ke-8 (102H/720M) sentimen anti-pemerintahan Bani Umayyad telah tersebar secara intensif. Kelompok-kelompok yang merasa tidak puas bermunculan, iaitu di kalangan muslim bukan Arab (Mawali) yang secara terang-terangan mengeluh akan status mereka sebagai warga kelas dua di bawah muslim Arab, kelompok Khawarij dan Shi'ah yang terus menerus memandang Bani Umayad sebagai perampas khalifah, kelompok muslim Arab di Mekah, Madinah dan Iraq yang sakit hati atas status istimewa penduduk Syria, dan kelompok muslim yang salih baik Arab atau bukan Arab yang memandang keluarga Umayyad telah bergaya hidup mewah dan jauh dari jalan hidup yang Islami. Rasa tidak puas hati ini akhirnya melahirkan suatu kekuatan koalisi (coalition) yang didukung oleh keturunan al-Abbas, paman Nabi s.a.w.[12]<br /><br />Flowchart: Document: Selepas kewafatan tokoh-tokoh di atas, ajaran serta prinsip mereka di-teruskan oleh anak-anak murid mereka. Setiap dari mereka cen-derong mengajar dan menyampai-kan apa yang di-sampaikan oleh guru mereka dan dengan itu penga-ruh mazhab imam mereka makin ter-serlah di kalangan umat Islam.Demikian juga ulas Seyyed Hussein Nasr:<br /><br />Pada penghujung Era Dinasti Umayyad, orang ramai mula menyedari bahawa kedudukan umat dan negara sudah mulai jauh menyimpang dari nilai-nilai Islam yang sebenar.<br /><br />Kesedaran agama di kalangan rakyat, terutamanya golongan Shi'ah yang selama ini sememangnya tidak menerima pemerintahan Umayyad - menyebabkan mereka bangun menentang amalan-amalan pemerintahan Umayyad. Usaha mereka disokong dengan kedatangan pengaruh Abbasid…………[13]<br /><br />Kejatuhan Dinasti Umayyad menyaksikan kelahiran Dinasti Abbasid yang memerintah dari 132H/750M hingga 339H/950M. Pola pemerintahan Abbasid dan Umayyad tidaklah sama di mana Dinasti Abbasid mula memberikan perhatian dan keutamaan kepada Islam terutamanya dari sudut keilmuannya. Dalam era inilah keilmuan Islam kembali bangun dan terus bangun ke tahap ilmiah yang sangat tinggi. Hasbi ash-Shiddieqie rahimahullah menerangkan:<br /><br />Sebaik sahaja fiqh Islam memasuki era ini, berjalanlah perkembangan-perkembangannya yang cepat menempuh pelbagai lapangan yang luas. Perbahasan-perbahasan ilmiah meningkat tinggi sehingga tasyri' Islam pada masa ini memasuki period kematangan dan kesempurnaan. Para ulama era ini mewariskan kepada para muslimin kekayaan ilmiah yang tidak ada taranya.<br /><br />Dalam era inilah dibukukan ilmu-ilmu al-Qur'an, ilmu Hadis, ilmu kalam, ilmu lughah dan ilmu fiqh. Dan dalam era inilah juga lahirlah tokoh-tokoh fiqh yang terkenal……..[14]<br /><br />Tokoh-tokoh fiqh yang dimaksudkan ini ialah mereka yang sudah mula terkenal namanya sejak dari era Umayyad lagi sepertimana yang diterangkan sebelum ini. Ketokohan mereka dalam bidang ilmu-ilmu Islam sangat memuncak sehingga orang ramai dari segala pelusuk dunia Islam mulai datang ke daerah mereka untuk menuntut ilmu.<br /><br />Antara tokoh-tokoh yang dimaksudkan itu ialah Abu Hanifah (150H/767M) dan Sufyan al-Thawri (160H/777M) di Kufah, al-Auza‘i (157H/774M) di Beirut, al-Layts ibn Sa‘ad (174H/791M) di Mesir dan Malik bin Anas (179H/796M) di Madinah. Kemudian daripada mereka lahir juga tokoh-tokoh lain yang mana mereka ini pula ialah anak murid bagi tokoh-tokoh di atas. Di antara yang dimaksudkan ialah Muhammad bin Idris al-Shafi‘e (204H/820M), Ahmad bin Hanbal al-Shaybani (241H/855M), Dawud ibn ‘Ali (270H/883M) dan Muhammad ibn Jarir al-Tabari (311H/923M).[15] Ketokohan dan keilmiahan ulama'-ulama' di atas diiktiraf ramai dan gelaran Imam diberikan kepada mereka.<br /><br />Setiap daripada tokoh-tokoh ini mempunyai ratusan umat Islam yang mengerumuni mereka sebagai punca sumber ilmu pengetahuan. Walaupun setiap dari tokoh-tokoh ini mengajar berdasarkan al-Qur'an dan al-Sunnah, ada kalanya timbul perbezaan sesama mereka. Perbezaan ini timbul atas sebab-sebab yang sukar untuk dielakkan pada masa era ini seperti berijtihad secara berseorangan, tidak kesampaian sesuatu Hadis yang khusus, berlainan kefahaman terhadap sesuatu nas, kaedah pengambilan hukum yang berbeza dan sebagainya. Perbezaan-perbezaan ini adalah kecil dan insya-Allah akan dihuraikan pada bahagian akan datang.<br /><br />Perbezaan-perbezaan ini dikatakan sebagai pendapat seseorang tokoh itu dan ia dihubungkan kepada namanya. Sesuatu pendapat inilah yang digelar sebagai Mazhab. (A particular school of thought).<br /><br />Pada era ini juga ilmu-ilmu Islam mula dibahagikan kepada beberapa jurusan bagi memudahkan seseorang itu mencapai kemahiran di dalamnya seperti ilmu fiqh, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam, ilmu bahasa dan sebagainya.<br /><br />Selain itu ilmu-ilmu di atas juga mula dibukukan secara formal. Antara pembukuan terawal bagi ilmu fiqh Islam ialah Kitab al-Khaaraj oleh Abu Yusuf[16] dan Kitab Al Umm oleh Muhammad Idris al-Shafi‘e. Pembukuan dan penulisan kitab hadis yang terawal juga berlaku pada dalam era ini atas saranan Khalifah Harun al-Rashid.[17] Antara kitab hadis terawal yang diusahakan ialah al-Muwattha’ oleh Malik bin Anas.<br /><br />Selepas kewafatan tokoh-tokoh di atas, ajaran serta prinsip mereka diteruskan oleh anak-anak murid mereka. Setiap dari mereka cenderung mengajar dan menyampaikan apa yang disampaikan oleh guru mereka dan dengan itu pengaruh mazhab imam mereka makin terserlah di kalangan umat Islam. Oleh kerana itulah kita dapati pada era ini orang ramai di sekitar Madinah dan Mekah banyak berpegang kepada pendapat Malik bin Anas (Mazhab Maliki), orang ramai di sekitar Iraq cenderung pula kepada pendapat Abu Hanifah (Mazhab Hanafi) dan orang ramai di sekitar Mesir cenderung kepada pendapat al-Layts ibn Sa‘ad.<br /><br />Suasana kecenderungan kepada satu mazhab semakin menguat apabila pihak pemerintah Dinasti Abbasid mengambil dan mengiktiraf pendapat Abu Hanifah sahaja sebagai mazhab rasmi dunia Islam ketika itu. Suasana ini menimbulkan ketidak-puasan di kalangan orang-orang Madinah, Mesir dan lain-lain. Keadaan ini menjadi lebih tegang apabila pemerintah-pemerintah Abbasid mula mencabar dan menganjurkan perdebatan antara tokoh ilmuan mazhab-mazhab yang berlainan hanya atas tujuan peribadi dan hiburan istana.[18] Perbuatan pemerintah-pemerintah Abbasid ini memburukkan lagi suasana perkelompokan dan persendirian dalam bermazhab di kalangan umat Islam. Abu Ameenah Bilal Philips menerangkan:<br /><br />Perdebatan-perdebatan ini menimbulkan suasana persaingan dan dogmatisma sesama mereka kerana apabila kalahnya seorang tokoh itu dalam perdebatan ini dia bukan sahaja kehilangan ganjaran wang dari pemerintah tetapi juga kehilangan maruah dirinya.<br /><br />Lebih dari itu kehilangan maruah diri sangat berhubung-kait dengan kehilangan maruah mazhab seseorang itu. Justeru kita dapati menghujahkan kebenaran atau kebatilan mazhab seseorang itu menjadi agenda utama debat-debat tersebut. Hasilnya, persaingan dan perselisihan makin memanas antara tokoh-tokoh mazhab.[19]<br /><br />Pada kurun ke 3H/9M, suasana keilmuan Islam bertambah hebat lagi dengan munculnya tokoh-tokoh dan ahli-ahli Hadis seperti Imam Bukhari (256H/870M), Imam Muslim (261H/875M), Imam at-Tirmizi (279H/892M), Imam Abu Daud (275H/889M), Imam An Nasai (303H/915M), Imam Ibnu Majah (273H/887M) dan banyak lagi. Mereka menjihadkan seluruh tenaga, masa dan hayat bagi merantau ratusan kilometer ke seluruh dunia Islam ketika itu untuk mencari, meriwayat, menganalisa, menapis dan membukukan Hadis-Hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan penuh ketelitian dan sistematik. Hadis-hadis Rasulullah ditapis dan dianalisa terlebih dahulu dengan ketat sekali sebelum ianya diterima dan diberikan status sahih.[20]<br /><br />Malangnya pada ketika ini, tokoh-tokoh fiqh yang utama, seperti Abu Hanifah, Malik, al-Syafi‘e dan Ahmad bin Hanbal telahpun meninggal dunia. Ini sedikit-sebanyak ada hubung-kaitnya dengan kesempurnaan pendapat fiqh mereka kerana ada pendapat mereka yang secara tidak sengaja didasarkan kepada hadis yang lemah atau tidak tepat kerana tidak menjumpai hadis yang khusus sebagai dalil.<br /><br />Permulaan kurun ke 4H/10M menyaksikan Dinasti Abbasid mulai menghadapi era kejatuhannya atas pelbagai masalah dalaman serta luaran. Selepas tahun 339H/950M dunia Islam diperintah oleh beberapa kelompok dinasti-dinasti yang kecil, masing-masing mewakili daerahnya. Pada ketika ini ajaran-ajaran fiqh Islam mula terkumpul sebagai empat ajaran atau empat mazhab, iaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab al-Syafi‘e dan Mazhab Hanbali. Umat Islam pada kurun ke 4H/10M dan seterusnya mula terikut secara ketat kepada empat mazhab ini.<br /><br />Pada penghujung hayat Dinasti Abbasid ini juga acara-acara perdebatan sesama tokoh dan mazhab makin memuncak sehinggakan acara ini memperoleh namanya yang tersendiri, iaitu Munaad Haraat. Dengan itu juga semangat persaingan dan pembelaan mazhab makin berleluasa, bukan sahaja kepada tokoh-tokoh yang berdebat tetapi juga kepada orang ramai kerana masing-masing membenarkan tokoh dan menyokong mazhab mereka.[21]<br /><br />Ini secara tidak langsung menyaksikan secara perlahan-lahan terbinanya tembok-tembok pemisah antara sesebuah mazhab sama ada dari segi ajaran, masyarakat dan geografi. Tembok ini dengan peredaran zaman semakin meninggi dan menebal. Umat Islam mula dibahagikan dan dikategorikan kepada mazhab yang mereka ikuti dan pegangi sehinggakan ahli-ahli ilmu pada zaman ini juga mula mengakhiri nama mereka dengan mazhab yang didokongi masing-masing.<br /><br /> <br /><br />Era Ketiga<br /><br />Flowchart: Document: Konsep “Kami mazhab kami, mereka mazhab mereka” menjadi cogan kata umat keseluruhan-nya…… para ulama’ se-sebuah negara tidak mempunyai banyak pili-han kecuali hanya meng-ajar dan berfatwa ber-dasarkan mazhab nega-ranya, tidak lebih dari itu.Selepas kejatuhan Dinasti Abbasid, umat Islam berada dibawah beberapa kelompok kerajaan yang berasingan. Masing-masing mempunyai kaedah pemerintahan yang tersendiri dan masing-masing mempunyai ‘mazhab’ rasmi yang dijadikan sumber rujukan pelaksanaan syari‘at-syari‘at Islam. Pada ketika ini juga, iaitu pada kurun-kurun ‘pertengahan’ , umat Islam keseluruhannya mula mengalami kejatuhan dan kemundurannya berbanding dengan negara-negara non-muslim selainnya.[22]<br /><br />Banyak faktor yang menyumbang kepada kejatuhan umat Islam pada ketika ini, antaranya ialah:<br /><br />1. Terlalu leka dengan kejayaan yang dicapai sejak beberapa kurun yang lepas,<br /><br />2. Ghairah dengan habuan duniawi hingga alpa akan panduan hidup yang diberikan oleh agama,<br /><br />3. Banyak perselisihan sesama sendiri atas tuntutan duniawi dan berbagai lagi.<br /><br />Akan tetapi satu faktor yang amat penting yang berhubung-kait dengan mazhab-mazhab Islam yang empat ialah wujudnya ketaksuban mazhab dan lahirnya budaya taqlid, iaitu perbuatan hanya mengikut sesuatu ajaran secara membuta tanpa mengetahui apakah hujah atau alasan di sebaliknya.<br /><br />Dengan terbahaginya umat Islam kepada beberapa kelompok kerajaan dengan masing-masing mempunyai ‘mazhab rasminya’ tersendiri, suasana bermazhab dalam agama menjadi semakin kuat. Seseorang yang berada dalam sesebuah mazhab hanya dibolehkan mempelajari atau mengikuti mazhabnya sahaja tanpa menjengok atau membanding dengan mazhab yang lain. Di samping itu majoriti umat pula sudah mula Flowchart: Document: Dengan wujudnya budaya taqlid ini, fiqh Islam dan sekaligus mazhab-mazhabnya berubah dari sesuatu yang dinamik kepada sesuatu yang statik..... Fiqh Islam hanya tinggal 5 perkara, iaitu wajib, haram, sunat, makruh dan harus. menerima hakikat kewujudan mazhab dan mereka lebih rela mengikuti sahaja satu-satu mazhab yang tertentu tanpa lebih daripada itu. Konsep “Kami mazhab kami, mereka mazhab mereka” menjadi cogan kata umat keseluruhannya dan tembok-tembok pemisah antara mazhab menjadi lebih tebal, tinggi dan kukuh.<br /><br />Para ulama’ juga tidak terlepas daripada belenggu ini. Jika mereka mengeluarkan sesuatu fatwa yang tidak selari dengan tuntutan mazhab rasmi kerajaan atau wilayah mereka, mereka akan dipulau atau dibuang negeri. Ditambah pula, ke negeri mana sekalipun mereka pergi, mereka terpaksa juga akur dengan ajaran mazhab rasminya. Justeru itu para ulama’ sesebuah negara tidak mempunyai banyak pilihan kecuali hanya mengajar dan berfatwa berdasarkan mazhab negaranya, tidak lebih dari itu. Selain itu usaha mereka juga hanya tertumpu kepada pembukuan, peringkasan, penambahan dan penyelarasan ajaran mazhab. Hanya sekali-sekala timbul beberapa ulama’ yang berani melawan arus kebudayaan mazhab ini akan tetapi mereka menghadapi tentangan yang amat sengit dari para pemerintah dan …….. umat Islam sendiri.[23]<br /><br />Konsep umum “Kami mazhab kami, mereka mazhab mereka” ditambah dengan budaya taqlid mazhab, iaitu mengikuti dan mentaati satu-satu ajaran mazhab secara membuta tanpa mengetahui apakah alasan, hujah mahupun dalil yang dikemukakan oleh mazhab tersebut. Dengan wujudnya budaya taqlid ini, fiqh Islam dan sekaligus mazhab-mazhabnya berubah dari sesuatu yang dinamik kepada sesuatu yang statik. Pintu-pintu ijtihad atau daya usaha mengkaji dan menganalisa dihentikan. Maka beralihlah fiqh Islam pada era ini kepada sesuatu yang beku lagi membatu. Ilmu-ilmu Islam tidak lagi bertambah, sebaliknya makin surut dan tenggelam. Fiqh Islam kononnya sudah tidak dapat lagi menjawab persoalan-persoalan baru yang timbul selari dengan tuntutan zaman. Fiqh Islam dianggap sebagai sesuatu yang ketinggalan dan tidak perlu lagi diberi keutamaan dalam suasana zaman terkini.<br /><br />Dengan meluasnya budaya taqlid ini, kefahaman umat Islam berkenaan agama mereka makin menurun dan merosot. Fiqh Islam hanya tinggal 5 perkara, iaitu wajib, haram, sunat, makruh dan harus. Tanpa mengetahui hujah dan dalil di sebalik ajaran mereka, umat Islam hanya duduk mentaati ajaran mazhab mereka secara membuta. Suasana budaya taqlid tidak hanya terhad kepada bidang fiqh Islam sahaja tetapi ia juga meliputi bidang akidah dan seluruh syari‘at Islam. Paling bahaya ialah dalam bidang akidah di mana umat sendiri sudah tidak tahu lagi apakah ciri-ciri murni akidah Islam yang sebenar dan apakah pula ajaran-ajaran luar yang mencemari akidah mereka sehingga menghampirkan mereka kepada lembah syirik.<br /><br />Budaya taqlid ini dan kesan buruknya terhadap sejarah umat diterangkan oleh sejarawan Islam: Ibnu Khaldun (808H) rahimahullah:<br /><br />Para ulama’ menyeru umat Muslimin supaya kembali taqlid kepada imam-imam yang empat. Masing-masing mempunyai imamnya yang tersendiri yang menjadi tempat taqlidnya. Mereka sama sekali tidak berpindah-pindah taqlid kerana yang sedemikian itu bererti mempermainkan agama.<br /><br />Tak ada yang tertinggal dari dinamisme pemikiran Islam selain usaha menukilkan ajaran-ajaran yang sudah ditetapkan oleh mazhab-mazhab yang mereka 'anut' , setiap muqallid (orang yang bertaqlid) hanya mempraktikkan ajaran hukum mazhabnya.<br /><br />Seseorang yang mengakui dirinya melakukan ijtihad tidaklah diakui orang hasil ijtihadnya dan tak seorangpun yang akan bertaqlid kepadanya. Muslimin pada saat ini telah menjadi serombongan manusia yang hanya bertaqlid kepada imam yang empat tersebut. Inilah yang dikatakan orang sekarang sebagai masa kemunduran umat Islam atau pemikiran Islam atau tertutupnya pintu ijtihad. [24]<br /><br />Walaupun beberapa ketika selepas itu (kurun ke 10H/16M) wujud beberapa kerajaan Islam yang mempunyai kekuatan material dan ketenteraan yang amat hebat sehingga menggerunkan pihak Eropah[25], ini tidak bertahan lama kerana di sebalik kekuatan tersebut tidak ada keutuhan pendirian agama dan pelaksanaannya terhadap tuntutan nilai-nilai manusiawi. Pada waktu yang sama, ada juga yang mula melihat Islam sebagai sesuatu yang tidak mempunyai masa depan kecuali jika ianya diselaraskan dengan konsep dan ideologi Barat.<br /><br />Flowchart: Document: Ini mereka lakukan atas faha-man bahawa ilmu-ilmu Islam ini hanyalah sebagai apa yang ter-maktub dalam ajaran mazhab dan ajaran mazhab itu pula jauh ditinggalkan oleh kemajuan zamanBeberapa kerajaan Islam ketika itu mula mengimport dan melaksanakan budaya serta ideologi Barat ke dalam kerajaan dan wilayah-wilayah Islam di bawah kawalan mereka. Suasana ini lebih memburukkan: Islam makin tertolak ke belakang dan ideologi lain diletakkan di hadapan. Ini mereka lakukan atas fahaman bahawa ilmu-ilmu Islam ini hanyalah sebagai apa yang termaktub dalam ajaran mazhab dan ajaran mazhab itu pula jauh ditinggalkan oleh kemajuan zaman.<br /><br />Era ini berjalan terus dengan nasib umat Islam yang sedemikian, iaitu Islam bermazhab, masing-masing bertaqlid kepada mazhab masing-masing ditambah dengan pelbagai ideologi luar yang digunakan sebagai selingan, bahkan gantian kepada ajaran Islam yang asal.<br /><br />Era Keempat<br /><br />Pada kurun ke 11H/17M dan 12H/18M, negara-negara Eropah mula mengalami revolusi pembaharuan, kemajuan dan perindustrian. Negara-negara Eropah mula menjajah dan menakluk negara-negara Islam dengan meluaskan pengaruh, agama, ideologi dan adat mereka.[26] Suasana ini mula menyedar dan membangkitkan umat Islam akan hakikat kedudukan mereka yang sebenar. Umat Islam, sekalipun sudah agak terlambat, mula menyedari akan kemunduran mereka dan bahaya yang akan mereka hadapi jika mereka tidak mengubah sikap dan fikiran.<br /><br />Huzaemah Tahido menerangkan:<br /><br />Ekspedisi Napoleon ke Mesir yang berakhir pada tahun 1215H/1801M telah membuka mata dunia Islam dan menyedarkan para penguasa dan tokoh-tokoh Islam akan kemajuan dan kekuatan Barat.<br /><br />Para pemuka Islam mulai berfikir dan mencari jalan untuk mengembalikan perimbangan kekuasaan dan kekuatan yang telah pincang dan membahayakan bagi umat Islam. Hubungan dengan Barat inilah yang menimbulkan pemikiran dan kefahaman ‘pembaharuan’ dan ‘modernisasi’ di kalangan umat Islam.<br /><br />Bagaimanakah memajukan kembali umat Islam seperti masa klasiknya ? Pertanyaan ini terjawab dengan membebaskan kembali pemikiran dari kebekuannya selama ini. Dengan membebaskan kembali pemikiran, ijtihad kembali bergerak. [27]<br /><br />Kurun ke 12H/18M dan 13H/19M menyaksikan beberapa gerakan dan revolusi muncul di beberapa bahagian dunia Islam bagi menghapuskan ketaksuban mazhab dan taqlid, meruntuhkan tembok-tembok pemisah mazhab dan membangkitkan semula umat Islam dari tidur sekian lama. Fiqh Islam dan sekaligus syari‘atnya digerakkan semula, kesedaran umat Islam terhadap agama mereka dibangkitkan semula dan semangat Islam maju umat maju dilaungkan kembali.<br /><br />Antara mereka yang berani lagi gigih membangunkan Islam dari tidurnya ialah Muhammad bin ‘Abd al-Wahhab (1206H/1792M) di Semenanjung Arab; Jamal al-Din al-Afghani (1314H/1897M), Muhammad Abduh (1322H/1905M), Rashid Ridha (1353H/1935M) dan Hasan al Banna (1368H/1949M) di Mesir, Ahmad Khan (1308H/1891M) di India dan Abu A'la Mawdudi (1399H/1979M) di Pakistan.<br /><br />Selain itu banyak lagi individu lain yang muncul membangunkan semula Islam di benua-benua lain termasuk Asia Tenggara. Walaupun setiap dari mereka mempunyai nama gerakan yang tersendiri, objektifnya tetap sama iaitu memajukan semula Islam berdasarkan pengkajian semula ilmu-ilmu Islam (ijtihad), menolak ikutan buta tanpa ilmu (taqlid) dan mendalami ilmu-ilmu duniawi seperti sains, perekonomian dan sebagainya.<br /><br />Mereka menekankan bahawa untuk umat Islam bangkit maju semula, mereka wajib mempunyai kepakaran dalam kedua-dua bidang ilmu, iaitu ilmu agama dan ilmu duniawi kerana sememang pada asalnya kedua-dua ilmu ini adalah kepunyaan Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Antara ilmu agama dan ilmu duniawi, ianya saling bantu-membantu, sokong-menyokong; jika ada yang bertentangan maka itu adalah kerana kurangnya pengetahuan manusia tentang salah satu daripadanya.[28]<br /><br />Usaha pembangunan semula umat masih diperjuangkan hingga ke hari buku ini diusahakan. Tokoh-tokoh agama serata dunia Islam mulai sedar akan kepentingan pengkajian semula ilmu-ilmu Islam, menghindarkan ketaksuban mazhab, mengecam taqlid buta, membuka pintu-pintu ijtihad dan pelbagai lagi. Kitab-kitab tafsir, hadis, fiqh dan pelbagai lagi sumber ilmu Islam tanpa mengira mazhab mula diterjemah agar ia dapat dikuasai oleh umat yang tidak mahir dalam bahasa Arab. Seminar, persidangan dan lain-lain dianjurkan tanpa henti-henti.<br /><br />Flowchart: Document: Akan tetapi usaha yang dilaku-kan ini masih kecil jumlahnya jika dibandingkan dengan mere-ka yang tidak mahu berusaha atau yang menentang terus ijtihadiah sezaman begini.Akan tetapi usaha yang dilakukan ini masih kecil jumlahnya jika dibandingkan dengan mereka yang tidak mahu berusaha atau yang menentang terus ijtihadiah sezaman begini. Masih ramai umat dan tokoh semasa yang terlalu taksub kepada mazhab sehingga amat berat untuk bertoleransi dengan usaha pembaharuan ini. Tidak kurang juga yang sudah terlalu terpengaruh dengan kebudayaan Barat sehinggakan dirasanya Islam ini, mazhab atau tanpa mazhab, sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Islam menurut mereka hanyalah suatu agama persendirian yang diamalkan di rumah sahaja oleh sesiapa yang mengingininya. Golongan-golongan sebeginilah yang sebenarnya menjadi penghalang kepada kemajuan Islam dan golongan-golongan sebeginilah yang perlu ditangani dan dirundingi segera.[29]<br /><br /> <br /><br />Demikianlah secara ringkas sejarah pertumbuhan dan perkembangan mazhab-mazhab fiqh Islam. Sememangnya pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Khalifah al-Rashidun tidak wujud sebarang mazhab-mazhab Islam. Hanya dengan sebab-sebab sejarah dan politik, barulah muncul mazhab-mazhab ini sebagaimana yang telah dihuraikan di atas. Bagi memantapkan kefahaman, berikut dihuraikan faktor-faktor penyebab bagi munculnya mazhab-mazhab fiqh Islam yang empat:<br /><br />· Pola pemerintahan Umayyad yang tidak akur dan patuh kepada tunjuk ajar para ulama’ yang wujud ketika itu. Malah ulama’-ulama’ yang berani menegur pemerintah, diancam atau ditangkap. Ini menyebabkan ulama’-ulama’ era ini menyisihkan diri mereka dari suasana istana berhijrah ke daerah-daerah lain. Hal ini menyebabkan tidak mungkin berlakunya pencarian dan pencapaian kesepakatan (ijma’) dalam apa-apa persoalan agama. Selain itu pertukaran dan perbandingan ilmu sesama ulama’ tidak lagi terjadi sebagaimana pada zaman sebelum pemerintahan Umayyad.<br /><br />· Wilayah Islam sudah semakin luas menyebabkan lahirnya generasi umat Islam yang baru yang menginginkan penjelasan agama terhadap persoalan yang khusus kepada mereka. Oleh kerana Kerajaan Umayyad tidak mengambil peduli akan persoalan agama dan rakyat, maka usaha ini jatuh ke tangan ulama’-ulama’ secara persendirian.<br /><br />· Tidak wujud sebarang sistem komunikasi atau media yang canggih pada zaman ini bagi membolehkan para ulama’ di pelbagai daerah berunding sesama mereka. Oleh itu para ulama’ era ini terpaksa berusaha secara sendirian dalam menghadapi persoalan-persoalan agama. Mereka menafsir al-Qur’an mengikut kemampuan ilmu yang sedia ada dan berusaha mengeluarkan hukum mengikut sejumlah hadis yang sedia diketahuinya.<br /><br />· Dalam suasana ini timbul beberapa ulama’ yang tinggi ilmunya lagi cekap dalam mengupas dan mengolah persoalan agama. Kehebatannya di satu-satu daerah menyebabkan orang ramai mula berkumpul untuk belajar bersamanya. Berita kehebatannya mula tersebar ke daerah berdekatan menyebabkan orang ramai mula bertumpu kepadanya sebagai sumber rujukan ilmu agama.<br /><br />· Perpindahan kerajaan kepada Dinasti Abbasid melihatkan perkembangan ilmu-ilmu Islam secara pesat. Pada era ini juga kehandalan beberapa tokoh persendirian tersebut semakin terserlah. Antara yang paling hebat dan masyhur ialah Malik bin Anas di Madinah, Abu Hanifah di Kufah, al-Syafi‘e di Yaman dan Mesir serta Ahmad bin Hanbal di Baghdad. Pendapat serta ajaran mereka digelar mazhab dan dari sinilah bermulanya Mazhab Maliki, Hanafi, al-Syafi‘e dan Hanbali.<br /><br />· Ajaran Abu Hanifah atau mazhabnya diangkat menjadi mazhab rasmi oleh Kerajaan Abbasid. Pemerintah-pemerintah Abbasid melantik qadi-qadi serta ulama’-ulama’ Hanafi menjadi gabenor atau mufti bagi wilayah-wilayah dalam empayar mereka. Ini menimbulkan banyak ketidakpuasan kepada umat Islam yang tidak cenderung kepada mazhab Hanafi. Mereka enggan akur kepada mufti-mufti Hanafiah dan terus mengamalkan mazhab tokoh-tokoh mereka sendiri.<br /><br />· Menyedari wujudnya perbezaan antara ajaran mazhab, pemerintah-pemerintah Abbasid mula menganjurkan acara perdebatan antara tokoh sesebuah mazhab. Perbuatan ini menyebabkan persaingan dan perselisihan antara mazhab mula memanas dan memuncak.<br /><br />· Setelah jatuhnya Dinasti Abbasid, Kerajaan Ottoman mengambil alih. Selain kerajaan Ottoman wujud juga beberapa kerajaan Islam yang lain. Masing-masing memerintah wilayah mereka yang tersendiri dan mengangkat sesebuah mazhab menjadi mazhab rasmi mereka. Perbuatan ini menambahkan lagi persaingan dan perasingan antara mazhab.<br /><br />· Mulai masa ini umat Islam dan negara mereka mula dikenali berdasarkan mazhab. Demikian juga nama-nama tokoh agama didasarkan kepada mazhab yang didokonginya.<br /><br />· Mulai kurun pertengahan hingga masa kini, umat Islam hanya merujuk kepada satu-satu mazhab tertentu sahaja. Umat Islam dengan sendirinya menutup pintu-pintu ijtihad dan rela duduk mengamalkan konsep bermazhab dan bertaqlid tanpa banyak soal.<br /><br />Flowchart: Document: Jika kita benar-benar menganalisa faktor-faktor kemunculan mazhab-mazhab fiqh Islam ini, kita akan dapati ianya wujud secara ‘terpaksa’ oleh suasana peredaran zaman dan politikJika kita benar-benar menganalisa faktor-faktor kemun-culan mazhab-mazhab fiqh Islam ini, kita akan dapati ianya wujud secara ‘terpaksa’ oleh suasana peredaran zaman dan politik. Para imam mazhab yang empat, Abu Hanifah, Malik bin Anas, al-Syafi‘e dan Ahmad bin Hanbal hanya memiliki tujuan mengajar dan menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang sebenar kepada umat. Mereka berhijrah ke sana-sini semata-mata bagi mencari ilmu dan menyampaikan ilmu. Mereka mengumpul dan menulis ajaran-ajaran Islam supaya ianya tidak hilang dimakan masa, supaya umat terkemudian dapat merujuknya.<br /><br /> Tidaklah menjadi tujuan para imam mazhab untuk sengaja mengelompokkan umat Islam ini kepada mazhab mereka sahaja. Tidaklah menjadi hasrat para imam mazhab yang empat untuk membelahkan umat ini kepada empat kumpulan. Sejarah dunia memaksa ajaran mereka menjadi terhad kepada sekian daerah dan sekian umat. Suasana politik yang menimbulkan suasana persaingan dengan sengaja menganjurkan debat-debat sesama pengikut mereka. Suasana politik juga memaksa ajaran mazhab ditaati orang ramai tanpa persetujuan mereka.<br /><br />Oleh yang demikian kita tidak boleh memandang serong dan menyalahkan para imam mazhab sebagai sebab timbulnya mazhab-mazhab Islam ini. Malah jika diperhatikan benar-benar, para imam mazhab inilah yang banyak berjasa mengekal, menjaga dan menyebarkan ilmu-ilmu Islam sebagaimana yang kita pelajari dan amalkan sekarang. Jasa-jasa para imam mazhab ini boleh dirumuskan sebagai:<br /><br />· Tegas berusaha menjaga keaslian dan ketulenan ajaran agama daripada dicemari faktor-faktor politik.<br /><br />· Berusaha menghidupkan semula ajaran Islam yang ditinggalkan oleh peredaran zaman.<br /><br />· Menyusun dan membukukan ajaran-ajaran Islam supaya ia dapat dipelajari oleh umat sepanjang masa.<br /><br />· Flowchart: Document: Tidaklah menjadi tujuan para imam mazhab un-tuk sengaja mengelom-pokkan umat Islam ini kepada mazhab mereka sahaja.Mengorak kaedah-kaedah fiqh yang sistematik bagi memudahkan umat Islam kemudian hari mencari dan mengeluarkan hukum.<br /><br />Jasa-jasa para imam mazhab kepada ajaran dan ilmu Islam tidak dapat dilupakan sehingga ke hari ini. Inilah sebagaimana yang diterangkan oleh Abdul Rahman I. Doi:<br /><br />Imam-imam Abu Hanifah, Malik, al-Syafi‘e dan Ahmad bin Hanbal, iaitu pemimpin-pemimpin Mazhab Ahli Sunnah, telah memberikan jasa baik yang tiada tandingnya dalam bidang fiqh Islami.<br /><br />Tiadalah seorang juapun dari mereka yang cuba untuk mengubah ajaran al-Qur'an dan tiadalah juga mereka bertujuan untuk mengubah sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana yang dituduh oleh segelintir orang lain mahupun ahli-ahli ilmuan Islam yang cetek ilmunya. [30]<br /><br />Demikianlah secara ringkas pertumbuhan dan perkembangan fiqh Islam sejak dari era Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hinggalah ke masa kini. Insya-Allah di bahagian seterusnya kita akan berkenalan pula dengan lebih rapat, siapakah Para imam mazhab yang empat ini dan bagaimanakah jalan hidup mereka menegakkan ilmu-ilmu Islam.<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />^Kembali Ke Atas<br /><br />| 2. Berkenalan Dengan Para Imam Mazhab<br /><br /> <br /> <br /><br /> <br /><br />[1] Ensiklopidi Islam (ed: Hafidz Dasuki; PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1994) – ‘Mazhab’.<br /><br />[2] Huzaemah Tahido – Penghantar Perbandingan Mazhab (Logos Wacana Ilmu; Jakarta, 1997), ms. 71-72.<br /><br />Dr. Huzaemah Tahido Yanggo lahir di Indonesia pada 1365H/1946M dan memegang kelulusan al-Azhar dalam jurusan Muqaranah Mazahib iaitu Perbandingan Mazhab. Buku ini beliau usahakan sebagai bahan rujukan bagi memenuhi dasar silibus Institut Agama Islam Nasional (IAIN) Indonesia yang sejak tahun 1415H/1995M sudahpun mula mengajar jurusan perbandingan mazhab kepada pelajarnya. Selain itu Huzaemah adalah juga ahli Majlis Fatwa Indonesia.<br /><br />[3] Syi‘ah memiliki sejumlah dalil daripada al-Qur’an dan al-Sunnah bagi membenarkan mazhab mereka tersebut. Penulis dalam rangka mengusahakan sebuah buku yang khusus dalam menjawab hujah-hujah mereka yang insya-Allah akan disiapkan dengan judul: Jawapan Ahl al-Sunnah kepada Syi‘ah al-Rafidhah dalam persoalan al-Imamah.<br /><br />[4] Penulisan dalam bab ini hanya akan membicarakan sejarah Islam secara ringkas dengan perhatian ditumpukan kepada evolusi fiqh Islam dan perkara-perkara berhubung-kait dengannya. Sejarah politik, ekonomi, peradaban dan selainnya hanya akan dihuraikan secara ringkas jika memiliki kaitan dengan evolusi fiqh.<br /><br />[5] Sahih: Hadis riwayat Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Tirmizi, al-Nasa‘i dan Ibn Majah, lihat Shahih al-Bukhari – no: 0283 (Kitab Mandi, Bab Berkenaan junub dan seorang mukmin tidak najis).<br /><br />al-Bukhari ialah al-Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari, lahir pada 194H/810M dari perkampungan Bukhara di Samarqand. Mengarang kitabnya yang pertama pada umur belasan tahun, beliau merantau ke seluruh dunia Islam pada ketika itu bagi mencari dan mengumpul hadis. al-Bukhari terkenal dengan kitab hadisnya Shahih al-Bukhari, diusahakannya selama 16 tahun, memuatkan lebih-kurang 9000 hadis yang sahih. Ia telah pun diterjemahkan. Selain itu al-Bukhari juga mengarang dan menulis lebih 20 buah kitab-kitab lain. Beliau meninggal dunia pada tahun 256H/870M.<br /><br />[6] Namun ada segelintir pihak yang menolak peranan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam syari‘at Islam. Pihak ini dikenali sebagai Golongan Anti Hadis dan penulis telah mengusahakan sebuah buku khas dalam menjawab hujah-hujah mereka. Ia berjudul 20 Hujah Golongan Anti Hadis dan Jawapannya terbitan Jahabersa, Johor Bahru.<br /><br />[7] Riwayat Ibn Hazm di dalam al-Ihkam, jld. 5, ms. 92 sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasbi al-Shiddieqie di dalam bukunya Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam (Bulan Bintang, Jakarta 1971), ms. 27.<br /><br />Ibn Hazm ialah al-Imam Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa'id bin Hazm lahir di Qordoba (Sepanyol) pada tahun 384H/994M dan terkenal sebagai seorang ahli hadis dan fiqh. Ketelitiannya dalam mengkaji hadis dipuji dan dihormati ramai, antaranya oleh Ibn Hajar al-‘Asqalani, seorang tokoh hadis dalam kurun ke 9H. Antara karyanya ialah al-Muhalla, al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam dan lain-lain. Meninggal dunia pada 456H/1064M<br /><br />Prof. Dr. Hasbi al-Shiddieqie ialah salah seorang ulama' besar Indonesia, saling bergandingan dengan Prof. Dr. HAMKA, pengarang kitab Tafsir Al-Azhar. Beliau menjawat kedudukan Guru Besar IAIN (Institut Agama Islam Nasional) Kalijaga Yogyakarta. Semasa hidupnya beliau telah berjaya menulis buku-buku dalam hampir semua bidang ilmu Islam, seperti Tafsir dan Usulnya, Hadis dan Usulnya, Fiqh dan Usulnya, Solat, Puasa, Zikir, Doa dan pelbagai lagi. Antara bukunya yang paling masyhur di Malaysia ialah Pedoman Solat dan Pedoman Zikir dan Doa Rasulullah. Beliau meninggal dunia pada 1394H/1975M.<br /><br />[8] Encyclopedia Britannica 98 (edisi Cdrom) dan The Concise Encyclopedia of Islam (ed: Cyril Glasse; Stacey Intl, England, 1989 & Rajawali Press, Jakarta 1996) di atas tajuk – Umayyad Dynasty.<br /><br />[9] Bilal Philips – Evolution of Fiqh (International Islamic Publishing House, Riyadh 1995), ms. 46.<br /><br />Abu Ameenah Bilal Philips berasal dari Jamaica, memeluk Islam pada 1391H/1972M. Sejurus selepas itu beliau ke Madinah untuk mendapatkan Diploma dalam Bahasa Arab, diteruskan kepada Sarjana dalam jurusan Usul al-Deen dan kemudian diteruskan kepada pengajian Master dalam jurusan Islamic Theology. Seterusnya memperoleh kelulusan Ph.D dalam jurusan Islamic Studies pada tahun 1987. Banyak menulis buku-buku Islam berbahasa Inggeris bertujuan membantu umat Islam yang tidak dapat berbahasa Arab mempelajari dan memahami Islam secara yang sebenar. Bukunya The Evolution of Fiqh - Islamic Law and Mazhabs diterima baik di seluruh dunia Islam dan kini telahpun diterjemahkan kepada beberapa bahasa lain.<br /><br />[10] Ensiklopidi Islam – ‘Bani Umayyad’<br /><br />[11] Seyyed Hussein Nasr – Ideals and Realities of Islam (Allen & Unwin, U.K. 1996), ms. 102<br /><br />Prof. Dr. Seyyed Husein Nasr dilahirkan di Iran dan mendapat kelulusan Ph.D di Harvard dalam bidang Sejarah dan Sains Islam. Kini dia adalah pensyarah bagi jurusan Islamic Studies di George Washington University, USA. Menulis dan mengarang puluhan buku dan artikel berkenaan Islam terutamanya dalam topik Sufism. Bukunya Ideals and Realities of Islam adalah antara yang terbaik dalam memberikan pengenalan tentang ajaran Islam ini, baik kepada umat Islam atau bukan Islam.<br /><br />[12] Ensiklopidi Islam– ‘Dinasti Umayyad’<br /><br />[13] Seyyed Husein Nasr - Ideals and Realities of Islam, ms. 102-103<br /><br />[14] Hasbi al-Shiddieqie - Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam, ms. 81.<br /><br />[15] Biografi tokoh-tokoh di atas akan diberikan dalam satu bab berasingan nanti, insya-Allah.<br /><br />[16] Abu Yusuf, beliau ialah al-Imam Abu Yusuf Yaakob bin Ibrahim, lahir pada 113H/731M dan merupakan salah seorang anak murid utama bagi Abu Hanifah (150H/767M). Sebelum berguru bersama Abu Hanifah selama 9 tahun, beliau berguru bersama Ibn Abi Laila (148H/765M), anak kepada salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Selepas kewafatan Abu Hanifah, beliau turun ke Madinah untuk berguru kepada Malik bin Anas. Abu Yusuf menjawat kedudukan Ketua Hakim (Qadi) Dinasti Abbasid dari tahun 158H/775M hinggalah ke masa kewafatannya pada tahun 182H/798M.<br /><br />[17] Harun al-Rashid adalah khalifah ke-5 bagi Dinasti Abbasid. Beliau lahir pada tahun 147H/764M dan telah dihantar untuk belajar agama bersama-sama tokoh-tokoh pada ketika itu. Kebanyakan guru beliau adalah daripada kalangan tabi‘in dan tabi-tabi‘in yang menerima ilmu mereka secara terus daripada generasi sahabat. Harun menjawat kedudukan khalifah pada tahun 169H/786M dan pada zaman beliaulah kerajaan Abbasid dan Islam mencapai era kegemilangannya. Beliau meninggal dunia pada tahun 193H/809M.<br /><br />[18] Hassan Ibrahim Hassan, pensyarah University Islam Baghdad, dalam bukunya Islam: A Religious, Political, Social and Economic Study, ms. 356-378; dinukil daripada The Evolution of Fiqh, ms. 58 oleh Bilal Philips. Lebih lanjut tentang fenomena ini lihat penjelasan al-Ghazali (505H) di dalam kitabnya Ihya' Ulum al-Din (edisi terjemahan oleh Ismail Yaakub; Victorie Agencie, K.Lumpur 1988), jld. 1, ms. 166-188 oleh al-Ghazali.<br /><br />[19] Abu Ameenah Bilal Philips - The Evolution of Fiqh, ms. 58. Lihat juga Hasbi al-Shiddieqie - Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam, ms. 99-100.<br /><br />[20] Lebih lanjut sila kaji buku Sejarah dan Pertumbuhan Ilmu Hadis oleh Hasbi al-Shiddieqie (Rizki Putra, Semarang 1978).<br /><br />[21] Abu Ameenah Bilal Philips - The Evolution of Fiqh, ms. 102.<br /><br />[22] Lihat pengkajian dan perbandingan yang dilakukan oleh Karen Amstrong dalam bukunya The History of God: A 4000 Year Quest of Judaism, Christianity and Islam (Ballantine Books, New York 1994), Bab ke 8.<br /><br />Karen Amstrong ialah seorang pengkaji keagamaan / teologi yang terkenal masa kini. Berasal dari Britain, beliau telah mengarang banyak buku-buku keagamaan terutamanya dalam topik tiga agama samawi kini, iaitu Yahudi/Judaism, Nasrani/Christian dan Islam.<br /><br />[23] Hasbi al-Shiddieqie - Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam, ms. 152-158; Ibn Khaldun – Muqaddimah (edisi terjemahan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka, K.Lumpur 1995), ms. 579-582.<br /><br />[24] Ibn Khaldun - Muqaddimah, ms. 576 dan nk 34.<br /><br />Ibn Khaldun ialah seorang ahli sejarah, ahli falsafah dan ahli fikir Islam yang hidup pada kurun ke 8 hijrah. Nama beliau ialah Abdul Rahman bin Muhammad Abu Zaid bin Khaldun, lahir di Tunisia pada 732H/1332M. Pengalamannya merantau ke dunia Islam termasuk negara-negara utara Benua Afrika sehingga ke Sepanyol dan lain-lain. Karangannya ini adalah pendahuluan (Muqaddimah) kepada kitabnya yang asal Kitab al-'Ibar wa Diwan. Kitab Muqaddimah ini telah diterjemahkan ke bahasa Inggeris, Indonesia dan Melayu. Beliau meninggal dunia di Kaherah, Mesir pada 808H/1406M.<br /><br />[25] Karen Amstrong - The History of God: A 4000 Year Quest of Judaism, Christianity and Islam, ms. 259-260.<br /><br />[26] Hakikat kebenaran bahawa penjajahan Barat atas negara-negara Islam bukan semata-mata atas alasan 'mencari rempah ratus dan serbuk teh' jelas terbukti melalui pengakuan ahli-ahli sejarah dan agama Barat/Kristian sendiri, sebagaimana yang dihuraikan oleh David Waines, pensyarah Islamic Studies di Lancaster University, England dalam bukunya An Introduction to Islam (Cambridge University Press, 1995), ms. 214-215.<br /><br />[27] Huzaemah Tahido – Penghantar Perbandingan Mazhab, ms. 44.<br /><br />[28] Sila lihat buku An Introduction to Islam: Issues in Contemporary Islam oleh David Waines di mana beliau menghuraikan secara umum akan usaha-usaha membangkitkan Islam pada zaman kebelakangan ini. Selain itu lihat juga huraian mendalam lagi terperinci dalam The Oxford Encyclopedia of Modern Islam yang dipimpin oleh John Esposito, Ketua Fakulti Pengkajian Agama, Georgetown University, Washington, USA. Lihat juga buku beliau dalam subjek yang sama: The Islamic Threat: Myth of Reality ?<br /><br /> Amat menyedihkan apabila kita lihat pengkaji-pengkaji non-muslim amat prihatin lagi peka terhadap suasana kebangkitan Islam akhir-akhir ini; apabila dalam waktu yang sama umat Islam sendiri tidak mengetahui apatah lagi mengambil iktibar terhadapnya.<br /><br />[29] Antara lain lihat kertas kerja yang dibentangkan oleh Yusuf al-Qaradhawi berjudul Priorities of The Islamic Movement in The Coming Phase (edisi terjemahan oleh Dar al-Nasr for Egyptian Universities, Cairo 1992); di mana beliau menghuraikan halangan-halangan yang terlebih dahulu perlu diatasi sebelum umat boleh mengorak langkah ke arah kejayaan hakiki.<br /><br />Prof. Dr. Muhammad Yusuf al-Qaradhawi lahir pada 1344H/1926M di Mesir, berkelulusan Al Azhar. Kini bertugas sebagai Deen Syari'ah dan Islamic Studies, juga Director for Centre of Sunnah and Sirah Studies di University of Qatar. Mengarang puluhan buku dalam isu-isu Islam mutakhir dan sehingga kini buku-bukunya yang sudah diterjemahkan ke bahasa kita (Malaysia & Indonesia) sudah menjangkau lebih 40 buah. Diikktiraf dunia sebagai salah seorang ulama' mutakhir yang banyak berusaha memberikan kefahaman dan menyelesaikan isu-isu dunia Islam masa kini (fiqh al-Waqi').<br /><br />[30] ‘Abd al-Rahman I. Doi - Shari'ah: The Islamic Law (A.S. Noordeen, K.Lumpur 1995),ms. 85.<br /><br />Prof. Dr. ‘Abd al-Rahman I.Doi dilahirkan di India. Beliau mempelajari Islam dan ilmu-ilmunya di Madrasah-madrasah tempatan, kemudian melanjutkannya ke University of Bombay. Jawatannya sebagai pensyarah pengajian Islam bermula di Univ. of Nigeria, kemudian ke Univ. of IFE, kemudiannya ke Univ. of Ahmadu Bello, Zaria. Ketika menulis buku di atas, beliau bertugas di Univ. Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM). Beliau ialah salah seorang tokoh dalam bidang syari‘ah Islam yang ulung masa kini, banyak membahas isu-isu syari'ah masa kini di seminar-seminar Islam antarabangsa, banyak menulis artikel, majalah dan buku.educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-55223005377161121422008-06-21T08:26:00.000-07:002008-06-21T08:29:19.960-07:00ilmu perbandingan mazhabBAB I<br />Pendahuluan<br />A. Latar Belakang<br /><br />Masalah khilafiah merupakan persoalan yang terjadi dalam realitas kehidupan manusia. Di antara masalah khilafiah tersebut ada yang menyelesaikannya dengan cara yang sederhana dan mudah, karena ada saling pengertian berdasarkan akal sehat. Tetapi dibalik itu masalah khilafiah dapat menjadi ganjalan untuk menjalin keharmonisan di kalangan umat Islam karena sikap ta’asub (fanatik) yang berlebihan, tidak berdasarkan pertimbangan akal sehat dan sebagainya.<br />Perbedaan pendapat dalam lapangan hukum sebagai hasil penelitian (ijtihad), tidak perlu dipandang sebagai faktor yang melemahkan kedudukan hukum Islam, bahkan sebaliknya bisa memberikan kelonggaran kepada orang banyak sebagaimana yang diharapkan Nabi :<br />اختلاف امتى رحمة (رواه البيهقى فى الرسالة الاشعرية)<br />“Perbedaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat” (HR. Baihaqi dalam Risalah Asy’ariyyah).<br />Hal ini berarti, bahwa orang bebas memilih salah satu pendapat dari pendapat yang banyak itu, dan tidak terpaku hanya kepada satu pendapat saja.<br />BAB II<br />Sejarah Kemunculan Mazhab<br /><br />A. Maksud Perkataan “Mazhab” dan “Imam”<br />Sebelum ditinjau sejarah kemunculan mazhab-mazhab fiqh Islam, ada baiknya jika kita tinjau terlebih dahulu maksud perkataan “Mazhab” dan “Imam” itu sendiri. <br />Mazhab (مذهب) dari sudut bahasa bererti “jalan” atau “the way of”. Dalam Islam, istilah mazhab secara umumnya digunakan untuk dua tujuan: dari sudut akidah dan dari sudut fiqh. <br />Mazhab akidah ialah apa yang bersangkut-paut dengan soal keimanan, tauhid, qadar dan qada’, hal ghaib, kerasulan dan sebagainya. Antara contoh mazhab-mazhab akidah Islam ialah Mazhab Syi‘ah, Mazhab Khawarij, Mazhab Mu’tazilah dan Mazhab Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah. Setiap daripada kumpulan mazhab akidah ini mempunyai mazhab-mazhab fiqhnya yang tersendiri. Mazhab fiqh ialah apa yang berkaitan dengan soal hukum-hakam, halal-haram dan sebagainya. Contoh Mazhab fiqh bagi Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah ialah Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab al-Syafi‘e dan Mazhab Hanbali.[1] <br />Mazhab fiqh pula, sebagaimana terang Huzaemah Tahido, bererti: <br />Jalan fikiran, fahaman dan pendapat yang ditempoh oleh seorang mujtahid dalam menetapkan suatu hukum Islam dari sumber al-Qur’an dan al-Sunnah. Ianya juga bererti sejumlah fatwa atau pendapat-pendapat seorang alim besar yang bergelar Imam dalam urusan agama, baik dalam masalah ibadah ataupun lainnya.[2] <br />Contoh imam mazhab ialah Abu Hanifah, Malik bin Anas, al-Syafi‘e dan Ahmad bin Hanbal. Pengertian mazhab ini kemudiannya beralih menjadi satu kumpulan ajaran fiqh Islam yang diikuti dan diterima oleh satu-satu kumpulan umat Islam dalam sesebuah wilayah atau negara. Ianya menjadi sumber rujukan dan pegangan yang <br />1. Ensiklopidi Islam (ed: Hafidz Dasuki; PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1994) – ‘Mazhab’. <br />2. Huzaemah Tahido – Penghantar Perbandingan Mazhab (Logos Wacana Ilmu; Jakarta, 1997), ms. 71-72. <br />diiktiraf sebagai ganti atau alternatif kepada ikutan, ijtihad dan analisa terhadap ajaran asli al-Qur’an dan al-Sunnah. <br />Perkataan “Imam” dari sudut bahasa bererti “teladan” atau “pemimpin.” Dalam Islam, perkataan “Imam” memiliki beberapa maksud selari dengan konteks penggunaannya, iaitu: <br />1. Imam sebagai pemimpin solat berjamaah. <br />2. Imam sebagai pemimpin atau ketua komuniti orang-orang Islam. <br />3. Imam sebagai tanda kelebihan kedudukan ilmunya, sehingga dijadikan sumber pembelajaran dan rujukan ilmu agama. Contohnya ialah Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas dan sebagainya. Walaupun mereka dijadikan sumber rujukan ilmu, autoriti mereka hanyalah terhad kepada apa yang tertera dalam al-Qur'an dan al-Sunnah. <br />4. Imam sebagai wakil Allah dan pemimpin umat serta penentu zaman. Imam sebegini hanya khusus bagi Mazhab Syi‘ah. Imam-imam ini bukan sahaja dijadikan rujukan syari‘at tetapi juga memiliki autoriti dalam menetapkan sesuatu yang berkaitan dengan syari‘at tanpa terhad kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. <br />B. Sejarah kemunculan mazhab-mazhab fiqh Islam <br />Mazhab-mazhab fiqh Islam yang empat iaitu Maliki, Hanafi, Shafi‘e dan Hanbali hanya muncul dan lahir secara jelas pada era pemerintahan Dinasti Abbasid, iaitu sejak kurun ke 2H/8M. Sejarah kemunculan dan perkembangannya boleh dilihat dalam 4 peringkat, iaitu: <br />1. Pada era Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para Khalifah al-Rashidun yang empat. <br />2. Pada era Pemerintahan Dinasti Umayyad dan Abbasid di mana pada ketika inilah mazhab-mazhab Islam mula muncul dan berkembang. <br />3. Pada era kejatuhan Islam, iaitu mulai kurun ke 4H/10M di mana mazhab-mazhab Islam tidak lagi berperanan sebagai sumber ilmu kepada umat tetapi hanya tinggal sebagai sesuatu yang diikuti dan diterima secara mutlak. <br />4. Era kebangkitan semula Islam dan ilmu-ilmunya sama ada dalam konteks mazhab atau ijtihad ulama’ mutakhir. <br /><br />B.1 Era Pertama <br />Era ini bermula sejak diutusnya Muhammad ibn Abdillah menjadi seorang Rasul Allah dan mengembangkan agama tauhid yang baru, iaitu Islam. Pada ketika ini sumber syari‘at adalah penurunan wahyu berupa al-Qur’an al-Karim dan tunjuk ajar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Al-Qur’an diturunkan secara berperingkat-peringkat bertujuan memudahkan umat menerima dan belajar secara bertahap. <br />Kemudahan mereka mempelajari Islam disokong oleh kehadiran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang bertindak sebagai guru. Ini sebagaimana dikhabarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala di dalam al-Qur’an: <br />(Sebagaimana) Kami mengutuskan kepada kamu seorang Rasul dari kalangan kamu (iaitu Muhammad), yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu, dan membersihkan kamu (dari amalan syirik dan maksiat), dan yang mengajarkan kamu kandungan Kitab (Al-Quran) serta Hikmah kebijaksanaan, dan mengajarkan kamu apa yang belum kamu ketahui. [al-Baqarah 2:151] <br />Di samping itu sumber syari‘at kedua adalah juga merupakan pengajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang kini kita terima sebagai Hadis. Hadis beliau adalah juga merupakan wahyu Allah Subhanahu wa Ta‘ala, sebagaimana firman-Nya: <br />Dan dia tidak memperkatakan (sesuatu yang berhubung dengan agama Islam) menurut kemahuan dan pendapatnya sendiri. Segala yang diperkatakannya itu (sama ada Al-Quran atau hadis) tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. [al-Najm 53:3-4] <br />Perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam konteks keagamaan juga merupakan salah satu bentuk tunjuk ajar wahyu Allah Subhanahu wa Ta‘ala, sebagaimana firman-Nya: <br />Aku tidak melakukan sesuatu melainkan menurut apa yang diwahyukan kepadaku. [al-Ahqaf 46:09] <br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bertindak sebagai seorang guru agama yang membetulkan apa-apa perbuatan umat pada ketika itu yang salah atau kurang baik walaupun beliau pada asalnya tidak ditanya akan hal tersebut. Contohnya ialah kisah yang diberitakan oleh seorang sahabat, Abu Hurairah radhiallahu ‘anh: Aku bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di salah satu jalan di Madinah, sedangkan aku dalam keadaan berjunub. Maka aku menyelinap iaitu mengelakkan diri dari bertemu dengan Rasulullah dan pergi untuk mandi sehingga Rasulullah mencari-cari aku. <br />Ketika aku datang kembali, baginda pun bertanya: “Ke mana kamu pergi wahai Abu Hurairah ?” Aku menjawab: “Wahai Rasulullah! Engkau ingin menemuiku sedangkan aku dalam keadaan berjunub. Aku merasa tidak selesa duduk bersama kamu sebelum aku mandi.” <br />Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: <br />“Maha Suci Allah! Sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis.”[3] <br />Daripada keterangan di atas, dapat kita simpulkan bahawa sumber syari‘at atau fiqh Islam pada era pertama ini hanyalah apa yang bersumber daripada ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yakni ajaran, perbuatan dan persetujuan beliau. Pada ketika ini fiqh Islam mudah dipelajari dan sebarang kemusykilan mudah terjawab dengan hadirnya seorang Rasul yang mengajar terus berdasarkan wahyu Allah ‘Azza wa Jalla.<br /> Selepas kewafatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada tahun 10H/622M, para Khalifah al-Rashidun iaitu Abu Bakar al-Siddiq, Umar bin al-Khaththab, ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhum mengambil-alih sebagai pemimpin agama dan negara. Islam dan segala ajaran syari‘atnya telahpun lengkap dengan kewafatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Para Khalifah al-Rashidun meneruskan tradisi pimpinan dan pengajaran Islam sebagaimana yang ditunjukkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, iaitu berlandaskan kepada ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Hanya wujud satu perbezaan yang besar pada ketika ini, iaitu wahyu tidak lagi diturunkan. <br /><br />3. Sahih: Hadis riwayat Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Tirmizi, al-Nasa‘i dan Ibn Majah, lihat Shahih al-Bukhari – no: 0283 (Kitab Mandi, Bab Berkenaan junub dan seorang mukmin tidak najis). <br />Dalam era empat khalifah ini, sempadan-sempadan Islam sudah mula meluas ke arah wilayah-wilayah yang baru. Dengan pembukaan ini, para khalifah Islam sekali-sekala terpaksa berhadapan dengan persoalan-persoalan yang belum pernah dihadapi sebelum ini yang melibatkan hal-hal muamalah seperti ekonomi, hartanah dan sebagainya. Bagi mencari jalan penyelesaiannya, para khalifah akan duduk berbicara dengan para sahabat (Shura) bagi memperoleh satu jawapan majoriti yang paling dekat dengan ketentuan al-Qur'an dan al-Sunnah. <br />Ibn Hazm (456H) rahimahullah meriwayatkan dari Maimun bin Mehram, kata beliau: <br />Abu Bakar al-Siddiq, apabila datang orang-orang yang berperkara kepadanya, beliau akan mencari hukumnya dalam Kitabullah (al-Qur'an), maka beliaupun memutuskan perkara itu dengan ketetapan al-Qur'an. Jika tidak ada dalam al-Qur'an dan beliau mengetahui sunnah Rasulullah dalam perkara itu, maka beliaupun memutuskan perkara itu dengan ia. Jika tidak ada sunnah pada perkara itu, beliaupun akan bertanya kepada para sahabat. <br />Abu Bakar akan berkata: “Telah datang kepadaku suatu perkara, maka adakah kalian mengetahui hukum yang Rasulullah berikan terhadapnya ?” Kadang-kadang berkumpullah beberapa orang sahabat di hadapannya memberitahu apa yang pernah diputuskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. <br />Dan jika Abu Bakar masih tidak menemui sesuatu sunnah Rasulullah dari orang-orang yang ditanyakan itu, maka beliau akan mengumpulkan tokoh-tokoh sahabat dalam majlis Shura lalu bertanyakan pendapat mereka. Dan jika pendapat mereka bersatu atas yang satu (semua setuju) iaitu ijma' , maka beliaupun akan memutuskan atas ketentuan hasil ijma' itu. <br />Dan Umar al-Khaththab berbuat demikian juga.[4] <br />Pada ketika ini, para sahabat kebanyakannya masih berada di sekitar Kota Madinah. Oleh itu tidaklah menjadi kesukaran untuk berbincang sesama mereka. Faktor ini memudahkan fiqh Islam berjalan dengan lancar dan selari tanpa wujud apa-apa mazhab atau jalan pandangan yang lain. Suasana fiqh Islam berada dalam <br />4 Riwayat Ibn Hazm di dalam al-Ihkam, jld. 5, ms. 92 sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasbi al-Shiddieqie di dalam bukunya Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam (Bulan Bintang, Jakarta 1971), ms. 27. <br /><br />keadaan yang tulen, penuh keseragaman dan bersatu sebagaimana yang wujud sebelum ini hasil kefahaman dan konsep saling bertolak ansur yang wujud di kalangan para sahabat dan pemimpin mereka. <br />Dalam era ini, tidak wujud sebarang mazhab melainkan apa yang disyari‘atkan oleh al-Qur’an, diajar oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ijma’ para Khalifah serta sahabat radhiallahu ‘anhum. <br />B.2 Era Kedua <br />Mulai tahun 41H/661M, setelah berlakunya persaingan dan pergolakan politik, pemerintahan Islam beralih ke Dinasti Umayyad, satu kerajaan pemerintahan yang berprinsipkan dinasti iaitu yang berdasarkan zuriat keturunan. Dinasti Umayyad tidak memberikan perhatian yang besar kepada perkembangan fiqh Islam. Mereka hanya menumpukan perhatian kepada soalan perluasan empayar dan kekuasaan material. <br />Dalam era ini banyak pengaruh luar yang berasal daripada Byzantium, Parsi dan India masuk mencemari pemerintahan Dinasti Umayyad. Pola pemerintahan mula bertukar sedikit sebanyak ke arah sekular yang mengasingkan antara agama dan pentadbiran negara. Hiburan-hiburan dan adat-istiadat baru juga mula diperkenalkan dalam istana yang bertentangan dengan ajaran Islam seperti muzik dan tari menari, ahli nujum, penilik nasib dan sebagainya. Selain itu juga institusi Baitulmal telah bertukar daripada milik rakyat kepada kegunaan persendirian dan pelbagai cukai baru dikenakan. Pemerintah juga mula membezakan keutamaan seseorang berdasarkan bangsa dan kabilah sehingga menyebabkan timbulnya sentimen perkauman di kalangan rakyat. <br />Pola pemerintahan Dinasti Umayyad ini digambarkan oleh Seyyed Hussien Nasr sebagai: <br />Dengan tertubuhnya Dinasti Umayyad ini, suatu era baru telah bermula, iaitu lahirnya suatu empayar pemerintahan yang menjangkau dari Asia Tengah hinggalah ke Sepanyol. Mereka sangat-sangat mementing dan mengutamakan kekuasaan serta keluasan empayar walau pada hakikatnya mereka banyak menghadapi masalah pentadbiran dan kewangan dalaman. <br />Dari segi pentadbiran negara, boleh dikatakan Dinasti Umayyad telah berjaya melakukan suatu usaha yang amat besar lagi berat bagi menjaga wilayah-wilayah dalam empayar mereka. Akan tetapi jika dilihat dari segi nilai-nilai agama, dinasti ini jelas melambangkan kejatuhan dan kemerosotan dari kesyumulan Islam yang wujud sebelum itu. <br />Mereka (Umayyad) tidak mengambil berat akan penjagaan prinsip dan perlaksanaan ajaran Islam sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah-khalifah yang empat terdahulu. Mereka lebih mementingkan hal-hal urusan dan pentadbiran empayar dan melihat persoalan agama sebagai sesuatu yang remeh. <br />Di kalangan pemerintah-pemerintah Dinasti Umayyad, sedikit sahaja yang benar-benar melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai pemimpin. Antaranya ialah ‘Umar bin ‘Abd al-Aziz. Beliau memegang jawatan pemerintah dari tahun 717M hingga 720M dan pada zaman inilah wilayah-wilayah Islam dapat hidup di bawah bendera Islam yang sebenar. Akan tetapi era pemerintahan beliau adalah singkat dan selepas itu Dinasti Umayyad kembali ke era kegelapan di bawah pemerintah-pemerintah yang seterusnya. <br />Para pemerintah Umayyad tidak memberikan perhatian yang besar kepada tuntutan-tuntutan syari‘at Islam di dalam suasana kehidupan mereka, begitu juga terhadap rakyat umumnya. Sebarang teguran daripada para ulama’ ditepis dan sesiapa yang berani menentang dihukum buang negeri. Para ulama’ istana adalah yang dipilih khas bagi menepati hasrat dan tuntutan persendirian sahaja. Pola pemerintahan Dinasti Umayyad yang sedemikian menyebabkan ulama'-ulama' pada ketika itu mula menyisihkan diri daripada istana. Mereka juga lebih cenderung untuk berhijrah ke beberapa wilayah lain yang sudah berada di bawah bendera Islam tetapi masih dahagakan ajaran Islam yang sepenuhnya. <br />Fiqh Islam kini berada dalam usaha dan ijtihad perseorangan…… dalam suasana berkelompok atau berkumpulan di sekitar seseorang to-kohnya dan ini merupa-kan noktah permulaan kelahiran mazhab-mazhab Islam.<br />Hampir semua ulama' yang berhijrah ke daerah-daerah baru Islam ini ialah anak-anak murid didikan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka juga lebih dikenali sebagai gelaran tabi‘in. Adakalanya di beberapa daerah atau wilayah itu muncul ulama' yang kehandalannya berhujah serta berfatwa melebihi daripada kebiasaan. Kepantasan serta kecekapan mereka mengupas persoalan-persoalan agama sangat tepat lagi menyakinkan. <br /> Justru itu orang ramai mula berkumpul untuk belajar bersama-sama “tokoh baru” ini. Sering kali juga berita kehandalan tokoh baru ini tersebar ke daerah-daerah berdekatan menyebabkan mereka juga datang beramai-ramai untuk belajar sama. Ini berlaku di beberapa daerah dan dengan ini wujudlah suasana pembelajaran fiqh Islam secara berkelompok dan berkumpulan. Suasana sebegini tidaklah dapat dielakkan kerana tidak wujud medium penyampaian pada zaman tersebut yang dapat meluaskan ajaran seseorang tokoh kepada daerah-daerah lain. Suasana ini berterusan sehingga jumlah orang yang ikut belajar semakin banyak. Selari dengan itu, pengaruh tokoh yang mengajar juga semakin berkembang luas. <br />Akhirnya suasana fiqh Islam telah berubah ke satu era yang baru. Di dalamnya ada kelebihan dan ada kekurangan. Kelebihannya ialah ilmu Islam dapat tersebar dengan lebih meluas meliputi daerah-daerah yang baru. Sebaliknya kita juga dapati fiqh Islam kini berada dalam usaha dan ijtihad perseorangan, tidak lagi secara shura dan ijma' sebagaimana yang wujud pada era para sahabat dan khalifah. Fiqh Islam secara perseorangan ini pula wujud dalam suasana berkelompok atau berkumpulan di sekitar seseorang tokohnya dan ini merupakan noktah permulaan kelahiran mazhab-mazhab Islam. Kota Madinah tidak lagi menjadi pusat ilmu Islam yang ulung melainkan pada beberapa ketika seperti pada musim haji. <br />Pada permulaan kurun ke 2H/8M, umat Islam sudah mula merasa tidak puas hati kepada pemerintahan Dinasti Umayyad. Suasana ini menimbulkan pemberontakan dan akhirnya dinasti ini dapat dijatuhkan. Peristiwa ini diringkaskan oleh Ensiklopidi Islam (Ind) dalam satu perenggan sebagai: <br />Pada awal abad ke-8 (102H/720M) sentimen anti-pemerintahan Bani Umayyad telah tersebar secara intensif. Kelompok-kelompok yang merasa tidak puas bermunculan, iaitu di kalangan muslim bukan Arab (Mawali) yang secara terang-terangan mengeluh akan status mereka sebagai warga kelas dua di bawah muslim Arab, kelompok Khawarij dan Shi'ah yang terus menerus memandang Bani Umayad sebagai perampas khalifah, kelompok muslim Arab di Mekah, Madinah dan Iraq yang sakit hati atas status istimewa penduduk Syria, dan kelompok muslim yang salih baik Arab atau bukan Arab yang memandang keluarga Umayyad telah bergaya hidup mewah dan jauh dari jalan hidup yang Islami. Rasa tidak puas hati ini akhirnya melahirkan suatu kekuatan koalisi (coalition) yang didukung oleh keturunan al-Abbas, paman Nabi s.a.w. <br />Selepas kewafatan tokoh-tokoh di atas, ajaran serta prinsip mereka di-teruskan oleh anak-anak murid mereka. Setiap dari mereka cen-derong mengajar dan menyampai-kan apa yang di-sampaikan oleh guru mereka dan dengan itu penga-ruh mazhab imam mereka makin ter-serlah di kalangan umat Islam.<br />Demikian juga ulas Seyyed Hussein Nasr: <br />Pada penghujung Era Dinasti Umayyad, orang ramai mula menyedari bahawa kedudukan umat dan negara sudah mulai jauh menyimpang dari nilai-nilai Islam yang sebenar. <br />Kesedaran agama di kalangan rakyat, terutamanya golongan Shi'ah yang selama ini sememangnya tidak menerima pemerintahan Umayyad - menyebabkan mereka bangun menentang amalan-amalan pemerintahan Umayyad. Usaha mereka disokong dengan kedatangan pengaruh Abbasid…………[5] <br />Kejatuhan Dinasti Umayyad menyaksikan kelahiran Dinasti Abbasid yang memerintah dari 132H/750M hingga 339H/950M. Pola pemerintahan Abbasid dan Umayyad tidaklah sama di mana Dinasti Abbasid mula memberikan perhatian dan keutamaan kepada Islam terutamanya dari sudut keilmuannya. Dalam era inilah keilmuan Islam kembali bangun dan terus bangun ke tahap ilmiah yang sangat tinggi. Hasbi ash-Shiddieqie rahimahullah menerangkan: <br />Sebaik sahaja fiqh Islam memasuki era ini, berjalanlah perkembangan-perkembangannya yang cepat menempuh pelbagai lapangan yang luas. Perbahasan-perbahasan ilmiah meningkat tinggi sehingga tasyri' Islam pada masa ini memasuki period kematangan dan kesempurnaan. Para ulama era ini mewariskan kepada para muslimin kekayaan ilmiah yang tidak ada taranya. <br />Dalam era inilah dibukukan ilmu-ilmu al-Qur'an, ilmu Hadis, ilmu kalam, ilmu lughah dan ilmu fiqh. Dan dalam era inilah juga lahirlah tokoh-tokoh fiqh yang terkenal……..[6] <br />Tokoh-tokoh fiqh yang dimaksudkan ini ialah mereka yang sudah mula terkenal namanya sejak dari era Umayyad lagi sepertimana yang diterangkan sebelum ini. <br />5. Seyyed Husein Nasr - Ideals and Realities of Islam, ms. 102-103 <br />6. Hasbi al-Shiddieqie - Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam, ms. 81. <br />Ketokohan mereka dalam bidang ilmu-ilmu Islam sangat memuncak sehingga orang ramai dari segala pelusuk dunia Islam mulai datang ke daerah mereka untuk menuntut ilmu. <br />Antara tokoh-tokoh yang dimaksudkan itu ialah Abu Hanifah (150H/767M) dan Sufyan al-Thawri (160H/777M) di Kufah, al-Auza‘i (157H/774M) di Beirut, al-Layts ibn Sa‘ad (174H/791M) di Mesir dan Malik bin Anas (179H/796M) di Madinah. Kemudian daripada mereka lahir juga tokoh-tokoh lain yang mana mereka ini pula ialah anak murid bagi tokoh-tokoh di atas. Di antara yang dimaksudkan ialah Muhammad bin Idris al-Shafi‘e (204H/820M), Ahmad bin Hanbal al-Shaybani (241H/855M), Dawud ibn ‘Ali (270H/883M) dan Muhammad ibn Jarir al-Tabari (311H/923M). Ketokohan dan keilmiahan ulama'-ulama' di atas diiktiraf ramai dan gelaran Imam diberikan kepada mereka. <br />Perbezaan-perbezaan ini dikatakan sebagai pendapat seseorang tokoh itu dan ia dihubungkan kepada namanya. Sesuatu pendapat inilah yang digelar sebagai Mazhab. (A particular school of thought). <br />Pada era ini juga ilmu-ilmu Islam mula dibahagikan kepada beberapa jurusan bagi memudahkan seseorang itu mencapai kemahiran di dalamnya seperti ilmu fiqh, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam, ilmu bahasa dan sebagainya. <br />BAB III<br />A. Sebab-Sebab Wujudnya Perbezaan Pendapat Antara Para Imam Mazhab<br /> Ada beberapa perkataan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah yang mempunyai lebih dari satu mak-sud. Daripada perkataan yang satu ini, ada yang memahaminya dengan satu maksud manakala ada yang memahaminya dengan maksud yang lain.<br />Satu soalan yang agak menghairankan: Kenapakah wujud perbezaan pendapat antara sesama para imam mazhab ? Kita semua sudah mengetahui bahawa ke semua para imam mazhab mendasarkan pendapat mereka kepada dalil al-Qur’an dan al-Sunnah, justeru mengapa wujud perbezaan ? <br />Sebenarnya perbezaan pendapat antara para imam mazhab bukanlah sesuatu yang besar sebagaimana yang kita sangkakan. Perbezaan mereka tidak lain hanyalah pada perkara-perkara kecil dan cabang bukannya asas dan usul sepertimana yang diterangkan oleh ‘Abd al-Rahman I. Doi: <br />Jika seseorang itu betul-betul memerhatikan ajaran fiqh keempat-empat mazhab Islam itu, dia tidak akan menemui sebarang perbezaan pendapat atau perbezaan ajaran dalam konteks prinsip-prinsip asas ajaran Islam sesama mereka. Perbezaan yang wujud hanyalah berkisar pada perkara-perkara furu’ (cabang) dan bukannya perkara-perkara usul (asas) keislaman. <br />Perbezaan furu’ dan bukan usul sebagaimana yang dinyatakan di atas diumpamakan oleh Abu Fath al-Bayanuni sebagai: <br />Satu jenis buah-buahan yang berasal dari sebatang pohon pokok; bukannya berjenis-jenis buah yang berasal dari berlainan pohon pokok. Batang pohon yang satu adalah kitab Allah dan Sunnah sementara ranting-rantingnya adalah dalil-dalil syara’ dan cara berfikir yang berjenis-jenis; manakala hasil buahnya pula adalah hukum fiqh yang sekian banyak dan bermacam-macam itu.[7] <br />Bab ini insya-Allah akan cuba mengupas dan menghuraikan sebab-sebab berlakunya perbezaan pendapat antara para imam mazhab. Akan dibuktikan bahawa sebab-sebab tersebut bukanlah disengajakan oleh mereka tetapi ia adalah sesuatu yang <br />7. Fath al-Bayanuni – Memahami Hakikat Hukum Islam (edisi terjemahan oleh Zaid Husein; Mutiara Ilmu, Surabaya 1994), ms. 7-8.<br /><br />sememangnya wujud disebabkan oleh faktor-faktor sejarah dan fitrah manusia. Akan dibuktikan juga bahawa perbezaan itu hanyalah dalam hal-hal furu’ (cabang) dan tidak melibatkan prinsip. Secara umumnya perbezaan ini timbul kerana dua sebab iaitu: <br />• Faktor kemanusiaan. Manusia dicipta dengan kebolehan yang berbeza-beza, sama ada secara fizikal atau mental. Perbezaan mental lebih tepat diertikan sebagai perbezaan seseorang itu menafsir sesuatu dalil al-Qur’an dan al-Sunnah untuk mengeluarkan sebuah hukum. Ini hanya berlaku terhadap dalil yang bersifat umum sehingga memungkinkan pemahaman yang berbeza.<br />• Faktor sejarah. Pada zaman para imam mazhab, tidak terdapat suasana yang memudahkan mereka untuk memperolehi hadis-hadis atau duduk bersama membicarakan sesuatu hal agama. Para imam mazhab terpaksa berhijrah ke sana sini di seluruh dunia Islam untuk mencari hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Suasana ini ada hubung-kaitnya dengan hukum yang dikeluarkan oleh seseorang imam mazhab itu di mana setiap daripada mereka akan mengeluarkan pendapat berdasarkan hadis-hadis yang sempat mereka terima sahaja.<br /> Kedua-dua faktor di atas akan dihuraikan dengan lebih terperinci berikut ini: <br />Pertama: Satu dalil yang mempunyai beberapa maksud. <br />Ada beberapa perkataan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah yang mempunyai lebih dari satu maksud. Dalam kaedah usul fiqh, ianya dikenali sebagai Lafaz Musytarak.[5] Daripada perkataan yang satu ini, ada yang memahaminya dengan satu maksud manakala ada yang memahaminya dengan maksud yang lain. <br />Contoh yang paling banyak dibicarakan ialah perkataan Quru’ dalam ayat: <br />Dan isteri-isteri yang diceraikan itu hendaklah menunggu dengan menahan diri mereka (dari berkahwin) selama tiga kali suci. [al-Baqarah 2:228]. <br />Quru’ mempunyai dua erti, iaitu haid atau suci; dan juga tempoh haid atau tempoh bersih dari haid. Dalam mengeluarkan hukum dari ayat di atas, para imam mazhab berbeza dalam memahaminya. Malik dan al-Syafi‘e berpendapat bahawa perkataan Quru’ mewakili tempoh bersih dari haid, manakala Abu Hanifah berpendapat ianya mewakili tempoh seseorang itu berada dalam haid. Ahmad dalam pendapatnya yang pertama mengatakan ‘Quru’ itu adalah masa suci kemudian dalam pendapatnya yang kedua mengatakan ia adalah masa dalam keadaan haid.<br /> Dalam contoh ini kita dapat perhatikan bahawa walaupun merujuk kepada satu dalil yang sama, para imam mazhab mempunyai tafsiran hukum yang berbeza. Ini adalah kerana sifat ayat Allah ‘Azza wa Jalla yang adakalanya mempunyai makna yang lebih dari satu. <br />Kedua: Satu dalil yang mempunyai makna hakiki atau kiasan. <br />Kadang kala sesuatu perkataan itu boleh juga mempunyai dua makna, satu makna yang sebenar dan satu makna yang tersembunyi atau kiasan. Dalam kaedah usul fiqh ini digelar sebagai Lafaz Hakiki dan Lafaz Majazi. Contoh yang selalu dibicarakan ialah hukum batal atau tidak wudhu’ apabila bersentuhan antara lelaki dan perempuan. Perbicaraan ini merujuk kepada firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala: <br />…atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air… [al-Nisaa’ 4:43 dan al-Maidah 5:06) <br />al-Syafi‘e pernah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal: “Engkau lebih mengetahui akan hadis-hadis daripada aku. Oleh itu jika ada hadis yang sahih beritahu-lah aku sama ada hadis itu dari Kufah, Basrah atau Syria.”<br />Perkataan La-ma-sa boleh difahami secara hakiki iaitu bersentuhan dan boleh juga difahami secara majazi iaitu bersetubuh antara lelaki dan perempuan. Hikmah di sebalik penggunaan lafaz kiasan di dalam ayat ini ialah kerana Allah enggan menggunakan secara terus-terang perkataan yang mewakili sesuatu perbuatan yang mengurangkan kesopanan dan kemuliaan bahasa al-Qur’an. Perkataan ‘bersetubuh’ adalah kurang sopan untuk digunakan dalam al-Qur’an maka Allah menggunakan perkataan ‘bersentuhan’ sebagai alternatif lain. <br />Abu Hanifah dan al-Syafi‘e berpendapat wudhu’ seseorang itu batal apabila bersentuhan antara berlainan jantina berdasarkan ayat di atas. Malik dan Ahmad berpendapat wudhu’ seseorang yang bersentuhan kulit antara berlainan jantina hanya akan menjadi batal apabila timbulnya perasaan syahwat. Jika tidak ada syahwat maka tidaklah membatalkan wudhu’<br />Di sini kita dapat juga melihat walaupun berdasarkan kepada dalil yang sama, para imam mazhab menafsirnya dengan cara yang berbeza, sesuai dengan keluasan ilmu masing-masing. Setiap mereka mempunyai hujahnya dan setiap mereka mempunyai kebenarannya. <br />Ketiga: Satu dalil yang tidak pasti maksudnya. <br />Ada segelintir kalimah Arab itu yang bersifat tidak pasti maksudnya. Contohnya ialah ayat berikut berkenaan wudhu’: <br />Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sembahyang, maka (berwuduklah) iaitu basuhlah muka kamu, dan kedua belah tangan kamu hingga ke siku…..[al-Maidah 5:06] <br />Perkataan ilaa bermaksud hingga, oleh itu dalam ayat di atas adakah tangan dibasuh hingga ke siku atau juga termasuk siku ? Dalil yang satu di atas boleh mengeluarkan dua pendapat, membasuh tangan tidak termasuk siku dan juga membasuh tangan hendaklah termasuk siku. <br />Keempat: Penerimaan hadis yang berbeza. <br />Masalah ini sering berlaku kerana setiap imam mazhab berfatwa berdasarkan hadis yang sempat mereka dengar atau temui. Hadis-hadis pada zaman para imam mazhab masih belum dihimpunkan secara sistematik. Para imam mazhab terpaksa mencarinya sendiri dengan berhijrah ke sana sini atau bertanya kepada yang lain. al-Syafi‘e pernah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal: <br />Engkau lebih mengetahui akan hadis-hadis daripada aku. Oleh itu jika ada hadis yang sahih beritahulah aku sama ada hadis itu dari Kufah, Basrah atau Syria. Beritahulah aku supaya aku dapat berpegang kepadanya asalkan ianya adalah sahih. <br />Contoh tidak sampainya hadis ialah berkenaan hukum Khamr (arak). Abu Hanifah berpendapat bahawa yang diharamkan oleh perkataan Khamr dalam hadis Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam hanyalah minuman yang diperbuat daripada buah anggur (wine).<br /> Akan tetapi setelah kewafatan beliau, anak muridnya: Abu Yusuf telah menemui sebuah hadis sahih yang menyatakan bahawa semua minuman yang memabukkan itu adalah haram. Hadis tersebut berbunyi: <br />Setiap yang memabukkan itu adalah khamr dan setiap jenis khamr itu adalah haram<br />Maka dengan itu beliau mengeluarkan fatwa baru bagi Mazhab Hanafi bahawa semua minuman yang memabukkan itu adalah haram tanpa terhad kepada yang berasal daripada buah anggur (wine). <br />Kelima: Beza pendapat terhadap kekuatan hadis. <br />Ada kalanya perbezaan wujud kerana antara para imam mazhab, mereka berbeza dalam menilai sesuatu hadis itu, sama ada ianya sahih atau dhaif. Contohnya ialah hukum batal wudhu’ jika termuntah. Abu Hanifah dan Ahmad bin Hanbal berpendapat muntah itu membatalkan wudhu’. Pendapat ini mereka dasarkan kepada hadis: <br />Barangsiapa yang muntah, hidung berdarah, atau makanan dari tenggoroknya keluar lagi atau keluar air madzi; hendaklah dia meninggalkan solat, mengulangi wudhu’ dan kemudian menyambung solatnya di mana dia tertinggal, tanpa bercakap di antaranya. <br />Walau bagaimanapun Malik dan al-Syafi‘e berpendapat riwayat di atas tidak sahih. Oleh itu mereka tidak mensyaratkan muntah sebagai sesuatu yang membatalkan wudhu’. Demikian beberapa faktor yang menyebabkan perbezaan pendapat antara para imam mazhab. <br />BAB IV<br />A. Berkenalan Dengan Para Imam Mazhab<br />Tidaklah sempurna kefahaman kita tentang mazhab-mazhab Islam yang empat jika kita tidak meninjau terlebih dahulu riwayat hidup para imam mazhab tersebut. Bab ini dimulakan dengan sejarah hidup Abu Hanifah kerana beliau adalah yang terawal di antara mereka. <br />Imam Abu Hanifah <br />Abu Hanifah pada satu hari te-lah berjumpa dengan seorang tokoh agama yang masyhur di ketika itu bernama al-Sya’bi. Melihatkan kepintaran dan ke-cerdasan luar biasa yang ter-pendam dalam Abu Hanifah, al-Sya'bi menasihatkan beliau agar lebih banyak mencurahkan usaha ke dalam bidang ilmu-ilmu Islam.<br />Imam Abu Hanifah atau nama sebenarnya Nu'man bin Tsabit bin Zhuthi' lahir pada tahun 80H/699M di Kufah, Iraq, sebuah bandar yang sudah sememangnya terkenal sebagai pusat ilmu pada ketika itu. Ianya diasaskan oleh ‘Abd Allah ibn Mas‘ud radhiallahu ‘anh (32H/652M), seorang sahabat zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ayahnya seorang pedagang besar, sempat hidup bersama ‘Ali bin Abi Talib radhiallahu ‘anh. Abu Hanifah sekali-sekala ikut serta dalam urusniaga ayahnya akan tetapi minatnya yang lebih besar ialah ke arah membaca dan menghafal Qur'an. <br />Abu Hanifah pada satu hari telah berjumpa dengan seorang tokoh agama yang masyhur pada ketika itu bernama al-Sya’bi. Melihatkan kepintaran dan kecerdasan luar biasa yang terpendam dalam Abu Hanifah, al-Sya'bi menasihatkan beliau agar lebih banyak mencurahkan usaha ke dalam bidang ilmu-ilmu Islam. Dengan nasihat dan dorongan al-Sya'bi, Abu Hanifah mula menceburkan diri secara khusus mempelajari ilmu-ilmu Islam. <br />Abu Hanifah mula belajar dengan mendalam ilmu-ilmu qiraat, ilmu bahasa Arab, ilmu kalam dan lain-lain. Akan tetapi bidang ilmu yang paling diminatinya ialah ilmu hadis dan fiqh. Beliau banyak meluangkan masa dan tenaga mendalaminya. Abu Hanifah meneruskan pembelajarannya dengan bergurukan kepada al-Sya’bi dan beberapa tokoh ilmuan lain di Kufah. Menurut riwayat, jumlah gurunya di Kufah sahaja berjumlah 93 orang. <br />Beliau kemudiannya berhijrah ke bandar Basrah untuk berguru bersama Hammad bin Abi Sulaiman, Qatadah dan Shu’bah. Setelah sekian lama berguru dengan Shu’bah yang pada ketika itu terkenal sebagai Amir al-Mu’minin fi Hadis (Pemimpin umat dalam bidang hadis), beliau diizinkan gurunya untuk mula mengajar hadis kepada orang ramai. Berkata Shu'bah: <br />Sebagaimana aku ketahui dengan pasti akan kesinaran cahaya matahari, aku juga ketahui dengan pasti bahawa ilmu dan Abu Hanifah adalah sepasangan bersama. <br />Abu Hanifah tidak hanya berpuas hati dengan pembelajarannya di Kufah dan Basrah. Beliau kemudiannya turun ke Mekah dan Madinah untuk menuntut ilmu. Di sana beliau duduk berguru kepada ‘Atha’ bin Abi Rabah. Kemudiannya Abu Hanifah duduk pula bersama Ikrimah, seorang tokoh besar di Mekah yang juga merupakan anak murid kepada ‘Abd Allah ibn ‘Abbas, ‘Ali bin Abi Talib, Abu Hurairah dan ‘Abd Allah ibn ‘Umar radhiallahu ‘anhum. Kehandalan Abu Hanifah dalam ilmu-ilmu hadis dan fiqh diiktiraf oleh Ikrimah sehingga beliau kemudiannya membenarkan Abu Hanifah menjadi guru kepada penduduk Mekah. <br />Abu Hanifah kemudiannya meneruskan pengajiannya di Madinah bersama Baqir dan Ja’afar al-Siddiq. Kemudiannya beliau duduk bersebelahan dengan Malik bin Anas, tokoh besar kota Madinah ketika itu. Walaupun Abu Hanifah 13 tahun lebih tua daripada Malik, ini tidak menghalangnya untuk turut serta belajar. Apabila guru kesayanganya Hammad meninggal dunia di Basrah pada tahun 120H/738M, Abu Hanifah telah diminta untuk mengganti kedudukan Hammad sebagai guru dan sekaligus tokoh agama di Basrah. Melihatkan tiada siapa lain yang akan meneruskan perjuangan Hammad, Abu Hanifah bersetuju kepada jawatan tersebut. <br />Mulai di sinilah Abu Hanifah mengajar dan menjadi tokoh besar terbaru dunia Islam. Orang ramai dari serata pelusuk dunia Islam datang untuk belajar bersamanya. Disamping mengajar, Abu Hanifah ialah juga seorang pedagang dan beliau amat bijak dalam mengadili antara dua tanggung-jawabnya ini sebagaimana terang anak muridnya al-Fudail ibn ‘Iyyad: <br />Adalah Abu Hanifah seorang ahli hukum, terkenal dalam bidang fiqh, banyak kekayaan, suka mengeluarkan harta untuk sesiapa yang memerlukannya, seorang yang sangat sabar dalam pembelajaran baik malam atau siang hari, banyak beribadat pada malam hari, banyak berdiam diri, sedikit berbicara terkecuali apabila datang kepadanya sesuatu masalah agama, amat pandai menunjuki manusia kepada kebenaran dan tidak mahu menerima pemberian penguasa. <br />Pada zaman pemerintahan Abbasid, Khalifah al-Mansur telah beberapa kali meminta beliau menjawat kedudukan qadi kerajaan. Abu Hanifah berkeras menolak tawaran itu. Jawapan Abu Hanifah membuatkan al-Mansur marah lalu dia menghantar Abu Hanifah ke penjara. Akan tetapi tekanan daripada orang ramai menyebabkan al-Mansur terpaksa membenarkan Abu Hanifah meneruskan pengajarannya walaupun daripada dalam penjara. Apabila orang ramai mula mengerumuni penjara untuk belajar bersama Abu Hanifah, al-Mansur merasakan kedudukannya mula tergugat. al-Mansur merasakan Abu Hanifah perlu ditamatkan hayatnya sebelum terlambat. <br />Akhirnya Abu Hanifah meninggal dunia pada bulan Rejab 150H/767M ketika di dalam penjara disebabkan termakan makanan yang diracuni orang. Dalam riwayat lain disebutkan bahawa beliau dipukul dalam penjara sehingga mati. Kematian tokoh ilmuan Islam ini dirasai oleh dunia Islam. Solat jenazahnya dilangsungkan 6 kali, setiapnya didirikan oleh hampir 50,000 orang jamaah. Abu Hanifah mempunyai beberapa orang murid yang ketokohan mereka membolehkan ajarannya diteruskan kepada masyarakat. Antara anak-anak murid Abu Hanifah yang ulung ialah Zufar (158H/775M), Abu Yusuf (182H/798M) dan Muhammad bin Hasan al-Syaibani (189H/805M). <br />Imam Malik bin Anas <br />Imam Malik bin Anas lahir di Madinah pada tahun 93H/711M. Beliau dilahirkan di dalam sebuah kota yang merupakan tempat tumbuhnya Islam dan berkumpulnya generasi yang dididik oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, radhiallahu ‘anhum. Sejarah keluarganya juga ada hubung-kait dengan ilmu Islam dengan datuknya sendiri seorang perawi dan penghafal hadis yang terkemuka. Pakciknya juga, Abu Suhail Nafi’ adalah seorang tokoh hadis kota Madinah pada ketika itu dan dengan beliaulah Malik bin Anas mula mendalami ilmu-ilmu agama, khususnya hadis. Abu Suhail Nafi’ ialah seorang tabi‘in yang sempat menghafal hadis daripada ‘Abd Allah ibn ‘Umar, ‘A'isyah binti Abu Bakar, Umm Salamah, Abu Hurairah dan Abu Sa‘id al-Khudri radhiallahu ‘anhum. <br />Selain Nafi’, Malik bin Anas juga duduk berguru dengan Ja'afar al-Siddiq, cucu kepada al-Hasan, cucu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Malik juga duduk belajar di Masjid Nabawi berguru dengan Muhammad Yahya al-Ansari, Abu Hazim Salmah al-Dinar, Yahya bin Sa'ad dan Hisham bin ‘Urwah. Mereka ini semua ialah anak murid kepada sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Suasana kehidupan Malik bin Anas di Madinah yang ketika itu dipenuhi dengan para tabi‘in amatlah menguntungkannya. Para tabi‘in ini adalah mereka yang sempat hidup bersama sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka sempat belajar, mendengar hadis dan mengamalkan perbuatan para sahabat secara terus. Inilah antara sebab kenapa Malik bin Anas tidak pernah meninggalkan Madinah kecuali apabila pergi menunaikan ibadat hajinya. <br />Suasana kehidupan Malik bin Anas di Madinah yang ketika itu dipenuhi den-gan para tabi‘in amatlah menguntung-kannya. Para tabi‘in ini adalah mereka yang sempat hidup bersama sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. Mereka sempat belajar, mendengar hadis dan mengamalkan perbuatan para sahabat secara terus.<br />Malik bin Anas kemudiannya mengambil alih sebagai tokoh agama di Masjid Nabawi. Ajarannya menarik sejumlah orang ramai daripada pelbagai daerah dunia Islam. Beliau juga bertindak sebagai mufti Madinah pada ketika itu. Malik juga ialah antara tokoh yang terawal dalam mengumpul dan membukukan hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam kitabnya Al Muwattha'.[1] Kitabnya ini menjadi hafalan dan rujukan orang ramai sehinggakan ia pernah dikatakan oleh al-Syafi‘e sebagai: <br />Tidak wujud sebuah buku di bumi yang paling hampir kepada al-Qur'an melainkan kitab Imam Malik ini. <br />Antara tokoh besar yang duduk belajar bersama Malik ialah Abu Hanifah dari Kufah. Selain itu diriwayatkan bahawa sebanyak 1300 tokoh-tokoh lain yang duduk bersama menuntut ilmu bersama Malik di Masjid Nabawi. Antaranya termasuklah Muhammad bin Idris, yang kemudiannya terkenal dengan gelaran Imam al-Syafi‘e. Ketinggian ilmu Malik bin Anas pernah diungkap oleh Imam Ahmad bin Hanbal sebagai: <br />Malik adalah penghulu dari para penghulu ahli ilmu dan dia pula seorang imam dalam bidang hadis dan fiqh. Siapakah gerangan yang dapat menyerupai Malik ? <br />Malik pernah dihukum oleh gabenor Madinah pada tahun 147H/764M kerana telah mengeluarkan fatwa bahawa hukum talak yang cuba dilaksanakan oleh kerajaan Abbasid sebagai tidak sah. Kerajaan Abbasid ketika itu telah membuat fatwa sendiri bahawa semua penduduk perlu taat kepada pemimpin dan barangsiapa yang enggan akan terjatuh talak ke atas isterinya ! Memandangkan rakyat yang lebih taatkan ulama' daripada pemimpin, pemerintah Abbasid telah memaksa Malik untuk mengesahkan fatwa mereka. Malik enggan malah mengeluarkan fatwa menyatakan bahawa talak sedemikian tidak sah (tidak jatuh talaknya). Malik ditangkap dan dipukul oleh gabenor Madinah sehingga bahunya patah dan terkeluar daripada kedudukan asalnya. Kecederaan ini amatlah berat sehinggakan beliau tidak lagi dapat bersolat dengan memegang kedua tangannya di dada, lalu dibiarkan sahaja di tepi badannya. <br />Malik kemudiannya dibebaskan dan beliau kembali mengajar di Madinah sehinggalah beliau meninggal dunia pada 11 Rabiul-Awal tahun 179H/796M. Di antara anak-anak murid beliau yang masyhur ialah ‘Abd al-Rahman bin al-Qasim al-Tasyri (191H/807M), Ibn Wahhab Abu Muhammad al-Masri (199H/815M) dan Yahya bin Yahya al-Masmudi (234H/849M). <br />Imam al-Syafi‘e <br />Imam al-Syafi‘e lahir di Gaza, Palestin pada tahun 150H/767M. Nama sebenarnya ialah Muhammad bin Idris al-Syafi‘e. Beliau mempunyai pertalian darah Quraish dan hidup tanpa sempat melihat ayahnya. Pada umur 10 tahun ibunya membawanya ke Mekah untuk ibadah Haji dan selepas itu beliau tetap berada di sana menuntut ilmu. Di Mekah al-Syafi‘e memulakan perguruannya kepada Muslim bin Khalid al-Zanji, mufti Kota Mekah ketika itu. <br />Suasana ini memberikan kelebihan yang penting bagi al-Syafi‘e, iaitu beliau berkesempatan untuk belajar dan membanding antara dua ajaran Islam, iaitu ajaran Malik bin Anas dan ajaran Abu Hanifah.<br />Kitab ilmu yang paling terkemuka pada ketika itu ialah al-Muwattha' karangan Malik bin Anas dan al-Syafi‘e dalam usia mudanya 15 tahun telahpun menghafal keseluruhan kitab tersebut. al-Syafi‘e kemudiannya berhijrah ke Madinah untuk berguru dengan penulis kitab itu sendiri. Ketika itu al-Syafi‘e berumur 20 tahun dan beliau terus duduk bersama Malik sehinggalah kematiannya pada tahun 179H/796M. Ketokohan al-Syafi‘e sebagai murid terpintar Malik bin Anas mulai diiktiraf ramai. al-Syafi‘e mengambil alih sebentar kedudukan Malik bin Anas sebagai guru di Masjid Nabawi sehinggalah beliau ditawarkan kedudukan pejabat oleh Gabenor Yaman. Jawatan al-Syafi‘e di Yaman tidak lama kerana beliau telah difitnah sebagai pengikut Mazhab Syi‘ah. Selain itu pelbagai konspirasi lain dijatuhkan ke atasnya sehinggalah beliau dirantai dan dihantar ke penjara Baghdad, pusat pemerintahan Dinasti Abbasid ketika itu. <br />al-Syafi‘e dibawa menghadap ke Khalifah Harun al-Rashid dan beliau berjaya membuktikan kebenaran dirinya. Kehandalan serta kecekapan al-Syafi‘e membela dirinya dengan pelbagai hujah agama menyebabkan Harun tertarik kepadanya. al-Syafi‘e dibebaskan dan dibiarkan bermastautin di Baghdad. Di sini al-Syafi‘e telah berkenalan dengan anak murid Abu Hanifah dan duduk berguru bersama mereka, terutamanya Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani. Suasana ini memberikan kelebihan yang penting bagi al-Syafi‘e, iaitu beliau berkesempatan untuk belajar dan membanding antara dua ajaran Islam: ajaran Malik bin Anas dan ajaran Abu Hanifah. <br />Pada tahun 188H/804M, al-Syafi‘e berhijrah ke Mesir. Sebelum itu beliau singgah sebentar di Mekah dan di sana beliau diberi penghormatan dan dipelawa memberi kelas pengajian. al-Syafi‘e kini mula diiktiraf sebagai seorang imam dan beliau banyak meluahkan usaha untuk cuba menutup jurang perbezaan antara ajaran Malik bin Anas dan Abu Hanifah. Usahanya ini tidak disambut baik oleh penduduk Mekah kerana kebiasaan mereka kepada ajaran Malik. <br />Pada tahun 194H/810M, al-Syafi‘e kembali semula ke Baghdad dan beliau dipelawa untuk memegang jawatan qadi bagi Dinasti Abbasid. Beliau menolak dan hanya singgah selama 4 tahun di Baghdad. al-Syafi‘e kemudian kembali ke Mesir dan memusatkan ajarannya di sana. Daud bin ‘Ali pernah ditanya akan kelebihan al-Syafi‘e berbanding tokoh-tokoh lain pada ketika itu, maka beliau menjawab: <br />al-Syafi‘e mempunyai beberapa keutamaan, berkumpul padanya apa yang tidak terkumpul pada orang lain. Dia seorang bangsawan, dia mempunyai agama dan i'tiqad yang benar, seorang yang sangat murah hati, mengetahui hadis sahih dan hadis daif, nasikh, mansukh, menghafal al-Qur'an dan Hadis, perjalanan hidup para Khulafa' al-Rashidun dan amat pandai mengarang. <br />Dalam usahanya untuk cuba menutup jurang perbezaan antara ajaran Malik bin Anas dan Abu Hanifah, al-Syafi‘e menghadapi banyak tentangan daripada pengikut-pengikut Mazhab Maliki yang taksub kepada guru mereka. Pada satu malam dalam perjalanan balik ke rumah dari kuliah Maghribnya di Mesir, al-Syafi‘e telah dipukul sehingga menyebabkan kematiannya. Pada ketika itu al-Syafi‘e juga sedang menghadapi penyakit buasir yang agak serius. <br />al-Syafi‘e meninggal dunia pada 29 Rejab tahun 204H/820M di Mesir. Beliau meninggalkan kepada dunia Islam sebuah kitab yang paling agung dalam bidang usul fiqh berjudul al-Risala. Kitab ini adalah yang terawal dalam menyatakan kaedah-kaedah mengeluarkan hukum daripada sesebuah nas al-Qur’an dan al-Sunnah. Selain itu al-Syafi‘e juga meninggalkan kitab fiqhnya yang masyhur berjudul al-Umm. Ajaran al-Syafi‘e diteruskan oleh beberapa anak muridnya yang utama seperti Abu Yakub al-Buwayti (231H/846M), Rabi’ bin Sulaiman al-Marali (270H/884M) dan Abu Ibrahim bin Yahya al-Muzani (274H/888M). <br />Imam Ahmad bin Hanbal <br />Imam Abu ‘Abd Allah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dilahirkan di Baghdad pada tahun 164H/781M. Ayahnya seorang mujahid Islam dan meninggal dunia pada umur muda 30 tahun. Ahmad kemudiannya dibesarkan oleh ibunya Saifiyah binti Maimunah. Ahmad bin Hanbal menghafal al-Qur’an sejak kecil dan pada umurnya 16 tahun dia sudah menjadi penghafal hadis yang terkenal. Ahmad bin Hanbal meneruskan pengajian hadisnya dengan sekian ramai guru dan beliau pada akhir hayatnya dijangkakan telah menghafal lebih daripada sejuta hadis termasuk barisan perawinya. <br />Ahmad bin Hanbal menghafal al-Qur’an sejak kecil dan pada umurnya 16 tahun dia su-dah menjadi penghafal hadis yang terkenal.<br />Pada tahun 189H/805M Ahmad bin Hanbal berhijrah ke Basrah dan tidak lama kemudian ke Mekah dan Madinah untuk menuntut ilmu. Di sana beliau sempat duduk berguru dengan al-Syafi‘e. Sebelum itu guru-gurunya yang masyhur ialah Abu Yusuf, Husain ibn Abi Hazim al-Washithi, ‘Umar ibn ‘Abd Allah ibn Khalid, ‘Abd al-Rahman ibn Mahdi dan Abu Bakar ibn ‘Iyasy. Pada tahun 198H Ahmad bin Hanbal ke Yaman pula untuk berguru dengan ‘Abd al-Razzaq ibn Humam, seorang ahli hadis yang besar ketika itu, terkenal dengan kitabnya yang berjudul al-Musannaf. Dalam perjalanannya ini Ahmad mula menulis hadis-hadis yang dihafalnya setelah sekian lama. <br />Ahmad bin Hanbal kembali semula ke Baghdad dan mula mengajar. Kehebatannya sebagai seorang ahli hadis dan pakar fiqh menarik perhatian orang ramai dan mereka mula mengerumuninya untuk belajar bersama. Antara anak muridnya yang kemudian berjaya menjadi tokoh hadis terkenal ialah al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud. al-Qasim ibn Salam pernah berkata: <br />Ahmad bin Hanbal adalah orang yang paling ahli dalam bidang hukum dan aku tidak melihat ada orang yang lebih mengetahui tentang al-Sunnah selain dia. Dia tidak pernah bersenda gurau, dia selalu berdiam diri, tidak memperkatakan apa-apa selain ilmu. <br />Ahmad bin Hanbal pernah mengalami pengalaman hidup dalam penjara kerana kekerasannya menentang Mazhab Mu’tazilah yang diterima oleh pemerintah Abbasid ketika itu. Mereka (pemerintah) memaksa Ahmad mengesahkan mazhab baru tersebut. Ahmad enggan dan ini menyebabkan beliau dirotan dalam penjara sehingga tidak sedarkan diri. <br />Ketegasan Ahmad dan tekanan daripada orang ramai akhirnya menyebabkan pihak pemerintah terpaksa membebaskan beliau. Ahmad kemudian meneruskan pengajarannya kepada orang ramai sehinggalah kematiannya pada tahun 241H/856M. Ahmad bin Hanbal meninggalkan kepada dunia Islam kitab hadisnya yang terkenal iaitu al-Musnad yang mengandungi lebih kurang 30,000 hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan atsar para sahabat radhiallahu ‘anhum. Dua orang anaknya yang utama meneruskan perjuangan ayah mereka, iaitu ‘Abd Allah bin Ahmad dan Salih bin Ahmad. <br />Demikian secara ringkas riwayat hidup para imam mazhab yang masyhur. Selain itu terdapat juga beberapa tokoh yang tidak kurang hebatnya yang hidup sezaman dengan mereka. Akan tetapi kerana beberapa sebab tertentu, mazhab para tokoh ini tidak bertahan lama atau tidak menjadi masyhur. Antara tokoh-tokoh yang dimaksudkan itu ialah: <br /> Imam al-Awza‘e. <br />Nama sebenar beliau ialah ‘Abd al-Rahman ibn al-Awza‘e<br />Dilahirkan di kota Ba’labek, Syria pada tahun 89H/708M. Terkenal sebagai seorang tokoh hadis yang terkemuka pada zamannya. Antara prinsip ajaran fiqhnya ialah menjauhkan penggunaan kaedah qiyas apabila wujudnya dalil yang jelas dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Mazhab al-Awza‘e terkenal di Syria, Jordan, Palestin dan Lubnan sehinggalah ke kurun ke 10M apabila Mazhab al-Syafi‘e mula mempengaruhi penduduk di sana. al-Awza‘e meninggal dunia di Beirut pada tahun 157H/774M. Prinsip-prinsip ajaran beliau berkenaan penggunaan qiyas banyak tertulis di dalam kitab-kitab usul fiqh hingga ke hari ini. <br /> Imam Zaid <br />adalah cucu kepada Ali bin Abi Talib melalui anaknya Hasan. Beliau di lahirkan di Madinah pada tahun 81H/700M dan menumpukan perhatian kepada ilmu al-Qur’an dan al-Sunnah. Beliau mengajar di beberapa bandar dan kota, antaranya Madinah, Basrah Kufah dan Wasit. Ajarannya masih diamalkan hingga kini di beberapa lokasi terpencil di Yaman. <br /> Imam al-Layts ibn Sa‘ad <br />berketurunan Parsi, lahir di Mesir pada tahun 97H/716M. Beliau mempelajari jurusan-jurusan ilmu Islam daripada Abu Hanifah dan Malik bin Anas. Ketokohannya di Mesir sangat terserlah sehinggakan al-Syafi‘e juga berhijrah ke sana untuk duduk belajar bersama anak-anak muridnya. al-Layts meninggal dunia pada tahun 174H/791M dan ajaran-ajarannya tidak tersebar luas kerana beliau melarang anak muridnya menulisnya. <br /> <br />Imam Sufyan al-Tsauri lahir di Kufah pada tahun 100H/719M dan merupakan salah orang ulama’ yang besar di sana di samping Abu Hanifah. Beliau berani menyuarakan ketidak-setujuannya terhadap beberapa prinsip pemerintahan Abbasid ketika itu yang tidak sehaluan dengan ajaran Islam. Sufyan al-Tsauri diburu oleh pihak pemerintah menyebabkan beliau banyak menghabiskan masa hidupnya mengajar dalam persembunyian hinggalah ke hari kematiannya pada tahun 160H/777M. <br /> Imam Dawud al-Zahiri <br />lahir di Kufah pada tahun 236H/851M. Nama sebenarnya ialah Dawud bin ‘Ali. Beliau pernah berguru dengan al-Syafi‘e dan Ahmad bin Hanbal dalam ilmu hadis dan fiqh. Dawud bin ‘Ali berpegang kepada prinsipnya yang tersendiri iaitu hanya menerima nas al-Qur’an dan al-Sunnah dalam bentuknya yang zahir tanpa ditakwil atau diqiyaskan. Oleh itulah beliau terkenal sebagai al-Zahiri yang berasal dari perkataan ‘zahir’. Dawud bin ‘Ali meninggal dunia pada tahun 270H/883M dan mazhabnya banyak didokongi oleh tokoh ilmuan yang terkenal pada kurun ke 11M, iaitu Imam Ibn Hazm (456H/1064M). <br /> Imam al-Tabari <br />atau nama sebenarnya Muhammad ibn Jarir ibn Yazid al-Tabari lahir di Tabaristan pada tahun 224H/839M. Beliau banyak merantau menuntut ilmu di seluruh semenanjung Arab sehingga ke Mesir. Beliau sempat mendalami ajaran-ajaran Abu Hanifah, Malik dan al-Syafi‘e. Sekembalinya ke tempat asalnya beliau mula mengajar kepada orang ramai. Antara hasil tulisannya yang terkenal ialah kitab tafsir berjudul Jami’ al-Bayan yang terkenal sehingga hari ini. <br /> Demikian riwayat hidup ringkas beberapa tokoh-tokoh Islam terawal yang memainkan peranan penting dalam menghidup dan memajukan Islam dari sudut keilmuannya. Mereka mengorbankan keseluruhan hidup mereka untuk mencari dan menyebarkan ilmu. Jasa-jasa mereka dapat kita manfaatkan hingga hari ini.[8] <br />Tokoh-tokoh Islam di atas juga dikenali sebagai imam-imam mujtahid. Imam Mujtahid bermaksud imam yang melakukan ijtihad. Ijtihad dari sudut bahasa bererti: <br />8. Hasbi al-Shiddieqie – Pokok-pokok Pegangan Imam Mazhab (Rizki Putra, Semarang 1997), ms. 413-542;. A.Rahman I.Doi – Shari’ah: The Islamic Law, ms. 88-111; Abu Ameenah Bilal Philips – The Evolution of Fiqh, ms. 63-90.<br />Mencurah segala kemampuan dalam segala perbuatan. Kata-kata ijtihad tidak dipergunakan kecuali kepada hal-hal yang mengandungi kesulitan dan memerlukan banyak tenaga. <br />Sementara dari sudut syara', ijtihad bererti: <br />Mencurah segala kemampuan bagi mendapatkan hukum syara’ yang bersifat praktikal dengan cara istimbat – mengambil kesimpulan hukum.[9] <br />Seorang yang berijtihad dengan menggali, menganalisa dan mengkaji sumber-sumber ilmuan Islam dari al-Qur’an dan al-Sunnah digelar sebagai seorang Mujtahid sepertimana tokoh-tokoh yang dihuraikan biografi mereka di atas. <br /><br />9. al-Syaukani – Irsyad al-Fuhul, ms. 250 sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Qaradhawi di dalam bukunya Ijtihad dalam Syari‘at Islam-Beberapa pandangan dan analisa tentang ijtihad Kontemporer (edisi terjemahan oleh Achmad Syathori; Thinker’s Library, K.Lumpur 1988), ms. 1-2.<br />BAB V<br />A. Pegangan Dan Prinsip Para Imam Mazhab<br />Setiap para imam mazhab: Abu Hanifah, Malik bin Anas, al-Syafi‘e dan Ahmad bin Hanbal rahimahullah tidak berpegang kepada sesuatu sumber yang lain dalam mazhab mereka melainkan al-Qur’an dan al-Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka juga tidak mengeluarkan apa-apa pendapat melainkan merujuk kepada kepada dua sumber mulia tersebut. Hanya apabila timbul sesuatu persoalan yang tidak dibahas secara terperinci oleh kedua-dua sumber tersebut, mereka mengeluarkan pendapat berdasarkan kaedah qiyas, ijma’ dan sebagainya. Semua kaedah ini dirumuskan berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah juga. <br />Keteguhan para imam mazhab berpegang kepada al-Qur’an dan al-Sunnah dapat kita lihat melalui perkataan dan hujah mereka sendiri. Umpamanya telah berkata Abu Hanifah rahimahullah: <br />Saya mengambil (hukum agama) dari kitab Allah (al-Qur'an); Apa yang saya tidak temui dalamnya, maka saya ambil dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika saya tidak temui dalam kitab Allah atau sunnah Rasulullah, nescaya saya ambil pula pendapat sahabat-sahabatnya.[10] <br />Selain itu beliau juga pernah menegaskan: <br />Saya tidak menggunakan qiyas kecuali jika sangat mendesak; iaitu pertama-tama saya mencari dalil untuk sesuatu masalah dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, atau keputusan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. <br />Kalau saya tidak temukan jawapannya maka saya qiyaskan kepada masalah yang tidak disebut di dalam nas itu dengan masalah yang disebutkan di dalam nas dengan benar-benar memperhatikan kesamaan illat (sebab) antara kedua-dua masalah itu. (Inilah yang dimaksudkan dengan kaedah “qiyas”.) <br /><br />10. Riwayat al-Khatib al-Baghdadi di dalam Tarikh Baghdad, jld. 13, ms. 368 sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasbi al-Shiddieqie di dalam Pokok-pokok Pegangan Imam Mazhab, ms. 142-143. <br />al-Imam al-Khatib al-Baghdadi ialah Ahmad ibn ‘Ali ibn Tsabit. Beliau lahir pada 392H/1002M dan merupakan seorang ahli hadis dan sejarah yang ulung pada kurun ke 4 hijrah. Meninggal dunia di Baghdad pada 463H/1072M<br /><br />Malik bin Anas rahimahullah juga telah berkata: <br />Jauhilah pendapat orang-orang yang (mengeluarkan pendapat) berdasarkan akal fikiran kecuali jika sudah disepakati oleh para ulama’ (ijma’). Ikutilah al-Qur’an yang telah diturunkan kepadamu oleh Tuhan kamu dan ikutilah Hadis yang telah diturunkan kepadamu oleh Nabi kamu. <br />al-Syafi‘e rahimahullah menegaskan: <br />Menjadikan usul sebagai dasar pegangan adalah perbuatan orang-orang yang berakal dan usul itu tidak boleh dipertanyakan mengapa dan bagaimana. Kemudian bertanya seseorang: Apakah yang dimaksudkan dengan usul ? al-Syafi‘e menjawab: al-Qur’an, Hadis dan qiyas atas keduanya. Ditanya lagi kepada al-Syafi‘e berkenaan qiyas, lalu beliau menjawab: Qiyas hanya boleh dipergunakan ketika sangat mendesak dan tidak boleh mempergunakan qiyas kecuali untuk tujuan taat kepada Allah dan Rasul-Nya dengan penyerahan diri yang sepenuhnya. <br />Ahmad bin Hanbal rahimahullah juga tidak terlepas daripada berpegang teguh kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Beliau mengecam keras ke atas orang-orang yang menggunakan akal fikiran dalam beragama dengan membelakangkan sumber wahyu al-Qur’an dan al-Sunnah. Beliau pernah berkata: <br />Saya tidak mengetahui orang-orang yang mengkaji kitab-kitab agama berdasarkan akal fikiran kecuali pada umumnya di hati mereka itu ada penyakit! <br />Demikian beberapa penegasan daripada para imam mazhab terdahulu berkenaan pegangan mereka kepada al-Qur’an dan al-Sunnah dan pesanan mereka supaya menjauhi akal fikiran dalam beragama. Justeru itu kita dapati al-Sya’rani rahimahullah, setelah menghuraikan bab ini setebal 56 mukasurat dalam kitabnya al-Mizan-ul-Kubra merumuskan: <br />Saudara, apa yang telah saya sebutkan itu sudah cukup untuk menjelaskan bahawa empat imam mazhab itu dan imam-imam mujtahid yang lain semuanya terikat dengan dalil-dalil yang mereka ambil dari al-Qur’an dan al-Sunnah; dan mereka semuanya menghindari dasar akal fikiran dalam berpendapat tentang masalah agama. Ketahuilah bahawa semua mazhab imam-imam mujtahid yang empat itu bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah ! <br />Lebih dari itu ialah teguran Ibn Hazm rahimahullah, seorang ulama’ besar pada kurun ke 11M, dengan kata beliau: <br />Semua hukum yang telah digali oleh para imam mazhab adalah bersumber daripada syari‘at walaupun dalilnya tidak difahami oleh kalangan awam. Barangsiapa yang mengingkari hakikat ini bererti mereka mengganggap para imam mazhab tersebut telah terjerumus ke dalam kesalahan dan telah mensyari‘atkan hukum yang tidak diizinkan oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Anggapan yang sedemikian ini adalah sesuatu yang keliru lagi sesat. Yang benar adalah jika para imam mazhab itu tidak mengetahui dalilnya pasti mereka tidak akan mencetuskan sesuatu hukum (berkenaan masalah agama). <br />Walaupun merujuk sepenuhnya kepada al-Qur’an dan al-Sunnah, adakalanya para imam mazhab berbeza pendapat dalam mengeluarkan hukum. Perbezaan ini wujud bukan atas faktor kesengajaan tetapi kerana beberapa faktor fitrah kemanusian dan sejarah yang sememangnya sukar untuk dielakkan pada zaman mereka. Faktor-faktor ini akan dihuraikan dalam bab seterusnya. <br />Bab ini diakhiri dengan sebuah keterangan yang bermanfaat daripada Ibn Taimiyah rahimahullah berkenaan para imam mazhab dan keutamaan mereka: <br />Sesungguhnya mereka, para imam mazhab adalah para Khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam umatnya dan penghidup sunnahnya yang telah mati. <br />Dengan mereka al-Qur’an tegak dan dengan al-Qur’an mereka bangkit. Dengan mereka al-Qur’an berbicara dan dengan al-Qur’an mereka berbicara. Hendaklah diketahui bahawa tidak ada seorangpun dari para imam ini yang telah diterima umat secara meluas, (bertindak) sengaja menentang sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik dalam masalah kecil ataupun besar. <br />Mereka semuanya sepakat tentang wajibnya mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Setiap orang boleh diambil dan ditinggalkan perkataannya kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. <br /><br /><br />BAB VI<br />A. Teladan Para Imam Mazhab Dalam Menghadapi Perbezaan Pendapat<br />Perbezaan pendapat di kalangan para imam mazhab tidak pernah melebihi daripada apa yang sepatutnya. Perbezaan ini tidak bersangkutan dengan sifat taksub, sombong diri, hasad dan apa-apa lain penyakit hati. Para imam mazhab tidak pernah mempunyai tujuan yang lain dalam usaha mereka kecuali mengajar serta menegakkan agama Islam kepada umat. <br />Perbezaan pendapat antara mazhab juga tidak menjadi faktor penghalang untuk solat bersama-sama. Apa-bila tiba sahaja musim Haji, semua umat Islam tidak kira sama ada para imam mazhab atau murid mereka atau pengikut me-reka akan turun ke Mekah dan Madinah untuk menu-naikan amalan haji.<br />Justeru jika kita kaji sejarah dan riwayat hidup mereka, kita akan dapati sifat bertolak-ansur dan terbuka yang amat tinggi di antara mereka. Mereka menerima teguran dengan hati yang terbuka, membetulkan ajaran yang tersilap, menghormati antara satu sama lain dan saling membanding ajaran sesama mereka. Manakan tidak, bukankah para imam mazhab itu pada mulanya duduk berguru sesama mereka, mengasaskan ajaran daripada sumber yang sama dan mempunyai tujuan yang sama? <br />Pernah sekali Malik bin Anas ditanya adakah perlu membasuh jari-jari kaki ketika berwudhu’. Beliau menjawab “Itu tidak perlu”. Setelah berakhirnya majlis kuliah tersebut, seorang anak murid Malik, bernama Ibn Wahhab berkata “Aku mengetahui akan suatu hadis berkenaan soalan tadi.” <br />Bertanya Malik: “Hadis apakah itu ?” <br />Ibn Wahhab berkata: “Laits ibn Sa‘ad, Ibn Luhai‘ah dan ‘Amr bin al-Harits meriwayatkan dari jalan Yazid bin ‘Amr, dari Mustawrid bin Shaddad; di mana mereka telah berkata: ‘Kami melihat Rasulullah menggosok antara jari-jari kakinya ketika berwudhu dengan anak jarinya’.” <br />Berkata Malik: “Riwayat ini adalah sahih. Aku tidak pernah mendengarnya hingga seketika tadi.” <br />Ibn Wahhab seterusnya menerangkan bahawa Malik kemudian mengajar orang ramai untuk menggosok jari-jari kaki mereka apabila berwudhu’.[1] Demikian satu contoh daripada Malik, apabila dia mendengar suatu hadis dan dikenali sanadnya berdarjat sahih, dia terus membetulkan ajarannya. <br />Ahmad bin Hanbal pada awalnya berpendapat bahawa perkataan quru’ dalam ayat: <br />Dan isteri-isteri yang diceraikan itu hendaklah menunggu dengan menahan diri mereka (dari berkahwin) selama tiga kali suci (quru’). [Maksud surah al-Baqarah 2:228] bermaksud bersih dari haid. Kemudian apabila dia menemui sebuah hadis di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diriwayatkan telah berkata kepada Fatimah binti Hubaisy radhiallahu ‘anha: Tinggalkanlah solat pada masa quru’-mu, Ahmad telah membetulkan pendapatnya yang awal dengan berkata: <br />Aku pada mulanya mengatakan bahawa quru’ itu ialah suci (dari haid), sekarang aku berpendapat bahawa quru’ itu ialah haid dan bukan suci (dari haid). <br />Dalam kesungguhan mencari hadis pada zaman mereka, para imam mazhab saling bertanya dan berkongsi hadis sesama mereka. Contoh paling baik ialah pesanan al-Syafi‘e kepada Ahmad bin Hanbal: <br />Engkau lebih mengetahui akan hadis-hadis daripada aku. Oleh itu jika ada hadis yang sahih, beritahulah aku, sama ada hadis itu dari Kufah, Basrah atau Syria. Beritahulah aku supaya aku dapat berpegang kepadanya asalkan ia adalah sahih. <br />Teladan lain yang tidak boleh kita lupakan ialah kisah al-Syafi‘e yang mengimami solat subuh di masjid berhampiran kubur Abu Hanifah. Beliau solat tanpa membaca doa qunut dan apabila ditanya seseorang sehabis solat al-Syafi‘e menjawab: <br />Masakan aku hendak melakukan sesuatu yang berlainan dari apa yang diajar olehnya (Abu Hanifah) padahal aku berada berhampirannya. <br />Walaupun pada asalnya al-Syafi‘e berpendapat bahawa doa qunut itu sunat dibaca dalam solat subuh tetapi pendapatnya itu dikebelakangkan sebagai menghormati Abu Hanifah yang berpendapat doa qunut itu tidak sunat dibaca.<br /> Disamping itu al-Syafi‘e juga tidak berqunut pada pagi itu bagi memudahkan jamaahnya yang majoriti pada ketika itu adalah pengikut Abu Hanifah. <br />Ahmad bin Hanbal berpendapat bahawa pendarahan hidung membatalkan wudhu’ dan dengan itu ia membatalkan solat manakala Malik bin Anas pula berpendapat ianya tidak membatalkan. Akan tetapi apabila Ahmad ditanya tentang apakah hukumnya seseorang yang bersolat di belakang imam yang tidak memperbaharui wudhu’nya ketika mengalami pendarahan hidung, Ahmad berkata: <br />Apakah patut aku enggan bersolat di belakang Malik dan Sa‘id ibn al-Musayyib ? <br />Jawapan Ahmad ini menunjukkan sifat keterbukaannya yang tidak membataskan seseorang itu untuk mengikut pendapatnya sahaja. Yang bertanya itu boleh solat di belakang mana-mana imam sekalipun pendapat sesama mereka tentang perkara yang membatalkan wudhu’ dan solat adalah tidak sama. <br />Para imam mazhab sendiri ada kalanya mengubah pendapat dan amalan mereka kepada pendapat imam yang lain. Tidak timbul konsep “Itu mazhab dia, ini mazhab aku!”<br />Perbezaan pendapat antara mazhab juga tidak menjadi faktor penghalang untuk solat bersama-sama. Apabila tiba sahaja musim Haji, semua umat Islam tidak kira sama ada para imam mazhab atau murid mereka atau pengikut mereka akan turun ke Mekah dan Madinah untuk menunaikan amalan haji. Abu Hanifah dan anak muridnya dari Kufah, al-Syafi‘e dan anak muridnya dari Mesir serta Yaman, Ahmad dan anak muridnya dari Baghdad, dan ramai lagi dari serata pelusuk dunia Islam datang ke Mekah dan Madinah dan solat berjamaah di belakang Malik bin Anas dan anak muridnya tanpa sebarang keberatan. Malik berpendapat bacaan Basmalah tidak dibaca secara kuat di dalam solat ketika membaca al-Fatihah manakala Abu Hanifah dan al-Syafi‘e berpendapat ianya dibaca secara kuat. Namun hal ini tidak menghalang mereka solat bersama-sama. <br />Selain itu pemerintah Islam ketika itu, Khalifah Abu Ja’far al-Mansur pernah membuat keputusan untuk menjadikan kitab hadis Malik bin Anas, al-Muwattha’, sebagai kitab yang rasmi bagi seluruh empayar Islam Dinasti Abbasid. Akan tetapi Malik menolak keputusan itu dengan berkata: <br />Sesungguhnya umat Islam merata-rata berpegang dan berpengetahuan dengan hadis dan riwayat yang mungkin kami (Malik) sendiri tidak mengetahuinya.<br />Jawapan Malik membuktikan bahawa dia tahu ada banyak lagi hadis-hadis yang tidak sempat diriwayatkannya dan lebih utama lagi, dia tidak mahu memaksa orang ramai menerima ‘mazhab’nya tanpa pilihan lain. <br />Riwayat hidup al-Syafi‘e juga terkenal dengan apa yang digelar sebagai qaul qadim dan qaul jadid. Qaul qadim merupakan pendapat al-Syafi‘e yang awal ketika berada di Semenanjung Arab. Akan tetapi setelah dia berhijrah ke Iraq dan Mesir, dia telah berjaya menemui sejumlah hadis-hadis yang lain yang membuatkan dia membetul dan menyelaraskan semula ajarannya yang terdahulu. Pembetulannya ini beliau lakukan tanpa malu-malu, hingga terkenal dalam sejarah sebagai Qaul jadid. <br />Demikianlah beberapa contoh yang sempat dikemukakan untuk dijadikan teladan untuk kita bermazhab. Daripada contoh-contoh di atas, boleh kita simpulkan: <br /> Para imam mazhab membetulkan ajaran mereka serta-merta apabila terbukti salah tanpa sebarang sikap ragu-ragu atau keberatan. <br /> Para imam mazhab saling hormat menghormati antara satu sama lain. Mereka menghormati ketinggian ilmu serta pendapat di kalangan mereka. <br /> Para imam mazhab sendiri ada kalanya mengubah pendapat dan amalan mereka kepada pendapat imam yang lain. Tidak timbul konsep “Itu mazhab dia, ini mazhab aku!” <br /> Para imam mazhab tidak memaksa umat Islam untuk mentaati ajaran mereka, malah mereka sendiri yang mengesyorkan agar umat Islam memilih dan mengambil apa yang terbaik. <br /> Para imam mazhab tidak pernah memaksa umat Islam untuk bermazhab ataupun mengikuti mana-mana mazhab. Setiap individu bebas beramal dengan ilmu yang diterima masing-masing. <br /> Para imam mazhab tidak pernah berhenti daripada mencari dan mengkaji ilmu. Usaha mereka diteruskan sehingga ke akhir hayat, membetulkan mana yang salah dan mengajar apa yang baru. Ini dilakukan secara terbuka tanpa bersembunyi atau berdiam diri. <br /> Para imam mazhab tidak mementingkan maruah dan kepentingan diri. Bagi mereka apa yang benar, itulah yang diperjuangkan.<br />BAB VII<br />Penutup<br /><br />A. Kesimpulan<br /><br />Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa perbedaan pendapat di kalangan umat Islam bukanlah suatu fenomena baru, tetapi semenjak masa Islam yang paling dini perbedaan pendapat itu sudah terjadi. Perbedaan terjadi adanya cirri dan pandangan yang berbeda dari setiap mazhab dalam memahami Islam sebagai kebenaran yang satu. Untuk itu kita umat Islam harus selalu bersikap terbuka dan arif dalam memendang serta memahami arti perbedaan, hingga sampai satu titik kesimpulan bahwa berbeda itu tidak identik dengan bertentangan – selama perbedaan itu bergerak menuju kebenaran – dan Islam adalah satu dalam keragaman. <br />Harapnya teladan-teladan yang ditunjukkan oleh para imam mazhab dapat dijadikan pegangan dan iktibar oleh kita. Bagi mereka apa yang benar ialah ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Dari dua sumber inilah mereka mengupas segala hukum dan ajaran untuk kebaikan umat Islam sendiri. Adakalanya mereka tersilap atau kurang tepat tetapi mereka menerima hakikat tersebut dengan sering berunding dan bertukar pendapat sesama mereka. <br />Perbezaan pendapat antara mazhab juga tidak menjadi faktor penghalang untuk solat bersama-sama. Apabila tiba sahaja musim Haji, semua umat Islam tidak kira sama ada para imam mazhab atau murid mereka atau pengikut mereka akan turun ke Mekah dan Madinah untuk menunaikan amalan haji. Abu Hanifah dan anak muridnya dari Kufah, al-Syafi‘e dan anak muridnya dari Mesir serta Yaman, Ahmad dan anak muridnya dari Baghdad, dan ramai lagi dari serata pelusuk dunia Islam datang ke Mekah dan Madinah dan solat berjamaah di belakang Malik bin Anas dan anak muridnya tanpa sebarang keberatan. Malik berpendapat bacaan Basmalah tidak dibaca secara kuat di dalam solat ketika membaca al-Fatihah manakala Abu Hanifah dan al-Syafi‘e berpendapat ianya dibaca secara kuat. Namun hal ini tidak menghalang mereka solat bersama-sama. <br />Daftar pustaka<br />Ensiklopidi Islam (ed: Hafidz Dasuki; PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1994) – ‘Mazhab’. <br /> Huzaemah Tahido – Penghantar Perbandingan Mazhab (Logos Wacana Ilmu; Jakarta, 1997 <br /> Seyyed Husein Nasr - Ideals and Realities of Islam, <br />Hasbi al-Shiddieqie - Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam, <br /> Riwayat al-Khatib al-Baghdadi di dalam Tarikh Baghdad, jld. 13, ms. 368 sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasbi al-Shiddieqie di dalam Pokok-pokok Pegangan Imam Mazhabeducationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-67690584768509425062008-06-01T06:36:00.000-07:002008-06-01T06:39:34.276-07:00മേടോടോലോങി സ്റ്റഡി islam<p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 18pt; font-family: "Broadway BT";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 26pt; font-family: "Broadway BT";">M E T O D O L O G I<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 26pt; font-family: "Broadway BT";">STUDI ISLAM<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 13pt; font-family: "Century Gothic";">OLEH : <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-size: 14pt; font-family: "Century Gothic";">PROF. Dr. H. ABUDDIN NATA, M.A<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">P E N E R B I<span style=""> </span>T<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><st1:place st="on"><st1:city st="on"><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">JAKARTA</span></b></st1:City></st1:place><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">, : PT.RajaGrafindo Persada 2004<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-family: "Arial Narrow";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">DISUSUN OLEH:<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b><span style="font-family: "Arial Narrow";">NIKMATURROHMAH :D31206017<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><o:p> </o:p></p> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";"><br /> </span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>BAB I<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>MISI AJARAN ISLAM <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Studi terhadap misi ajaran Islam secara komprehensif dan mendalam adalah sangat diperlukan karena beberapa sebab sebagai berikut : </p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Pertama</i>, untuk menimbulkan kecintaan manusia terhadap ajaran Islam yang didasarkan kepada alasan yang sifatnya bulan hanya normatif , yakni karena diperintah oleh Allah, dan bukan pula karena emosional semata-mata karena didukung oleh argumentasi yang bersifat rasional, kultural dan aktual. Yitu argumen yang masuk akal, dapat dihayati dan dirasakan oleh umat manusia. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Kedua, </i>untuk membuktikan kepada umat manusia bahwa Islam baik secara normatif maupun secara kultural dan rasional adalah ajaran yang dapat membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik, tanpa harus mengganggu keyakinan agama Islam. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Ketiga, </i>untuk menghilangkan citra negatif dan sebagian Masyarakat<span style=""> </span>terhadap ajaran Islam. </p> <ol style="margin-top: 0in;" start="1" type="A"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Terdapat sejumlah argumentasi yang dapat digunakan untuk menyatakan bahwa misi ajaran Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Argumentasi tersebut dikemukakan sebagai berikut : </li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Pertama</i>,<span style=""> </span>untuk menunjukkan bahwa Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari pengertian Islam itu sendiri. Kata Islam makna aslinya masuk dalam perdamaian, dan <st1:place st="on"><st1:city st="on">oran</st1:City></st1:place> Muslim ialah orang yang damai dengan Allah dan damai dengan manusia. Damai dengan Allah, artinya berserah diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya dan damai dengan manusia bukah saja berarti menyingkiri berbuat jahat dan sewenang-wenang kepada sesamanya, melainkan pula ia berbuat baik kepada sesamanya. Dua pengertian ini dinyatakan dalam Alqur’an sebagai inti agama Islam yang sebenar-benarnya. Al-Qur’an menyatakan sebagai berikut : </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Islam adalah agama perdamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu Keesaan Allah, dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia, menjadi bukti yang nyata bahwa agama Islam selaras benar dengan mananya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama sekalian Nabi Allah, sebagaimana tersebut di atas, melainkan juga sesuatu yang secara taksadar tunduk sepenuhnya kepada undang-undang Allah, yang kita saksikan pada alam semesta. </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Pertama</i>, misi ajaran Islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari peran yang dimainkan Islam dalam menangani berbagai problematika agama, sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya. Dari sejak kelahirannya <st1:place st="on"><st1:city st="on">lima</st1:City></st1:place> belas abad yang lalu Islam senantiasa hadir memberikan jawaban terhadap permasalahan di atas. Islam sebagaimana dikatakan H.A.R. Gibb bukan semata-mata ajaran tentang keyakinan saja, melainkan sebagia sebuah sistem kehidupan yang multi dimensial.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dalam bidang sosial, keadaan masyarakat terbagi-bagi kedalam sosial atau kasta yang dibedakan berdasarkan suku bangsa, bahasa, warna kulit, harta benda, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Dengan sistem kelas yang demikian, maka tidak akan terjadi mobilitas vertikal yang didasarkan pada pretasinya masing-masing.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Selanjutnya dalam bidang ekonomi, ditandai oleh praktik mendapatkan uang dengan menghalalkan segala cara, seperti dengan praktik riba, mengurangi timbangan, menipu, monopoli, kapitalisme, dan sebagainya. Keadaan yang demikian itu pada gilirannya membawa mereka yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Persaingan yang tidak sehat terjadi diantara mereka. Manusia telah menjadi budah dari harta benda.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Selanjutnya dalam bidang pendidikan, ditandai oleh keadaana di mana pendidikan atau ilmu pengetahuan hanya milik kaum elit. Rakyat dibiarkan bodoh sehingga dengan mudah dapat disesatkan akidahnya dan selanjutnya dengan mudah dapat diperbudak.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dalam pada itu pada masa kedatangan Islam di bidang kebudayaan ditandai oleh keadaan masyarakat yang semata-mata mengikuti hawa nafsu syahwat dan nafsu duniawi. mereka gemar melakukan mabuk-mabukan, foya,foya, berzina, berjudi, dan sebagainya. Mereka tenggelam dalam dosa-dosa maksiat. </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dari sejak kelahirannya Islam sudah memiliki komitmen dan respon yang tinggi untuk ikut terlibat dalam memecahkan berbagai masalah tersebut di atas. Islam bukan hanya mengurusi sosial ibadah dan seluk beluk yang terkait dengannya saja, melainkan juga ikut terlibat memberikan jalan keluar yang terbaik untuk mengatasi berbagai masalah tersebut dengan penuh bijaksana, adil, domokratis, manusiawi, dan seterusnya. Hal-hal yang demikian itu dapat dikemukakan sebagai berikut : </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Pertama</i>, dalam bidang sosial, Islam memperkenalkan ajaranyang bersifat egaliter atau kesetaraan dan kesederajatan antara manusia dengan manusia lain. Satu dan lainnya sama-sama sebagai makhluk Allah SWT. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Kedua</i>, misi Islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam dapat dilihat dari ajaran dalam bidan ekonomi yang bersandikan asas keseimbangan dan pemerataan. Dalam ajaran Islam seseorang diperbolehkan memiliki kekayaan tanpa batas, namun dalam jumlah tertentu dalam hartanya terdapat milik orang lain yagn harus dikeluarkan dalam bentuk zakat, infak, dan sedekah.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Ketiga, </i>misi ajaran Islam rahmatan lil alamin dalam bidang politik terlihat dari perintah Alquran agar seorang pemerintah bersikap adil, bijaksana terhadap rakyat yang dipimpinnya, mendahulukan kepentingan – kepentingan rakyat daripada kepentingan dirinya, melindungi dan mengayomi rakyat, memberikan keamanan dan ketentraman kepada masyarakat.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Keempat, </i>missi rahmatan lil alamin ajaran Islam dalam bidang hukum-hukum terlihat dari perintah Alquran <st1:place st="on"><st1:city st="on">surat</st1:City></st1:place> An-Nisa’ ayat 58 sebagaimana tersebut di atas. Ayat tersebut memerintah seorang hakim agar berlaku adil dan bijaksana dalam memutuskan perkara. Penegakan supremasi hukum sangat dianjurkan dalam ajaran Islam.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Kelima,</i> misi ajaran Islam rahmatan lil alamin dapat pula dilihat dalam bidang pendidikan. Hal ini terlihat dari ajaran Islam yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk mendapatkan hak-haknya dalam bidang pendidikan. Islam menganjurkan belajar sungguhpun dalam keadaan perang, dan menuntut ilmu mulai dari buaian hingga ke linag lahat, serta melakukannya sepanjang hayat. Pendidikan dalam Islam adalah untuk semua. pemerataan dalam pendidikan adalah merupakan misi ajaran Islam.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Berdasarkan fakta dan analisis sebagaimana di atas, kita dapat mengatakan bahwa misi ajaran Islam adalah untuk melindungi hak-hak asasi manusia baik jiwa, akal, agama, harta, keturunan dan lainnya yang terkait. Untuk itu maka Islam sangat nenkankan perlunya menegakkan keadaan duai yang aman, damai, sejahtera, tentram, saling tolong-menolong, toleransi, adil, bijaksana, terbuka, kederajatan, dan kemanusiaan. Dengan ajran yang demikian, maka Islam bukanlah agama yang harus ditakuti, apalagi dituduh sebagai sarang teroris, pembuat kekacauan dan sebagainya.</p> <b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";"><br /> </span></b> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>BAB 2<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>POSISI ISLAM DI ANTARA AGAMA-AGAMA DI DUNIA<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Sebelum Islam datang ke dunia ini, telah terdapat sejumlah agama yang dianut oleh umat mansuia. <st1:place st="on">Para</st1:place> ahli Ilmu Perbandingan Agama (The Comparative Study Of Religion ) bida membagi agama secara garis besar ke dala dua bagian. Pertama, kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyu-wahyunya sebagaimana termaksud dalam kitab suci Alquran. Kedua, kelopok agama yang didasarkan pada hasil renungan mendalam dari tokoh yang membawanya sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab suci yang disusunnya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Islam adalah agama yang terakhir di antara agama besar di dunia yang semuanya merupakan kekuatan raksasa yang mengeerakkan revolusi dunia, dan mengubah nasib sekalian bangsa. Selain itu, Islam bukan saja agama yang terakhir melainkan agama yang melengkapi segala-galanya dan mencakup sekalian agama yang datang sebelumnya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Mengenai posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat dikemukakan sebagai berikut : </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Pertama, dapat dari ciri khas agama islam yang paling menonjol yaitu bahwa Islam menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa seklian agama besar di dunia yang datang sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh Allah. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Didalam Alquran dijunpai ayat-ayat yang menyuruh umat Islam mengakui agama-agama yang diturunkan sebelumnya sebaigian dari rukun iman. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Berdasarkan ayat – ayat tersebut terlihat dengan jelas bahwa posisi Islam di antara agama-agama lainnya dari sudut keyakinan adalah agama yang menyakini dan mempercayai agama-agama yang dibawa oleh para rasul sebelumnya. Dengan demikian orang Islam bukah saja beriman keapda Nabi Muhammad SAW. melainkan beriman kepada semua nabi. menurut ajaran Alquran yang terang benderang, bahwa semua bangsa telah kedatangan Nabi. tidak ada satu umat, melainkan seorang juru ingat telah berlalu di kalangan mereka (QS. Faathir, 35:24). Dengan demikian orang Islam adalah orang yang beriman kepada para nabi dan Kitab Suci dari semua bangsa. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Kedua, posisi Islam di antara agama-agama besar di dunia dapat pula dilihat dari ciri khas agama Islam yang memberinya kedudukan istimewa diantara sekalian agama. Selain menjadi agama yang terakhir dan yang meliput semuanya, Islam adalah pernyataaan kehendak Ilahiyang sempurna.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Ketiga, posisi Islam diantara agama-agama lainya dapat dilihat dari peran yang dimainkannya. Dalam hubungan ini agama Islam memiliki tugas besar, yaitu (1), mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan diantara sekalian agama di dunia dan (2), menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya (3), memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para penganur agama sebelumnya yang kemudian dimasukkan ke dalam agamanya itu, (4), mengerjakan kebenaran abadi yang sebelumnya tak pernah diajarkan, berhubung keadaan bangsa atau umat pada waktu itu masih dalam tarap permulaan dari tingkat perkembangan mereka dan yang terakhir ialah memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani bagi umat manusia yang selalu bergerak maju.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Keempat, posisi Islam di antara agama-agama lain dapat pula dilihat dari adanya unsur pembaruan didalamnya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Kelima, Posisi agama Islam terhadap agama-agama lainnya dapat dilihat dari dua sifat yang yang dimiliki oleh ajaran Islam, yaitu akomodatif dan persuasif.</p> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";"><br /> </span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>BAB 3<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>METODOLOGI PEMAHAMAN ISLAM <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b><o:p> </o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><b><o:p> </o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b>STUDI ISLAM <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dikalangan para ahli masih terdapat perbedaan disekitar permasalahan apakah studi islam (agama) dapat dimasukkan ke dalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan karakteristik antara ilme pengetahuan dan agama berbeda.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Pada dataran normativitas studi Islam agaknya masih banyak terbebani oleh misi kagamaan yang bersifat memihak, romantis, dan apologis, sehingga kadar muatan analisis, kritis, medodologis, historis, empiris, terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah-naskah keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan para peneliti tertentu yang masih sangat terbatas.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">dengan demikian secara sederhana dapat dekemukakan jawabannya bahwa dilihat dari segi normatif sebagaimana yang terdapat di dalam Alquran dan hadis, maka Islam lebih merupakan agama yang tidak dapat diberlakukan kepadanya pradigma ilmu pengetahuan, yaitu pradigma analisistis, kritis, metodologis, historis, dan empiris. Sebagai agama, Islam lebih bersifat memihak romantis, apologis, dan subjektif. sedangkan jika dilihat dari segi historisnya yakni islam dalam arti yang dipraktikkan oleh manusia serta tumbuh dan berkembang dalam sejarah kehidupan manusia, maka Islam dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin ilmu, yakni ilmu keislaman atai <i>Islam Studies </i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Perbedaan dalam<span style=""> </span>melihat Islam yag demikian itu dapat menimbulkan perbedaan dalam menjelaskan Islam itu sendiri. Ketika islam dilihat dari sudur normatif, Islam merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan dengan urusan akidah dan <i>muamalah </i>sedangkan ketika Islam dilihat dari sudut historis atau sebagaimana yang tampak dalam Islam tampil sebagai sebuah disiplin ilmu (<i>Islamic Studies</i>).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b>METODE MEMAHAMI ISLAM <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Pada bagian ini penulis akan mencoba menelusuri metode memahami Islam sepanjang yang dapat dijumpai dari berbagai literatur keislaman. Dalam buku herjudul Tentang Sosiologi Islam, karya Ali Syari'ati, dijumpai uraian singkat mengenai metode memahami yang pada intinya Islam harus dilihat dari berbagai dimensi. Dalam hubungan ini, ia mengatakan jika kita meninjau Islam dari satu sudut pandangan saja, maka yang akan terlihat ha-nya satu dimensi saja dari gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan. Buktinya ialah Alquran sendiri. Kitab ini memiliki banyak dimensi; sebagiannya telah dipelajari oleh sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah. Satu dimensi, misalnya, mengandung aspek-aspek linguistik dan sastra Alquran. <st1:place st="on">Para</st1:place> sarjana sastra telah mempelajarinya secara terperinci. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis dan keimanan Alquran yang menjadi bahan pemikiran hagi para filosof serta para teolog hari ini. Dimensi alquran lainnya lagi yang belum dikenal ialah dimensi manusiawinya, yang mengandung persoalan historis, sosiofogis, dan psikologis. Dimensi ini belum banyak dikenal, karena sosiologi, psikologi ilmu-ilmu manusia memang jauh lebih muda dibandingkan ilmu-ilmu<span style=""> </span>alam. Apalagi ilmu sejarah yang merupakan ilmu termuda di dunia. Namun yang dimaksudkan dengan ilmu sejarah di sini tidaklah identik dengan data historis ataupun buku-buku sejarah yang tergolong dalam buku-buku tertua yang pernah ada.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Untuk memahami islam secara benar ini, Nasruddin Razak mengajukan empat cara. : </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Pertama</i>, Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Alquran dan<span style=""> </span>Al-Sunnah Rasulullah. Kekeliruan memahami Islam, karena orang hanya megenalnya dari sebagian ulama dan pemeluknya yang telah jauh dari bimbingan Alquran dan Al-Sunnah, atau melalui pengenalan dari sumber – sumber kitab fiqih dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Mempelajari Islam dengan cara demikian akan menjadikan orang tersebut sebagai pemeluk Islam yang sinkretisme, hidup penuh bid’ah dan khurafat, yakni telah tercampur dengan hal-hal yang tidak Islami, dari ajaran Islam yang murni.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Kedua</i>, Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial, artinya dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara. sebagian saja. Memahami Islam secara parsial akan membahayakan, menimbulkan skeptis, bimbang dan penuh keraguan. </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Ketiga</i>, Islam perlu dipelajar dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama besar.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Keempat</i>, Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang ada dalam Alquran, baru kemudia dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris, dan sosiologis yang ada di masyarakat. Dengan cara demikian dapat diketahui tingkat kesesuaian atau kesenjangan antara Islam yang berada pada dataran normatif teologis yang ada dalam Alquran dengan Islam yang ada pada dataran historis, sosiologis, dan empiris</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Memahami Islam dengan cara keempat sebagaimana disebutkan di atas, akhir-akhir ini sangat diperlukan dalam upaya menjunjukkan peran sosial dan kemanusiaan dari ajaran Islam itu sendiri.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dari uraian tersebut kita melihat bahwa metode yang dapat digunakan. untuk memahami Islam secara garis besar ada dua macam. Pertama, metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan seluruh aspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya, dengar. cara demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang objektif dan utuh Kedua, metode sintesis, vaitu suatu cara memahami Islam yang memadukan antara metode ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya dengan metode teologis normatif. Metode ilmiah digunakar. untuk memahami Islam yang tampak dalam kenyataan historis, empiris, dar sosiologis, sedangkan metode teologis normatif digunakan untuk memaham: Islam yang terkandung dalam kitab suci. Melalui metode teologis normatif ini seseorang memulainya dari meyakini Islam sebagai agama yang mutlak benar. Hal ini didasarkan pada alasan, karena agama berasal dari Tuhan dari apa yang berasal dari Tuhan mutlak benar, maka agamapun mutlak benar Setelah itu dilanjutkan dengan melihat agama sebagaimana norma ajaran yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang secara keseluruhan diyakini amat ideal. Melalui metode teologis normatif yang tergolong tua usianya ini dapat dihasilkan keyakinan dan kecintaan yang kuat, kokoh, dan militan pada Islam, sedangkan dengan metode ilmiah yang dinilai sebagai tergolong Muda usianya ini dapat dihasilkan kemampuan menerapkan Islam yang diyakini dan dicintainya itu dalam kenyataan hidup serta memberi jawaban terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi manusia.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";"><br /> </span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>BAB 4 <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>TELAAH “ KONSTRUKSI TEORI” PENELITIAN AGAMA <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b>PENGERTIAN "KONSTRUKSI TEORI" PENELITIAN AGAMA<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta Mengartikan konstruksi adalah cara membuat (menyusun) bangunan – bangunan (jembatan dan sebagainya); dan dapat pula berarti susunan dan hubungan kata di kalimat atau di kelompok kata. Sedangkan teori berarti pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian); dan berarti pula asas-asas dan hukum-hukum umum yang dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan. Selain itu, teori dapat pula berarti pendapat, cara-cara, dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Selanjutnya, dalam ilmu penelitian teori-teori itu pada hakikatnya merupakan pernyataan mengenai sebab akibat atau mengenai adanya suatu hubungan positif antara gejala yang diteliti dari satu atau beberapa faktor tertentu dalam masyarakat, misalnya kita ingin meneliti gejala bunuh diri. sudah mengetahui tentang teori integrasi atau kohesi sosial dari Emile Durkheim (seorang ahli sosiologi Perancis kenamaan), yang mengatakan adanya hubungan positif antara lemah dan kuatnya integrasi sosial dan gejala bunuh diri dari pengertian – pengertian tersebut, kita dapat memperroleh suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Ksnstruksi teori adalah susunan atau bangunan dari suatu pendapat, asas-asas atau hukum – hukum mengenai sesuatu yang antara suatu dan lainnya saling berkaitan, sehuingga membentuk suatu banunan.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Adapun penelitian berasal dari kata teliti yang artinya cermat, seksama, pemeriksaan yang dilakukan secara saksama dan teliti, dan dapat pula berarti penyelidikan, tujuan pokok dari kegiatan penelitian ini adalah mencari kebenaran-kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data yang terkumpul. Kebenaran – kebenaran objektif yang diperoleh tersebut kemudian digunakan sebagai dasar atau landasan untuk pembaruan, perkembangan atau perbaikan dalam masalah-masalah teoritis dan praktis bidang-bidang pengetahuan yang bersangkutan.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dengan demikian, penelitian mengandung arti upaya menemukan jawaban atas sejumlah masalah berdasarkan data-data yang terkumpul.</p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Barikutnya, sampailah kita kepada pengertian agama. Telah banyak ahli-ahli ilmu pengetahuan seperti antropologi, psikologi, sosiologi, dan lain-lain yang mengcoba mendefinikan agama. R.R. Maret salah seorang ahli antropologi Inggris, menyatakan bahwa agama adalah yang paling sulit dari semua perkataan untuk didefinisikan karena agama adalah menyangkut lebih daripada hanya pikiran, yaitu perasaan dan kemauan juga, dan dapat memanifestasikan dari menurut segi-segi emosionalnya walaupun idenya kabur.Harun Nasution menyebutkan adanya empat unsur penting yang terdapat dalam agama, yaitu :1) unsur kekuatan gaib yang dapat mengambil bentuk Dewa, Tuhan, dan sebagainya; 2) unsur keyakinan manusia bahwa kesejahterahannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat nanti amat tergantung kepada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud; 3) unsur respond yang bersifat emosional dari manusia yang dapat mengambil bentuk perasaan takut, cinta, dan sebagainya; dan 4) unsur pahan adanya yang kudus (sacred) dan suci yang dapat mengambil bentuk kekuatan gaib. </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 12pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dari definisi-definisi tersebut, Harun Nasution selannjutnya menyebutkan adanya empat unsur penting yang terdapat dalam agama, yaitu: 1) Unsur kekuatan gaib yang dapat rnengambil bentuk dewa, atau Tuhan, dan sebagainya: 2) Unsur keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat nanti amat bergantung kepada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud : 3) Unsur respons yang bersifat emosional dari manusia yang dapat mengambil bentuk perasaan takut, cinta dan sebagainya dan 4) Unsur paham adanya yang kudus (<i>Sacred</i>) dan suci yang dapat mengambil bentuk kekuatan gaib, kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.</p> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";"><br /> </span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>BAB 5<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>TEORI-TEORI PENELITIAN AGAMA<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Teori adalah alat terpenting suatu ilmu<span style=""> </span>pengetahuan. Tanpa teori berarti hanya ada serangkian fakta atau data saja dan tidak ada ilmu pengetahuan. Teori itu (1) menyimpulkan generalisasi fakta-fakta, (2) memberi kerangka orientasi untuk analisis dan klasifikasi fakta-fakta, (3) memberikan kerangka baru, (4) mengisi kekosingan pengetahuan tentang gejala – gejala yang telah ada atau sedang terjadi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Ilmu-ilmu agama pada segi-seginya yang menyangkut masalah sosial, termasuk bagian yang dapat diteliti, dimatai dengan menggunakan piranti ilmiah atau metodologi ilmiah yang didalamnya mengandung teori yang akan digunakan. Metodologi ilmiah ditentukan oleh objek yang dikaji. Kalau segi-segi tertentu agama, katakanlah Islam itu berada pafa fenomena sosial, niscaya metode pengakajian terhadap fenomena itu adalah ilmu-ilmu sosial. Adapun terhadap segi-segi lain yang berpangkal pada postulat – postulat yang lebih bersifat normatif dan dogmatis, sesuai dengan ajaran metode ilmiah yang harus mempertahankan objektivitas berdasarkan konsep-konsep pemikiran logis dan bukti-bukti<span style=""> </span>empiris. Tentu saja kebenaran agama dalam norma dan dogma mendambakan kebenaran mutlak sedangkan kebenaran ilmiah hanyalah kebenaran nisbi, berdasarkan pada logika dan ketetapan ilmu pengetahuan, Karena itu hakikat pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmu pengetahuan tidak mutlak sifatnya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Penggunan teori dalam kajian studi islam telah banyak dibahas para ahli Ricard C. Martin dalam bukunya berjudul <i>Approaches</i> <i>to Islam in religious studies</i>, telah membahas penggunaan teori dalam melakukan penelitian terhadap bidang studi agama Islam. Demikian pula buku yang berjudul <i>Penelitian Agama</i>. Masalah dan pemikiran yang diedit oleh Mulyanto Sumradi telah pula mengkaji secara seksama tentang penggunaan teori dalam penelitian agama. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Jelasnya untuk mengenal Islam, kita tidak memilih satu pendekatan saja, karena Islam bukanlah berdimensi satu. Islam bukanlah agama yang didasarkan semata-mata pada perasaan-perasaan mistik manusia atau hanya terbatas kepada hubungan antara Tuhan dan manusia. Ini hanya dimensi dari akidah Islam. Untuk mengenal dimensi tertentu ini kita harus beralih kepada metode filsafat, karena hubungan antara manusia dan Tuhan merupakan bagian dari bidan pemikiran (filsafat).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>BAB 6<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>MODEL PENELITIAN FISLASAT ISLAM <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional yakni berpegangan kepada doktrin ajaran Alquran dan Al-Hadis secara tekstual, cenderung kurang mau menerima filsafat, bahkan menolaknya. Dari kedua kelompok : tersebut nampak bahwa kelompok terakhir masih cukup kuat pengaruhnya di masyarakat dibandingkan dengan kelompok pertama. Kajian filsafat Islam; dilakukan sebagian mahasiswa pada jurusan tertentu di akhir abad ke 20. Sedangkan pada masyarakat secara umum seperti yang terjadi di kalangan pesantren, pemikiran filsafat masih dianggap terlarang, karena dapat melemahkan iman. Kalaupun di pesantren diajarkan logika, yang pada hakekatnya merupakan ilmu yang mengajarkan cara berpikir filosofis, namun ini tidak diterapkan, melainkan hanya semata-mata sebagai hafalan. Berbagai analisis tentang penyebab kurang diterimanya filsafat di kalangan masyarakat Islam <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> pada umumnya adalah karena pengaruh pikiran Al-Ghozali yang dianggapnya sebagai pembunuh pemikiran filsafat. Anggapan ini selanjutnya telah pula dibantah oleh pendapat lain yang mengatakan bahwa penyebabnya bulanlah Al-Ghozali, melainkan sebab-sebab lain yang belum jelas.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dengan demikian, metede, penelitian yang ditempuh Ahmad Fual Al-Ahwani adalah penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan kepustakaan. Sifat dan coraknya adalah penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatannya adalah pendekatan yang bersifat campuran, yaitu pendekatan historis, pendekatan kawasan dan tokoh. Mulai pendekatan historis, ia mencoba menjelaskan latar belakang timbunya pemikiran filsafah daalam Islam. Sedangkan dengan pendekatan kawasan ia mencoba membagi tokoh-tokoh filosif menurut tempat tinggal meraka dan dengan pendekatan tokoh, ia mencoba mengemukakan berbagai pemikiran filsafat yang sesuai dengan tokoh yang mengemukakannya.</p> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";"><br /> </span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>BAB 7<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>MODEL PENELITIAN SEJARAH ISLAM <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Sejarah Islma meruapakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian para penelitia baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim, karen abanyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam, mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus peringatas agar berhati-hati. Dengan mengetahui bahwa umat islam dalam sejarah pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun misalnya, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri menjadi orang muslim. Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami kemunduran, penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam untuk memperbaiki keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai kemajuan. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Sementara itu, bagi para peneliti Barat, mempelajari sejarah Islam selain diajukan untuk pengembangan ilmu, juga terkadang dimaksudkan untuk mencari-cari kelemahan dan kekurangan umat Islam agar dapat dijajah dan sebagainya sebagainya. Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah Islam banyak berasal dari hasil penelitian para sarjana Barat. Hal ini terjadi, karena selain masyarakat Barat memiliki etos kemauan yang tinggi juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya. Sementara .dari kalangan para peneliti Muslim tampak di samping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai serta dana dan dukungan politik dari pemeintah yang kondusif. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 12pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Hasil penelitian tersebut nampaknya berguna sebagai informasi awal untuk melakukan penelitian sejarah yang mengambil pendekadan kawasan. Penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai penelitian literatur yang didukung oleh survei, dan dianalisis dengan pendekatan sejarah dan perbandingan </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p>educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-61804905039812031932008-05-31T07:50:00.000-07:002008-05-31T07:51:56.660-07:00KBK<div id="item_body" class="bodytext" author="rumahrizal" author_possessive="rumahrizal's"> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>BAB I<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>PENDAHULUAN<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><o:p> </o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b>A. Latar Belakang<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Guru ( pendidik) merupakan factor penting dalam proses pembelajaran, karena guru yang akan berhadapan langsung dengan peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Melalui guru pula ilmu pengetahuan dapat ditransferkan. Dalam lingkup lebih luas lagi guru merupakan factor penting dalam implementasi kurikulum, disamping kepala sekolah dan tenaga administrasi.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Dalam proses pelaksanaan kurikulum dalam hal ini proses pembelajaran, guru juga memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Untuk itu terdapat pengklasifikasian guru. Terdapat guru yang menjalankan tugas dan tanggung jawab secara professional, dan ada pula guru yang kurang mampu bekerja secara professional.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Selama periode penerapan kurikulum<span style=""> </span>1968, hingga kurikulum 1994, guru tidak mendapatkan motifasi penuh untuk mengembangkan kualitas dalam mengajar. Karena guru dianggap berhasil jika telah merampungkan seluruh materi selama satu semester / satu caturwulan tanpa memperhatikan proses dan hasil pengajaran.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Setelah tahun 2000, dengan disusunnya dan diberlakukan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) kualitas guru lebih dikembangkan, dalam implementasinya kualitas guru dapat ditinjau dari 2 segi, yakni segi proses dan dari segi hasil<a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a>. Di dalam implementasi KBK guru berperan dalam menerapkan ide, konsep dan kebijakan kurikulum dalam aktivitas pembelajaran, ssehingga anak didik mencapai / menguasai kompetensi tertentu.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Ditinjau dari historis perubahan kurikulum hingga lahirnya KBK, untuk menemukan konsep dan ide kurikulum yang di anggap sempurna, melalui perjalanan cukup panjang dan mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman. Dilihat dari tahun 1968 dan 1975, kurikulum bersifat sentralisasi, artinya kurikulum berlaku unruk satu jenis pendidikan di seluruh Indonesia, dan guru hanya berperan sebagai pelaksana di sekolah. Pada tahun 1984 kurikulum mengalami sedikit perubahan dengan disisipkannya muatan local pada berbagai bidang studi yang sesuai, dan hal ini lebih diintensifkan pada pelaksanaan kurikulum 1994, tampak pada penggunaan pendekatan monolitik berupa bidang studi, baik wajib maupun pilihan, sehingga bobot muaran local lebih besar. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Dalam pengembangan selanjutnya, kurikulum 1994 dilihat memiliki berbagai kelemahan, karena hanya mengutamakan penguasaan ilmu pengetahuan (kognitif) tanpa menyentuh ranah efektif & psikomotorik, maka tahun 2000 dikembangkanlah kurikulum yamg telah menekankan pada penguasaan kompetensi yang disebut kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dan KBK ini hanya diimplementasikan selama kurang lebih dua tahun, pada tahun 2006 dikembangkan lagi kurikulum yang merupakan penyempurnaan KBK yang lebih memotovasi guru untuk lebih kreatif dan mengembangkan kualitasnya, kurikulum yang dicanangkan tanggal 23 mei 2006 akan diberlakukan tahun 2007 ini dikenal dengan nama kurikulum tingkat satuan pengajaran (KTSP).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Penyempurnaan dan perubahan kurikulum tersebut tentu saja mengasah pada upaya peningkatan mutu pendidikan di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Dan dalam implementasinya kualitas guru dalam hal profesionalisme dalam menjalankan peran, tugas adan tanggung jawabnya sangat diperlukan.<br /><o:p><br /></o:p><b>B. Rumusan Masalah<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Berdasarkan latar belakang tersebut, diangkat dan dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :</p> <ol style="margin-top: 0in;" start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Mengapa harus kurikulum berbasis kompetensi ?</li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Asumsi dasar apa diterapkannya KBK pada seluruh jenis dan jenjang pendidikan ?</li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Apa muara dari KBK ?</li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Apa perbedaan kurikulum konvensinal dan KBK ?</li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Bagaimana kualifikasi guru dalam implementasi KBK ?</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;">Permasalahan diatas akan dibahas pada Bab selanjutnya pada tulisan ini .</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p><br /></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>BAB II<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>PEMBAHASAN<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><o:p> </o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b>A. Kurukulum Berbasis Kompetensi (KBK)<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Pergeseran sentralisasi dalam pengelolaan pendidikan merupakan upaya pemberdayaan daerah dan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya melaluipenyempurnaan kurikulum.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Dan pada tahun 2000 diberlakukanlah kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sebagai wujud penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. KBK dianggap lebih sempurna, karena memiliki beberapa keunggulan, pertama, pendekatannya bersifat alamiyah (kontektual), karena berangkat, terfokus, dan bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai potensinya masing-masing. Kedua, KBK mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain, seperti penguasaan keilmuan dan keahlian dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, adan pengembangan aspek kepribadian, ketga, ada mata pelajaran yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi,terutama berkaitan dengan keterampilan<a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a>. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Melihat keunggulan tersebut, diharapkan KBK adeapat meningkatkan mutu pendidikan di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;"><b>1. Pengertian KBK<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpilar dan bertindak. Jadi kompetensi bisa diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang diakui oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, efektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Finch & Crunkiton (1979 :222) juga mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.<a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dari pengertian kompetensi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi itu menunjukkan mencakup tugas, keterampilan sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran yang sesuai dan jika kompetensi sudah dikuasai peserta didik harus dapat dinyatakan sedemikian rupa agar bisa dinilai, sebagai wujud dari hasil belajar peserta didik terhadap pengalaman langsung. Selain itu peserta didik juga perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkatan-tingkatan penguasaan sebagai criteria pencapaian secara eksplisit, serta memiliki kontri busi terhadap komppetensi yang sedang dipelajari.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Sedangkan DepDikNas mendefinisikan kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan kebiasaan berfikir dan bertindak. Karena kebiasaan berfikir dan bertindak yang konsisten dan kontinu memungkinkan seseorang kompeten.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Berdasarkan pengertian diatas, maka kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Adapun aspek atau ranah yang te4rkandung dalam kompetensi tersebut adalah ranah pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), kemampuan (skill), nilai (value),<span style=""> </span>sikap (attitude), dan minat (interest)<a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a>.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Pengetahuan yang dimaksud disini adalah kesadaran dibidang kognitif; pengertian yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh siswa; keterampilan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk melakukjan tugas yang diberikan, dan nilai adalah norma / standar yang telah diyakini dan menyatu dalam diri individu, keinginan yang berkelanjutan, dan orientasi psikologi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;"><b><span style=""> </span>2. Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang secara makro yakni untuk membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu mengguanakan nalar, berkemampuan komunikasi social yang positif dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh<a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a>. Maka adanya pengembangan kurikulum ke KBK adalah upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Melalui reformasi sekolah dalam dengan partisipasi ortu, kerjasama dengan dunia industiri, ketentuan pengelolaan sekolah, profesionalisme guru,<span style=""> </span>hadiah, dan hukuman sebagai control dan lain-lain.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Selain itu, karena kurikulum pada dasarnya merupakan rencana / program tertulis untuk mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan langsung dalam system pendidikan di lembaga pendidikan maka KBK bertujuan untuk membantu dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Dan melihat dari aspek histories jelas bahwa KBK dengan berbagai keunggulannya bertujuan untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya. Sedangkan meninjau adari ranah yang terkandung dalam KBK, maka KBK diharapkan mampu mengembangkan kemampuan anak, bukan hanya aspek kognitif, tetapi sampai pada ranah avektif dan psikomotorik.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dengan demikian, maka tujuan pendidikan nasional secara micro dapat tercapai, terutama dalam hal pembentukan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa dan beretika karena dalam KBK pada aspek efektifnya menekankan pada kompetensi sebagai berikut; siswa memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha Esa sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing, memiliki nilai-nilai etika dan estetika, dan memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Adapun tujuan umum KBK adalah memandirikan atau memperdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan otonomi sekolah diharapkan dapat melakukan pengambilaqn keputusan secara parsitipatif.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><b>B. Asumsi Dasar Diterapkan KBK Pada Semua Jenis dan Jenjang Pendidikan.<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">KBK merupakan program pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya merancang pendidikan yang berdasarkan kebutuhan nyata dilapangan terkait dengan “gerakan peningkatan mutu pendidikan” yang dicanangkan oleh mendiknas tanggal 21 mei 2002<a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[6]</span></span><!--[endif]--></span></span></a>.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">KBK diterapkan sebagai acuan bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan dalam seluruh jenjang pendidikan dan jalur pendidikan,<span style=""> </span>khususnya jalur pendidikan sekolah.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Dan dalam KBK terdapat asumsi yang mendasari KBK, adapun asumsi tersebut merupakan parameter untuk menentukan tujuan dan kompetensi yang akan dispesifikasikan. Asumsi tersebut sebagai berikut :</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;"><i>Pertama</i>, banyak sekolah yang memiliki sedikit guru professional dan tidak mampu melakukan proses pembelajaran secara optimal. Oleh karena itu perlu peningkatan professional guru. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;"><i>Kedua</i>, banyak sekolah yang hanya mengoleksi sejumlah mata pelajaran dan pengalaman, sehingga mengajar diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi yang terdapat dalam setiap mata pelajaran.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;"><i>Ketiga</i>, pendidik bukanlah kertas putih bersih yang dapat ditukis sekehendak guru, tapi memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Pengembangan potensi tersebut menurut iklim kondusif yang dapat mendorong peserta didik belajar bagaimana belajar (learning how to learn),serta menghubungkan kemampuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;"><i>Keempat</i>, peserta didik memiliki potensi yang berbeda dan bervariasi, serta memiliki tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;"><i>Kelima</i>, pendidikan berfungsi menkondisikan lingkungan untuk membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;"><i>Keenam</i>, kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi kompetensi-kompetensi potensial yang tersusun secara sistematis, sebagai jabaran dari seluruh aspek kepribadian peserta didik, yang mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;"><i>Ketujuh</i>, kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan berbagai kemungkinan kepada seluruh peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensinya<span style=""> </span>secara optimal<a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[7]</span></span><!--[endif]--></span></span></a>.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b>C. Muara Kurikulum Berbasis Kompetensi<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">KBK pada hakikatnya bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan kompetensinya masing-masing, jadi dalam proses pembelajaran peserta didik adalah subjek, sehingga berlangsung alamiyah dalam bentuk bekerja dan berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan hanya sebagai transfer pengetahuan (transfer of knowledge).</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Jadi dalam pengembangan KBK sangat ditekankan pada tercapainya penguasaan akademis, pembentukan pribadi, keterampilan dalam hal tertentu, dan orientasinya pada pelaksanaan evaluasi, apakah kompetensi yang diharapkan dapat tercapai.Muara seperti ini berupaya mendukung dan membekali peserta didik untuk menjalani hidup dimasa sekarang dan masa yang akan datang.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Dalam pencapaian tersebut, maka diadakan perubahan dalam proses pembelajaran, seperti pembelajaran menekankan apada kegiatan individual dan memperhatikan perbedaan peserta didik, diupayakan terbentuknya lingkungan belajar yang kondusif, dan diberikan waktu yang cukup.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b>D. Perbedaan Kurikulum Konvensional dan KBK<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Kurikulum Konvensional disini adalah kurikulum yang masih terpusat pada ketetapan pemerintah pusat (system sentralisasi), disini diberi contoh kurikulum 1994. Sedangkan KBK yaitu kurikulum yang mana pemerintah pusat memberikan wewenang kepada sekolah untuk menentukan hal-hal lain kecuali standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok serta standar kelulusan.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Untuk melihat perbedaan diantara keduanya dapat dikaji dari berbagai aspek, aspek itu antara lain :</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;"><b>a. Aspek Filosofis<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; line-height: 150%;">Konvensional (1994):Struktur keilmuan yang hasilnya berupa materi pelajaran </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; line-height: 150%;">KBK : Kompetensi lulusan, Standar Kompetensi,<span style=""> </span>struktur keilmuan karakteristik bidang studi, perkembangan psikologi siswa, standar kompetensi negara lain, perkembangan dan tuntutan masyarakat.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;"><b>b. Aspek Tujuan <o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; line-height: 150%;">Konvensional (1994) : siswa menguasai materi pelajaran, bahan ajar berdasarkan pada TIU dan TIK, tujuan berdasarkan pada tujuan intruksional, menyiakan siswa ke jenjang perguruan tinggi.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; line-height: 150%;">KBK : siswa mencapai kompetensi tertentu, bahan ajar memanfaatkan sumber daya di dalam dan di luar sekolah, memberikan bekal akademik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;"><b>c. Aspek Materi Pembelajaran<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; line-height: 150%;">Konvensional (1994) : materi pembelajaran ditentukan pemerintah, materi sama untuk semua sekolah, target guru menyampaikan semua materi, focus pada aspek kognitif, disusun berdasarkan TIU dan TIK</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; line-height: 150%;">KBK : Materi pelajaran ditentukan oleh sekiolah berdasarkan standar kompetensi dasar, pusat hanya menetapkan materi pokok, target guru memberikan pengalaman belajar untk mencapai kompetensi, focus pada kognitif, psikomotorik da afektif, disusun berdasarkan karakteristik mata pelajaran.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 9pt; line-height: 150%;"><span style=""> </span><b>d</b>. <b>Aspek Proses Pembelajaran</b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; line-height: 150%;">Konvensional (1994) : bersifat klasikal dengan tujuan menguasai<span style=""> </span>materi pelajaran, pembelajaran cendrung di kelas, pembelajaran mengajar target menyampaikan materi.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; line-height: 150%;">KBK : Bersifat <st1:state st="on"><st1:place st="on">ind</st1:place></st1:state>ividual, guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai subjek didik, metode bervariasi, pembelajaran berdasarkan pada kompetensi dasar, ada program remedial dan pengayaan.<b><o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b>E. Kualifikasi Guru Dalam Implementasi KBK<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style=""> </span>Dalam implementasi konsep KBK didalam proses pembelajaran guru memiliki peranan penting. Karena seorang guru yang akan mengembagkan kompetensi dasar, standar kompetensi dan materi pokok yang ditetapkan, dengan jalan penentuan indicator pencapaian, strategi yang tepat dan alokasi waktu, serta evaluasi yang baik.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Dengan diterapkannya KBK, tidak jarang guru yang masih kebingungan dalam menyusun satuan pembelajaran atau rencana pembelajaran. Sehingga terkadang guru belum menjalankan peran, tugas dan tanggung jawabnya secara professional.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Sehingga dalam implementasi KBK dikenal pengkualifikasian guru, sebagai berikut :</p> <ol style="margin-top: 0in;" start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">good teacher adalah guru yang memiliki karakteristik profesional adari segi fisik, keilmuan, dan keterampilan, namun dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabya belum bermuara pada keberhasilan pada peningkatan prestasi anank didik. Baik yang kognitif, efektif, maupun psikomotoriknya. Dilihat dari sudut bahasa, jelas bahwa good teacher adalah guru yang dapat dinilai dari segi profil.</li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">a successful teacher, adalah guru yang berhasil dalam pembelajaran. Guru tersebut mampu dan berhasil memperhatikan perbedaan individual peserta didik, mampu memberi motifasi belajar peserta didik; dan meningkatkan prestasi peserta didik</li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">an affective teacher, adalah guru yang dapat mengimplementasikan secara efektif, adan memiliki kualitas yang dapat ditinjau dari dua segi proses dan hasil.</li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Guru dikatakan berhasil dari segi proses jika mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam pembelajaran, sedangkan dari segi hasil, dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikannya mampuy mengadakan perubahan perilaku pada sebagian besar peserta didik kearah yang lebih baik.<a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[8]</span></span><!--[endif]--></span></span></a></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Berikut karakteristik guru yang sukses mengajar secara efektif adalah sebagai berikut :</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;"><span style="">§<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]-->respek dalam memahami dirinya, adan dapat mengontrol emosi (diri)</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;"><span style="">§<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]-->antusias dan bergairah terhadap bahan, kelas, dan seluruh pengajarannya</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;"><span style="">§<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]-->berbcara dengan jelas dan komunikatif</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;"><span style="">§<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]-->memperhatikan perbedaan individual siswa</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;"><span style="">§<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]-->memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak akal</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;"><span style="">§<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]-->menonjolkan diri</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Wingdings;"><span style="">§<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]-->menjadi teladan bagi siswanya</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Sedangkan pada ketetapan departemen pendidikan nasional; melalui P3G, dirumuskan kompetensi guru dalam 3 kompetensi sebagai berikut : </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 1.25in; text-align: justify; text-indent: -1in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Kompetensi professional</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;">Guru merupakan suatu jawaban profesi, jadi dalam melaksanakan fungsi dan tujuan di sekolah harus memiliki kompetensi ayang dituntut agar mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;">2. Kompetensi personal </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; line-height: 150%;">Mempunyai arti bahwa guru harus memiliki kepribadian yang luhur sehingga patut diteladani, dan ditiru</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;">3. Kompetensi sosial</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; line-height: 150%;">yaitu bahwa seorang guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid, maupun dengan sesame teman guru, dengan kepala sekolah,<span style=""> </span>dengan tatausaha, serta dapat berkomunikasi, dengan masyarakat sekitarnya terutama dalam hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Adapun yang menjadi imdikator kompetensi guru profesional, adalah:</p> <ol style="margin-top: 0in;" start="1" type="a"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">mampu mengembangkan tanggung jawabdengan sebaik-baiknya </li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil</li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">mampu bekerja dalam <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">usa</st1:place></st1:country-region>ha mencapai tujuan pendidikan (intruksional) sekolah </li><li class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas<a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[9]</span></span><!--[endif]--></span></span></a></li></ol> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Adapun tanggung jawab guru meliputi pertama, tanggung jawab moral, yakni kemampuan menghayati mengamalkan pancasila dan bertanggung jawab mewarisi moral pancasila serta UUD 1945 kepada generasi muda :</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Kedua, tanggung jawab bidang pendidikan, yakni melaksanakan tanggung jawab tersebut, guru harus mampu menguasai cara belajar efektif, membuat SP, memahami kurikulum, dll.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Ketiga, tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan yakni bertanggung jawab memajukan persatuan dan kesatuan bangsa, menyukseskan pembangunan nasional dandaerah. Dalam hal ini guru harus mampu menguasai hal yang bertalian dengan kehidupan nasional.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Sedangkan dari segifungsi dan peranannya, adalah pertama guru sebagai pendidik danpebngajar, untuk itu ia harus memiliki kestabilan emosi, rasa tanggung jawab besar untuk memajukan anak didik, bersikap realistis, jujur, terbuka, dan peka terhadap perkembangan. Selain itu juga harus memiliki pengetahuan luas, menguasai bahan pelajaran, menguasai teori dan praktek mendidik,teori kurikulum dan metode, tekhnologi pendidikan teori evolusi dan psikologi belajar, dsb.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Kedua, guru sebagai anggota masyarakat, guru harus memiliki keterampilan dalam hal bekerja sama dalam kelompok dan keterampilan adan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Ketiga, guru sebagai pemimpin, harus memiliki kepribadian seperti sehat, percaya diri, memiliki daya kerja keras dan antusias, bersikap objektif, menguasai emoosi dan adil. Juga perlu menguasai teori kepemimpinan, dinamika kelompok, prinsip-prinsip hubungan masyarakat, teknik komunikasi, dan seluruh aspek kegiatan organisasi persekolahan.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: 0.75in; line-height: 150%;">Keempat, guru sebagai pelaksana administrasi ringan, guru harus memenuhi syarat kepribadian, seperti rajin, teliti, dan harus menguasai ilmu tentang administrasi.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: 9pt; line-height: 150%;"><span style=""></span><br /></p><p class="MsoFootnoteText" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoFootnoteText" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoFootnoteText" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mulyasa, E, 2005, Kurikulum <i>Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, dan Implementasinya,</i> <st1:place st="on"><st1:city st="on">Bandung</st1:city></st1:place> : PT. Remaja Rosdakarya <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Mujid, Abdul dan Dian Andayani, 2005,<i>Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; Konesep dan Implementasi Kurikurum 2004</i>, <st1:place st="on"><st1:city st="on">Bandung</st1:city></st1:place>: Rosda Karya, <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hamalik<i>, </i>Oemar, 2004, <i>Pendidikan guru; Berdasarkan Pendekatan Kompetensi;</i> <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: Bumi Aksara <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br /><o:p></o:p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p><br /></o:p></p><p class="MsoNormal" style=""><b style=""><u><span style="color: rgb(51, 153, 102);">BY : MUHAMMAD RIZAL<o:p></o:p></span></u></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><b style=""><u><span style="color: rgb(51, 153, 102);">STAIN SAMARINDA ANGKATAN 2004<o:p></o:p></span></u></b></p> <div style=""><!--[if !supportFootnotes]--><br /> <hr align="left" size="1" width="33%"> <!--[endif]--> <div style="" id="ftn1"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftnref1" name="_ftn1" title=""></a><o:p> </o:p></p> <p class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span>E. Mulyasa, Kurikulum <i>Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, dan Implementasinya,</i> (cet: VII, <st1:place st="on"><st1:city st="on">Bandung</st1:city></st1:place> : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 187 </p> </div> <div style="" id="ftn2"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Abdul Mujid dan Dian Andayani, <i>Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi; Konesep dan Implementasi Kurikurum 2004</i>, (<st1:place st="on"><st1:city st="on">Bandung</st1:city></st1:place>: Rosda Karya, 2005), h. 55</p> </div> <div style="" id="ftn3"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> E.Mulyasa, <i>Op,cit.</i> h 38</p> </div> <div style="" id="ftn4"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Abdul Mujid, <i>Op,cit</i>. h. 51</p> </div> <div style="" id="ftn5"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> E.Mulyasa, <i>Op,cit</i>, h 21</p> </div> <div style="" id="ftn6"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[6]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i>Ibid</i>, h. 31</p> </div> <div style="" id="ftn7"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[7]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <i>Bid, h. </i>56-57<i><o:p></o:p></i></p> </div> <div style="" id="ftn8"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[8]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> E. Mulyasa, <i>Op.cit</i>. 187</p> </div> <div style="" id="ftn9"> <p class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 0.5in;"><a style="" href="http://rumahrizal.multiply.com/journal/item/9/PROFIL_GURU_PAI_DALAM_KONTEKS_KBK#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[9]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Oemar Hamalik<i>, Pendidikan guru; Berdasarkan Pendekatan Kompetensi;</i> (<st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>: <st1:city st="on">Bumi</st1:city> <st1:state st="on">Ak</st1:state>sara, 2004). hlm 38</p> </div> </div> </div>educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-63419089643866624352008-05-31T07:43:00.000-07:002008-05-31T07:46:05.433-07:00<p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="background: rgb(255, 255, 102) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Perjalanan</span></b> <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> <b><span style="background: rgb(153, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Nasional</span></b> (dari <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> 1947-1994, KBK, sampai KTSP)<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;"><nobr>Kurikulum</nobr></span></b> apa saja yang pernah dikembangkan dalam program pendidikan di negeri tercinta <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>. Salah satu konsep terpenting untuk maju adalah "melakukan perubahan", tentu yang kita harapkan adalah perubahan untuk menuju keperbaikan dan sebuah perubahan selalu di sertai dengan konsekuensi-konsekuensi yang sudah selayaknya di pertimbangkan agar tumbuh kebijakan bijaksana. Ini adalah perkembangan <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> Pendidikan Kita: </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">SELAYANG PANDANG <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><nobr>Dalam <b><span style="background: rgb(255, 255, 102) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">perjalanan</span></b> sejarah sejak tahun 1945, <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b> pendidikan <b><span style="background: rgb(153, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">nasional</span></b> telah mengalami perubahan, yaitu pada</nobr> tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan direncanakan pada tahun 2004. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">berbangsa dan bernegara. Sebab, <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b> sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b> <b><span style="background: rgb(153, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">nasional</span></b> dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">RENCANA PELAJARAN 1947 <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;"><nobr>Kurikulum</nobr></span></b> pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum(bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan <b><span style="background: rgb(153, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">nasional</span></b>. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b> diawali dari <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">RENCANA PELAJARAN TERURAI 1952 <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;"><nobr>Kurikulum</nobr></span></b> ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. "Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran," kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang,Riau. Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam <st1:city st="on"><st1:place st="on">lima</st1:place></st1:City> kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikandasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">KURIKULUM</span></b> 1968 <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><nobr>Kelahiran <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde</nobr> Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. <span style=""> </span>Djauzak menyebut <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> 1968 sebagai <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b> bulat. "Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja," katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">KURIKULUM</span></b> 1975 <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;"><nobr>Kurikulum</nobr></span></b> 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. "Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu," kata Drs. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Mudjito</st1:City>, <st1:state st="on">Ak</st1:State></st1:place>, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. <span style=""> </span>Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">KURIKULUM</span></b> 1984 <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;"><nobr>Kurikulum</nobr></span></b> 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> ini juga sering disebut "<b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Tokoh penting dibalik lahirnya <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b>Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta -- sekarang Universitas Negeri Jakarta -- periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara <b><span style="background: rgb(153, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">nasional</span></b>. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar,dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">KURIKULUM</span></b> 1994 dan SUPLEMEN <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">KURIKULUM</span></b> 1999 <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;"><nobr>Kurikulum</nobr></span></b> 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b>-<b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b> sebelumnya. "Jiwanya ingin mengkombinasikan antara <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> 1975 dan <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> 1984, antara pendekatan proses," kata Mudjito menjelaskan. <span style=""> </span>Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlaluberat. Dari muatan <b><span style="background: rgb(153, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">nasional</span></b> hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b>. Walhasil, <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> 1994 menjelma menjadi <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b> super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">KURIKULUM</span></b> 2004 <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><nobr>Bahasa kerennya <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang</nobr> mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun <b><span style="background: rgb(153, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">nasional</span></b> masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa. <span style=""> </span>Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan <st1:city st="on"><st1:place st="on">kota</st1:place></st1:City> besar di luar Pulau Jawa telah<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b>. (sumber: depdiknas.go.id) </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">KTSP 2006 <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><nobr>Pendidikan <b><span style="background: rgb(153, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">nasional</span></b> harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi</nobr> serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. <span style=""> </span>Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan <b><span style="background: rgb(153, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Nasional</span></b> dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar <b><span style="background: rgb(153, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Nasional</span></b> Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar <b><span style="background: rgb(153, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">nasional</span></b> pendidikan, yaitu: </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->standar isi, </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->standar proses, </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->standar kompetensi lulusan, </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->standar pendidik dan tenaga kependidikan,</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->standar sarana dan prasarana, </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->standar penilaian pendidikan. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b> dalam bentuk <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b> tingkat satuan pendidikan, yaitu <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b> operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan. <span style=""> </span>Secara substansial, pemberlakuan (baca: penamaan) <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Kurikulum</span></b> Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih kepadamengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">pembelajaran tetap masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya sebuahsubject matter), yaitu: <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">Terdapat perbedaan mendasar dibandingkan dengan <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b> berbasis kompetensi sebelumnya (versi 2002 dan 2004), bahwa sekolah diberi kewenangan penuh menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi – misi, struktur dan muatan <b><span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">kurikulum</span></b>, beban belajar,kalender pendidikan, hingga pengembangan silabusnya. <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p>educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-43884843321222185342008-05-29T06:50:00.000-07:002008-05-29T09:12:54.735-07:00ilmu perbandingan agama<p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="line-height: 150%;font-size:14;" >ILMU PERBANDINGAN AGAMA<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><i><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >(Isi, Perkembangan, dan Manfaatnya bagi seorang Muslim)<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%;font-size:11;" ><o:p> </o:p></span></p><br /><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%;font-size:12;color:black;" lang="PT-BR" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span lang="PT-BR" style="color:black;"><o:p> </o:p></span></p> <h1><span style="" lang="PT-BR">ABSTRAK<o:p></o:p></span></h1> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 28.35pt; line-height: 150%;"><i><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="PT-BR" >Akhir-akhir ini banyak para cendekia yang kurang memahami Ilmu Perbandingan Agama, sehingga mereka menghakimi bahwa IPA merupakan ilmu yang sesat, dan mendangkalkan aqidah. Melihat fenomena tersebut penulis merasakan keresahan intelektual sehingga mengkaji secara mendalam tentang IPA, yang dalam makalah ini penulis akhirnya menyimpulkan bahwa Ilmu Perbandingan Agama merupakan ilmu yang mengkaji agama-agama dengan menggunakan beberapa metode ilmiah dan dogmatis sekaligus (ilmiah-agamis, religio-scientific atau scientific-cum-doktrinair). Ilmu Perbandingan Agama sangat bermanfaat bagi seorang Muslim, sebab dengan mempelajarinya dapat memahami agama-agama<span style=""> </span>lain baik<span style=""> </span>ajaran-ajarannya<span style=""> </span>maupun perkembangan penafsiran dan lembaganya secara empiris. Selanjutnya dapat menemukan mutu manikam keunggulan ajaran Islam setelah dibandingkan dengan agama-agama lain. Akhirnya dapat digunakan sebagai dialog, kerukunan hidup beragama<span style=""> </span>dan dakwah.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="PT-BR" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" >Kata Kunci: </span></b><i><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" >IPA, keunggulan Islam, kerukunan<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="PT-BR" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="PT-BR" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="PT-BR" >Pendahuluan<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Ilmu Perbandinghan Agama (IPA) sering menimbulkan salah pengertian. Pertama, seseorang sering memahami IPA sebagai ilmu yang hanya membandingkan antara agama yang satu dengan agama lain. Padahal tujuan dari IPA bukan sekedar membanding-bandingkan, tetapi lebih luas dari itu. Bahkan seorang sering mengira bahwa tugas IPA adalah menilai kesalahan-kesalahan agama lain. Padahal menilai kesalahan-kesalahan agama lain bukanlah tugas dari IPA, tetapi tugas dari Ilmu Kalam atau Teologi Islam. Kedua, seseorang dengan apriori mengangap bahwa IPA mendangkalkan aqidah. Sebab seseorang mengira bahwa dengan mempelajari IPA akan mengurangi keyakinan agama Islam. Padahal justru dengan mempelajari IPA seorang Muslim akan semakin menemukan mutu-manikam keunggulan ajaran agama Islam dibandingkan ajaran agama lain. Mutu-manikam keunggulan ajaran Islam kurang tampak kalau tidak dibandingkan dengan ajaran agama lain, tetapi justru tampak cemerlang setelah dibandingkan dengan ajaran agama lain. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam karangan ini akan<span style=""> </span>dikaji Ilmu Perbandingan Agama secara seksama meskipun dengan ringkas. Dengan demikian dapat mengurangi atau menghilangkan beberapa sakwasangka tentang Ilmu Perbandingan Agama. Oleh karena itu pada karangan ini secara singkat akan dibahas pengertian dan nama-nama Ilmu Perbandingan Agama, obyek Ilmu Perbandingan Agama, metode-metode Ilmu Perbandingan Agama, perkembangan Ilmu Perbandingan Agama, dan manfaat Ilmu Perbandingan Agama bagi seorang Muslim.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Ilmu Perbandingan Agama.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" ><span style=""> </span>1. Pengertian dan nama-nama Ilmu Perbandingan Agama.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" ><span style=""> </span></span><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Ilmu Perbandingan Agama adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang berusaha untuk memahami gejala-gejala keagamaan dari suatu kepercayaan (agama) dalam hubungannya dengan agama lain. Pemahaman ini mencakup persamaan (kesejajaran) dan perbedaannya. Selanjutnya dengan pembahasan tersebut, struktur yang asasi dari pengalaman keagamaan manusia dan pentingnya bagi hidup dan kehidupan manusia dapat dipelajari dan dinilai ( Ali, 1975: 5).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Di samping nama Ilmu Perbandingan Agama, ada beberapa nama lain dari Ilmu perbandingan Agama. Nama-nama tersebut antara lain: <i>Allgemeine Religionswissenschaft, Science of Religions, The History of Religions, Comparative Studies of Religion, Phenomenology of Religion, Historical Phenomenology, The Study of World Religions dan The Comparative Study of Religions</i> (Daya dan Beck, 1990: 57), <i>Systematic Science of Religion</i> (Daya dan Beck, 1992: 30), <i>Vergleichende Religionswissenschaft </i>(Daya dan Beck, 1992: 165), <i>Ilmu Agama-agama</i> (Daya dan Beck, 1990: 28), <i>Ilmu Agama, Sejarah Agama, Fenomenologi Agama</i> (Daya dan Beck, 1990: 126). Dari beberapa nama tersebut nama <i>Phenomenology of<span style=""> </span>Religion</i> dan <i>Fenomenologi Agama</i> kadang-kadang digunakan untuk nama suatu bidang studi tertentu yang lebih sempit cakupannya dari<span style=""> </span>studi Ilmu Perbandingan Agama, yaitu mengkaji agama dengan metode fenomenologis saja.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Berdasarkan nama-nama lain dari Ilmu Perbandingan Agama di atas, jelaslah bahwa Ilmu Perbandingan Agama tidak hanya membanding-bandingkan agama saja, tetapi juga melakukan kajian historis, fenomenologis, atau secara umum melakukan kajian yang bersifat ilmiah atau scientific. Hal itu akan semakin jelas setelah dibahas mengenai metode-metode yang digunakan dalam Ilmu Perbandingan Agama.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >2. Obyek Ilmu Perbandingan Agama <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>A. Mukti Ali, seorang pakar Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, menjelaskan bahwa obyek Ilmu Perbandingan Agama adalah<span style=""> </span>pertanyaan-pertanyaan yang bersifat fundmental dan universal dari tiap-tiap agama. Beberapa pertanyaan tersebut akan akan dijawab sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Beberapa pertanyaan yang bersifat fundamental dan universal tersebut antara lain: apakah konsepsi agama tentang Tuhan? Apakah konsepsi agama tentang manusia? Apakah konsepsi agama tentang dosa dan pahala? Apakah hubungan kepercayaan dengan akal? Bagaimanakah hubungan antara agama dengan etika? Apakah fungsi agama dalam masyarakat? dsb. ( Ali, 1975: 7).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Berbeda dengan A. Mukti Ali, Joachim Wach dari sudut pandang yang lain, berpendapat bahwa obyek Ilmu Perbandingan Agama adalah pengalaman agama. <span style=""> </span>Menurut Joachim Wach pengalaman agama berbeda dengan pengalaman psikis biasa. Pengalaman agama mempunyai beberapa kriteria tertentu. Kriteria pertama, pengalaman agama merupakan suatu tanggapan terhadap apa yang dihayati sebagai Realitas Mutlak. Kedua, pengalaman agama merupakan tanggapan yang menyeluruh atau utuh (akal, perasaan, dan kehendak hati) manusia terhadap Realitas Mutlak. Ketiga, pengalaman agama merupakan pengalaman yang paling kuat, menyeluruh, mengesankan, dan mendalam dari manusia. Keempat, pengalaman agama merupakan pengalaman yang menggerakan untuk berbuat. Pengalaman tersebut mengandung imperatif, menjadi sumber motivasi dan perbuatan yang tak tergoyahkan (Wach, <span style=""> </span><span style=""> </span>1969: 31-36). Pengalaman agama yang subyektif ini diekspresikan atau diungkaplan dalam tiga ekspresi, yaitu: a. pengalaman agama yang diungkapkan dalam <span style=""> </span>pikiran. b. pengalaman agama yang diungkapkan dalam tindakan. c. pengalaman agama yang diungkapkan dalam kelompok (Wach, 1969: 97). Pengalaman agama yang diungkapkan dalam pikiran terutama berupa <i>mite, doktrin</i>, dan <i>dogma. </i>Pengalaman agama ini dapat berbentuk <i>symbol</i>, <i>oral</i>, dan <i>tulisan</i>.<i> </i>Tulisan-tulisan<i> </i>bisa berupa <i>kitab</i> <i>suci</i> dan tulisan <i>klasik </i>Untuk keperluan memahami kitab suci diperlukan literature yang sifatnya menjelaskan, misalnya <i>Talmud, Zend </i>dalam Pahlevi, <i>Hadis</i> dalam Islam, <i>Smrti</i> di India, tulisan-tulisan Luther dan Calvin dalam Protestan. Agama-agama besar juga mempunyai <i>credo</i>, yaitu suatu ungkapan pendek tentang keyakinan, <i>syahadat dua belas</i> dalam Kristen, <i>dua syahadat</i> dalam Islam, dan <i>shema</i> dalam Yahudi. Adapun tema yang fundamental dalam pengalaman agama yang diungkapkan dalam pikiran adalah Tuhan, kosmos, dan manusia (<i>Teologi</i>, <i>kosmologi</i>, dan <i>antropologi</i>). <span style=""> </span><span style=""> </span>Selanjutnya pengalaman agama yang diungkapkan dalam tindakan<span style=""> </span>berupa <i>kultus</i> (peribadatan) dan pelayanan. Peribadatan sebagai tanggapan terhadap Realitas Mutlak harus dilakukan di mana, kapan, bagaimana caranya, dan oleh siapa? Apakah ibadah itu harus dilakukan sendiri-sendiri atau secara berjamaah? Termasuk dalam uangkapan perbuatan ini adalah kurban dengan segala seluk-beluknya. Termasuk dalam pembahasan ini adalah maslah <i>imitation</i>, yaitu mencontoh tingkah laku dan kehidupan seorang pemimpin agama. Termasuk dalam pembahasan ini adalah keinginan supaya orang lain juga beragama seperti dia, yaitu masalah <i>missionary</i> atau <i>dakwah</i>.<span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span>Akhirnya pengalaman agama yang diungkapkan dalam kelompok berupa kelompok-kelompok keagamaan (<i>Ecclesia</i> atau <i>Gereja</i>, <i>Kahal,</i> <i>Ummah</i>, <i>Sangha</i>). <span style=""> </span>Di sini dibahas juga masalah hubungan antara orang yang beragama dengan masyarakat umumnya, bahasa yang dipergunakan dalam pergaulan mereka baik <i>antar-agama</i> maupun <i>intra-agama</i> sendiri, fungsi, <i>kharisma</i>, umur, seks, keturunan, dan <i>status</i> (Ali, 1993: 79-81). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Ketiga ekpresi pengalaman agama di atas (pikiran, tindakan, dan kelompok) yang menjadi obyek Ilmu Perbandingan Agama<span style=""> </span>meliputi semua agama yang ada dan aliran-alirannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Kedua pandangan di atas dapat digabungkan sebagai obyek Ilmu Perbandingan Agama. Pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dan universal bagi setiap agama dan pengalaman agama, keduanya merupakan aspek-aspek penting dari obyek Ilmu Perbandingan Agama.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >3. Metode-metode Ilmu Perbandingan Agama.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" ><span style=""> </span></span><st1:place st="on"><st1:city st="on"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Ada</span></st1:city></st1:place><span style="line-height: 150%;font-size:12;" > beberapa metode yang digunakan dalam Ilmu Perbandingan Agama. Metode-metode tersebut ialah:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Metode Historis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Dalam metode ini agama dikaji dari segi atau aspek periodesasi dan saling pengaruh antara agama yang satu dengan agama lainnya. Di sini dikaji asal-usul dan pertumbuhan pemikiran dan lembaga-lembaga agama melalui periode-periode perkembangan<span style=""> </span>sejarah tertentu, serta memahami peranan kekuatan-kekuatan yang diperlihatkan oleh agama dalam periode tersebut (Wach, 1969: 21).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Agama yang dikaji dalam metode ini bukan hanya agama secara keseluruhan, tetapi juga dapat dikaji aliran-aliran tertentu dari suatu agama maupun tokoh-tokoh tertentu dari suatu agama dalam periode tertentu dalam sejarah (Jongeneel, 1978:<span style=""> </span>49).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Bahan dalam kajian in biasanya mempergunakan bahan primer dan sekunder, baik yang bersifat literer (<i>filologis</i>) atau non-literer<span style=""> </span>(<i>arkeologis</i>) (Jongeneel, 1978: 51).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Beberapa contoh kajian histories misalnya kajian C.J. Bleeker dan G. Widrengen dalam bukunya <i>Historia Religianum, Handbook for the History of Religious</i>. R.J.Z. Werblowsky dalam bukunya <i>Histoire des Religions</i>. Ugo Bianchi dalam bukunya <i>La Storia delle Religioni. </i>J.P. Asmussen dan J. Laessoe dalam bukunya <i>Handbuch der Religiongeschichte. </i>H. Ringgren dan A.V. Strom dalam bukunya <i>Religious of Mankind. <span style=""> </span>Today and Yesterday</i>. T.O. Ling dalam bukunya <i>History of Religion East and West. </i>E. Dammann dalam bukunya <i>Grundriss der Religionsgeschichte</i>, dan S.A. Tokarev dalam bukunya <i>Die Religion in der Geschichte der Volker</i> (Whaling, 1984: 57-63).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><st1:place st="on"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Para</span></st1:place><span style="line-height: 150%;font-size:12;" > sarjana yang mempergunakan metode historis ini antara lain: C.J. Bleeker, G. Widrengen, A. Reviolle, A. Bertholet dan Fr. M. Muller (Jongeneel, 1978: 59).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Metode Sosiologis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Dalam metode ini dikaji problem-problem agama dan masyarakat dalam hubungannya satu sama lainnya. Banyak yang dapat dikaji dalam metode ini. </span><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Misalnya pengaruh kehidupan masyarakat dan perubahan-perubahannya terhadap pengalaman agama dan organisasi-organisasinya; pengaruh masyarakat terhadap ajaran-ajaran agama, praktek-praktek agama, golongan-golongan agama, jenis-jenis kepemimpinan agama; pengaruh agama terhadap perubahan-perubahan sosial, struktur-struktur sosial, pemenuhan atau fustrasi kebutuhan kepribadian; pengaruh timbale balik antara masyarakat dengan struktur intern persekutuan agama (segi keluar-masuknya jadi anggota, segi kepemimpinannya, toleransinya, kharismanya, dsb.); pengaruh gejala-gejala kemasyarakatan (<i>mekanisasi</i>, <i>industrialisasi</i>, <i>urbanisasi</i>, dsb.) terhadap agama; pengaruh agama terhadap etik, hukum, negara, politik, ekonomi, hubungan-hubungan sosial, dsb. (Jongenel: 1978: 68-69).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Beberapa contoh dari metode sosiologis ini misalnya: kajian Emile Durkheim mengenai hubungan totem dengan masyarakat. Menurut Emile Durkheim bentuk dan macam <i>totem</i> tergantung pada bentuk masyarakat. Dalam kajian lainnya ia menghubungkan antara gejala bunuh diri<span style=""> </span>dengan Katolik dan Protestan. Menurutnya gejala bunuh diri di kalangan Katolik lebih sedikit dibandingkan di kalangan Protestan. Hal itu terjadi karena masyarakat di kalangan Katolik lebih banyak tergantung pada <i>tradisi</i>, sehingga problem-problem yang menimpa anggota-anggotanya dapat diselesaikan melalui tradisinya. Sedang di kalangan Protestan lebih bersifat individual, sehingga problem-problem yang menimpa anggota-anggotanya terpaksa dipecahkan secara individual.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Contoh lainnya misalnya kajian Max Weber dalam bukunya <i>The Protestan Ethic and the</i> <i>Spirit of Capitalism</i> <span style=""> </span><span style=""> </span>tentang hubungan antara ajaran etik Protestan dengan sikap kapitalis (Nottingham, 1985: 136-137). Renato Poblete SJ dan F. O’Dea dalam penelitiannya pada para imigran Puerto Rico di <st1:state st="on">New York</st1:state> dengan judul “Anomie and the Quest for community,” The Formation of Sects among the Puerto Ricans of <st1:place st="on"><st1:state st="on">New York</st1:state></st1:place>,” menjelaskan bahwa konversi pemeluk Gereja Katolik ke gereja Pentecostal bermotif pembebasan dari krisis sosial dan situasi anomi yang menimbulkan krisis batin (Hendropuspito, 1986: 85-86).<span style=""> </span><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Beberapa sarjana yang menggunakan metode sosiologis antara lain: Joachim Wach, Milton Yinger, G. Le Bras, Gustav Mensching, (Jongeneel, 1978: 69), Fustel de Coulangers, Emile Durkheim, Max Weber, Ernst Troeltsch, Werner Sombart, Max Scheler (Wach, 1969: 23).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.25in; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">c.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Metode psikologis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Di sini dikaji aspek batin dari pengalaman agama individu maupun kelompok (Wach, 1969: 23). Di dalam metode ini dikaji interrelasi dan interaksi antara agama dengan jiwa manusia (Jongeneel, 1978: 86). Kajian psikologis ini meliputi masalah <i>arketipus,</i> <i>symbol</i>, <i>mite</i>, <i>numinous</i>, <i>penyataan</i> (wahyu), iman, pertobatan, <i>revival</i>, suara hati, keinsafan dosa, perasaan bersalah, pengakuan dosa, pengampunan, kekhawatiran, kebimbangan, penyerahan diri, kelepasan, <i>askese</i>, kesucian, <i>mistik</i>, <i>meditasi</i>, <i>kontemplasi</i>, <i>ekstase</i>, orang-orang <i>introvert </i>agama, orang-orang <i>ekstrovert</i> agama, kehidupan jiwa orang-orang <i>psikose</i>, <i>psikopati</i>, <i>neurose</i>, dsb <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Beberapa contoh dari penggunaan metode psikologis misalnya: kajian agama yang dilakukan oleh J. M. Charcot dan P. Janet. Mereka menyimpulkan bahwa agama dapat dijabarkan terutama kepada <i>neurose</i> dan <i>histeri</i>. Sigmund Freud menyimpulkan bahwa agama harus dipandang sebagai suatu gejala dari tahun-tahun masa kecil yang hidup terus<span style=""> </span>dalam kedewasaan, suatu ketidakdewasaan yang kolektif, suatu <i>simtom neurotis</i>, suatu impian, suatu <i>illusi</i>. W. Wund berpendapat bahwa agama ditinjau dari segi asal-usulnya merupakan gejala yang berhubungan dengan kehidupan jiwa bangsa, bukan kehidupan jiwa individu. William James menyimpulkan bahwa orang <i>healthy minded soul </i>dapat mengembangkan diri secara selaras, sedang orang yang <i>sick soul</i> bersifat <i>pesimistis</i> dan bertabiat <i>melankolis</i> (Jongeneel, 1987: 88-89). Gordon Allport membagi masyarakat religius ke dalam tipe <i>instrinsik </i>dan <i>ekstrinsik</i>.<span style=""> </span>Starbuck mengkaji tentang fenomena <i>konversi</i> keagamaan. Leube di samping mengkaji tentang <span style=""> </span><i>konversi</i> keagamaan juga tentang pengalaman <i>mistik</i> (Connolly, 2002: 192, 196).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Beberapa sarjana yang mengkaji agama secara psikologis antara lain <span style=""> </span>S. Freud, W. James, Gordon Allport, Carl Jung, Edwin Starbuck, Charcox, Ribot, Janet, Smityh and Fowler, Vande Kemp, dsb. (Whaling, 1984: 27-36).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>d. Metode Antropologis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Metode ini memandang agama dari sudut pandang budaya manusia. Asal-usul dan perkembangan agama dikaitkan dengan budaya manusia (Harsojo, 1984: 221). Biasanya metode ini berjalan sejajar dengan aliran-aliran yang ada dalam antropologi. Misalnya aliran <i>evolusionisme</i>, <i>fungsionalisme</i>, <i>strukturalisme</i> (Daradjat <i>at. all</i>., 1983: 56-60).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Contoh dari penggunaan metode antropologis ini misalnya: Kajian E.B. Taylor dalam bukunya <i>Primitive Culture</i>, yang menyimpulkan bahwa menurut evolusi asal-usul agama adalah <i>animisme</i>. Berikutnya Andrew Lang dalam bukunya <i>The Making of Religion</i> menyimpulkan bahwa awal agama adalah kepercayaan kepada dewa yang tertinggi. Akhirnya James Frazer dalam bukunya <i>The Golden Bough</i> menyimpulkan bahwa <i>magi</i> merupakan agama yang tertua. Marett dalam bukunya <i>The Threshold of Religion </i>menyimpulkan bahwa pangkal <i>religi</i> adalah suatu <i>emosi</i> atau suatu getaran jiwa yang timbul karena kekaguman manusia terhadap hal-hal dan gejala-gejala tertentu yang sifatnya luar biasa (Koentjaraningrat,1980: 46-61).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Beberapa sarjana yang mengkaji agama dengan metode antropologis antara lain: Edward B. Tylor, Andrew Lang, James George Frazer, Robert R. Marett, Wilhelm Schmidt, <st1:place st="on"><st1:city st="on">Arnold</st1:city></st1:place> vn Gennep, Bronislaw Malinowski, Robert H. Lowie (Waardenburg, 1973: xi, xiii).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >e. Metode Fenomenologis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Metode ini mengkaji agama dari segi essensinya. Dalam metode ini pengkaji agama<span style=""> </span>berusaha mengenyampingkan hal-hal yang bersifat subyektif. Pengkaji agama berusaha mengkaji agama menurut apa yang difahami oleh pemeluknya sendiri, bukan menurut pengkaji agama.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Cara kerja metode ini adalah <i>mengklasifikasi</i>, menamai, membandingkan dan melukiskan gejala agama dan gejala-gejala agamani tersendiri (tertentu), dengan tidak memberikan penilaian<span style=""> </span>tentang nilai, kenyataan dan kebenaran agama dan gejala-gejala agama tersendiri (tertentu), tetapi menyerahkannya kepada <i>filsafat agama</i> dan <i>teologi sistematis</i>. Filsafat agama akan menilainya dalam terang <i>akal-budi</i> yang murni, sedang teologi sistematis akan menilainya dalam <i>Penyataan Ilahi</i> atau <i>Wahyu</i> (Jongeneel, 1978: 106-107).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Contoh dari metode fenomenologis ini misalnya Rudolf Otto dalam bukunya <i>The Idea of the Holy</i> mengkaji tentang yang <i>kudus</i> (holy) (Otto, !950: vii-viii). Gerardus van der Leeuw dalam bukunya <i>Religion in Essence and Manifestation</i> mengkaji tentang <i>obyek</i> agama, <i>subyek</i> agama dan obyek dan subyek agama dalam hubungannya satu dengan lainnya (Leeuw, 1963: ix-xii). Mariasusai Dhavamony dalam bukunya <i>Phenomenology of Religion</i> mengkaji bentuk-bentuk <i>primitif</i> agama, <i>obyek</i> agama, agama dan pengungkapannya, pengalaman<i> religius</i>, dan tujuan agama (Dhavamony, 1995: 11-15). Annemarie Schimmel dalam bukunya <i>Deciphering the Signs of God: A Phenomenological Approach to Islam</i> menkaji hal-hal yang <i>suci</i> dalam Islam: alam dan kebudayaan yang suci, ruang dan waktu yang suci, tindakan yang suci, firman dan kitab suci, individu dan masyarakat suci, Tuhan dan ciptaan-Nya (Schimmel, 1996: 7).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Beberapa sarjana yang mengkaji agama dengan metode fenomenologis antara lain: Ninian Smart, G. Widrengen, Friedrich Heiler, Gustav Mensching, W. Brede Kristensen, C.J. Bleeker, R. Otto, dan Gerardus van der Leeuw (Whaling, 1984: 64-67). Di sini tampaklah beberapa sarjana yang di samping mengkaji agama secara fenomenologis juga historis, yaitu C.J. Bleeker dan G.Widrengen. Hal ini logis, karena metode fenomenologis lahir dari ibu kandung metode historis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >e. Metode Typologis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span><span style=""> </span>Metode ini mengkaji agama atau gejala-gejala agama dengan membuat tipe-tipe tertentu. Di sini gejala-gejala agama yang ruwet disusun dengan <i>tipe-tipe ideal</i>. Dalam metode ini disusunlah tipe-tipe <i>mistik</i>, <i>teologi</i>, peribadatan,<i> kharisma</i> agama, pemimpin agama, kekuatan agama, kelompok-kelompok agama, kejiwaan pemeluk agama, dsb.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Beberapa sarjana yang menggunakan metode tipologis ini misalnya: Max Weber, Howard Becker, Wiliiam James, Wilhelm Dilthy, Herder, Hegel (Wach, 1961: 26).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >f. Metode Perbandingan atau Komparatif.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" ><span style=""> </span><span style=""> </span></span><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Dalam metode ini agama secara umum atau gejala-gejala agama (unsur-agama) diperbandingkan satu dengan lainnya. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Ada</st1:city></st1:place> beberapa cara dalam membandingkan ini. Menurut Ake Hultkranz, yang dibandingkan adalah fungsi-fungsi unsur agama dalam konteks budaya. Menurut O. Lewis, perbandingan bisa berupa perbandingan terbatas maupun perbandingan tak terbatas. Menurut Platvoet, perbandingan dapat berupa agama-agama sebagai keseluruhan maupun perbandingan gejala-gejala yang bersamaan di dalam agama-agama. Adapun van Baaren dan Leertouver membedakan antara perbandingan <i>transkultural</i> dengan perbandingan <i>kontekstua</i>l. Dalam perbandingan transkultural perhatian ditujukan kepada pada cara dan unsur-unsur agama yang dianggap oleh penganut agama tersebut berbeda dengan cara dan unsur agama orang luar. Sedang dalam perbandingan kontekstual agama atau unsur agama dibandingkan dalam situasi konteks agama dan kebudayaan masing-masing. Akhirnya Ake Hulkrantz juga menunjukkan perbandingan melalui prinsip-prinsip sejarah, fungsional, struktural, dsb.(Burhanuddin dan Beck, 1992: 53-56).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Beberapa metode di atas biasanya dikenal sebagai metode yang bersifat ilmiah atau <i>scientific</i>. A. Mukti Ali menyatakan bahwa metode ilmiah saja tidaklah cukup untuk mendekati agama, perlu dilengkapi dengan metode lain yang khas agama yaitu metode <i>dogmatis</i>. Oleh karena itu metode yang lengkap unruk mendekati agama adalah <i>sintesis</i> dari metode ilmiah dan dogmatis yang disebut dengan metode <i>religio-scientific</i> atau <i>scientific-cum-doctrinair</i> atau <i>ilmiah-agamis</i> (Ali, 1993: 79).<span style=""> </span> <span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Berdasarkan beberapa metode yang digunakan dalam Ilimu Perbandingan Agama di atas (historis, sosiologis, psikologis, antropologis, fenomenologis, typologies, dan komparatif) jelaslah bahwa Ilmu Perbandingan Agama bukan sekedar membanding-bandingkan agama. Ilmu Perbandingan Agama lebih merupakan ilmu yang mengkaji agama secara luas yang bersifat ilmiah atau scientific dengan menggunakan berbagai metode (historis, sosiologis, psikologis, antropologis, fenomenologis, typologies, dan komparativ) dan metode dogmatis sekaligus (ilmiah-agamis). Metode perbandingan atau komparatif hanyalah merupakan salah satu saja dari metode yang dipakai dalam Ilmu Perbandingan Agama. Metode perbandingan atau komparatif yang digunakanpun lebih luas dari persangkaan orang, yaitu sekedar membanding-bandingkan agama. </span><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Metode perbandingan yang dipakai dalam Ilmu Perbandingan Agama lebih luas dari pada itu, yaitu mencakup perbandingan fungsi-fungsi unsur agama dalam konteks budaya, perbandingan terbatas dan tak terbatas, perbandingan transkultural dan kontekstual, perbandingan melalui prinsip-prinsip sejarah, fungsional, structural, dsb.</span><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Perkembangan Ilmu Perbandingan Agama.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >1. <span style=""> </span>Perkembangan di Dunia Barat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" ><span style=""> </span></span><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Di dunia Barat beberapa abad sebelum Yesus lahir, Herodotus (481 SM), beroros (250 SM), <st1:place st="on"><st1:city st="on">Cicero</st1:city></st1:place> (106-38 SM), Sallustius (86-34 SM) telah memberikan sketsa tentang sejarah berbagai agama dan menggambarkan adapt kebiasaan bangsa-bangsa lain yang diketahuinya pada waktu itu. Strabo (63 SM – 21 M) telah menulis dengan kritis agama-agama di dunia Timur. Ia diikuti oleh Varro (116-27 SM) dan Tacitus (55-117 M).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Selanjutnya beberapa penulis Kristen apologis pada abad-abad pertama seperti Aristides telah memberikan interpretasi tentang hubungan antara agama kafir, Yahudi dan Kristen. Berikutnya Clement dari <st1:place st="on"><st1:city st="on">Alexandria</st1:city></st1:place> (202 M) menulis tentang agama Buddha. Saxo (1220 M) dan Snorri (1241) menulis tentang agama-agama di Eropa Utara.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Marco Polo (1254-1324 M) yang telah menjelajahi Asia Tengah pada tahun 1271 dan Negeri Tiongkok pada tahun 1275 telah menulis tentang agama-agama Timur di Eropa pada masa itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Pada masa <i>Reformasi</i> dan <i>Renaissanse</i>, Erasmus<span style=""> </span>(1469-1536 M) menulis tentang elemen-elemen agama kafir yang terdapat dalam peribadatan agama Roma Katolik dan ajaran-ajarannya. Kemudian diikuti oleh Toland dalam bukunya <i>Christianity not Mysterius</i> (1696).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Sejalan dengan semangat <i>Rasionalisme</i>, maka mulailah teori evolusi tentang asal-usul agama, dengan menolak adanya <i>revelation</i> (wahyu). Hal ini tampak dalam bukunya David Hume dengan judul <i>Natural History of Religion</i> (1757) dan dalam bukunya Voltair berjudul <i>Essay</i> (1780).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Selanjutnya diikuti dengan penelitian agama yang historis dari Duperon tentang agama Persia; William Jones tentang agama Sanskrit; Champollion tentang agama Mesir Lama; Rask tentang agama Persia dan India; Niebuhr, Botta, Layard dan lainnya menulis tentang agama Babilonia. Kemudian Ernest Renan (1822-1892) menjadi orang pertama yang menciptakan istilah “Comparative Study of Religion.”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Setelah itu ilmu baru ini mendapat sambutan yang hangat di berbagai Universitas di Barat. Sebelum penutup abad ke-19 sudah terdapat ahli-ahlinya <st1:city st="on">di Belanda</st1:city>, <st1:country-region st="on">Switzerland</st1:country-region>, Perancis, <st1:place st="on"><st1:city st="on">Italia</st1:city>, <st1:country-region st="on">Denmark</st1:country-region></st1:place>, Belgia dan Amerika. Setelah itu diterbitkanlah beberapa buku, majalah, dan diadakan beberapa konggres internasional ( Ali, 1975: 11-14).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Namun Ilmu Perbandingan Agama dalam arti yang sebenarnya lahir pada saat Max Muller (1823-1900) menulis beberapa karangannya tentang agama-agama. Oleh karena itu Max Muller dapat disebut sebagai bapak Ilmu Perbandingan Agama.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span></span><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Ilmu Perbandingan Agama di Barat dapat berkembang dengan baik karena didukung oleh suasana dan semangat ilmiah yang baik dan dana yang memadai.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >2. <span style=""> </span>Perkembangan di Dunia Islam. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Cukup menarik bahwa di dunia Islam karangan atau tulisan tentang perbandingan agama terdapat di dalam kitab-kitab yang membahas tentang ilmu bumi dan sejarah. Misalnya tulisan agama-agama lain terdapat di dalam <i>Kitab ad-Din wad-Dawlah</i> karangan Ali ibn Sahl Rabban at-Thabari. Namun harus diakui bahwa beberapa tulisan tersebut bersifat apologis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Selanjutnya pada abad ke-11 tampillah Ibn Hazm (994-1064), salah seorang penulis besar dalam Islam, telah menulis kitab sekitar 400 jilid tentang sejarah, teologi, hadits, logika, syair, dsb. Kitabnya yang berkaitan dengan agama lain ialah <i>Al-Fasl fil-Milal wal-Ahwa’ wan-Nihal</i>. Di dalam kitab tersebut Ibn Hazm membahas tentang agama Kristen dan Kitab Bible.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Kemudian salah seorang penulis Muslim terkemuka, Muhammad Abdul Karim Asy-Syahrastani (1071-1143) menulis Kitab <i>Al-Milal wan-Nihal</i> (1127). Di dalam kitab tersebut ia membagi agama menjadi: Islam, <i>Ahlul Kitab</i> dan orang yang mendapatkan wahyu tetapi tidak tergolong <i>Ahlul Kitab</i>, yaitu orng-orang yang bebas berpikir dan ahli-ahli filasafat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Namun haruslah diakui bahwa perkembangan pebandingan agama di dunia Islam tidak luput dari <i>apologi</i>. Tulisan yang bersifat apologis ini tampak dalam tulisan Ahmad as-Sanhaji Qarafi (meninggal 1235) dalam bukunya <span style=""> </span><i>Al-Ajwibah al-Fakhirah</i> <i>an al-As’ilah al-Fajirah</i>. Kitab ini merupakan jawaban terhadap buku <i>Risalah ila</i> <i>Ahad al-Muslimin</i> yang dikarang oleh Uskup dari <st1:place st="on"><st1:city st="on">Sidon</st1:city></st1:place>. Muhammad Abduh menulis buku <i>Al-Islam wan Nashraniyah ma’al ‘ilmi wal-Madaniyah</i>, sebagai jawaban terhadap tulisan-tulisan Farah Antun dalam <i>Al-Jami’ah</i>. Masih banyak beberapa tulisan dari penulis Muslim yang bersifat <i>apologis</i> misalnya Husain Hirrawi, Syaikh Yusuf Nabbani, Ahmad Maliji, Muhammad Ali Maliji, Abdul Ahad Dawud, dsb. Di sini perlulah disebut karangan<span style=""> </span><i>apologis</i> yang sangat baik, yaitu buku <i>The Spirit of</i> <i>Islam</i>, karangan Ameer Ali.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Secara garis besar dapatlah disimpulkan bahwa perkembangan Ilmu Perbandingan Agama di dunia Islam kurang menguntungkan dibandingkan dengan Barat. Sebagian besar kitab yang dikarang oleh penulis Muslim bersifat apologis. Kitab-kitab yang membahas tentang agama lain banyak yang tidak orisinil sumbernya. Sedikit yang orisinil dan itupun hanya mengenai agama Kristen. ( Ali: 1975: 15-19).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span>Di samping itu dunia Islam lebih mementingkan pengembangan ilmu-ilmu ke-Islaman (‘Ulumul Qur’an, ‘Ulumul Hadis, Ilmu Kalam, Fiqih, Tasawuf, dsb.) dan dakwah, dan kurang memperhatikan ilmu-ilmu agama yang bersifat empiris. Patut diperhatikan juga bahwa pada abad ke-19 beberapa Negara Islam dalam cengkeraman penjajahan Negara Barat, sehingga perhatian dipusatkan untuk pembebasan atau kemerdekaan negaranya dari penjajahan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">3.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Perkembangan di Indonesia<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Di Indonesia Ilmu Perbandingan Agama mulai diajarkan di Fakultas Ushuluddin Jurusan Perbandingan Agama IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 1961, atau satu tahun setelah berdirinya IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada tahun 1964 terbitlah buku pertama tentang Ilmu Perbandingan Agama yang ditulis oleh Dr. A. Mukti Ali dengan judul<span style=""> </span><i>Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan tentang Methodos dan Sistema).</i> Setelah seperempat abad lamanya belum terbit lagi buku Ilmu Perbandingan Agama yang membahas tentang metode dan sistema. Baru pada tahun 1986 terbitlah buku Ilmu Perbandingan Agama yang membahas tentang metode dan sistema yang dikarang oleh pengarang yang sama (Dr. A. Mukti Ali) dengan judul <i>Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia</i>.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Memang selama seperempat abad itu telah terbit beberapa karangan yang membahas tentang perbandingan agama, tetapi kalau dibaca secara sekasama tampaklah bahwa uraian-uraiannya masih berbersifat <i>apologis</i> dan kurang ilmiah. Lebih tepat beberapa karangan tersebut disebut sebagai karangan <i>teologis</i> atau Ilmu Kalam. Sebab biasanya dalam karangan tersebut agama-agama selain Islam diteropong atau dinilai dari agama Islam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Secara garis besar dapatlah disimpulkan bahwa Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia kurang berkembang dengan baik. Adapun sebab-sebabnya antara lain sebagai berikut:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">a.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Kekurangan bacaan ilmiah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">b.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Kekurangan kegiatan penelitian secara ilmiah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">c.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Kekurangan diskusi akademis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -14.2pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">d.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Masih rendahnya penguasaan bahasa asing dari sebagian besar para mahasiswa<span style=""> </span>dan dosen, padahal hanya sedikit buku Ilmu Perbandingan Agama yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang membahas secara analitis. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Di samping itu ada bebrapa sebab yang bersifat fundamental, yaitu:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Pertama, pemikiran ulama di Indonesia tentang Islam lebih banyak menekankan bidang fikih yang bersifat <i>normatif</i>.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Kedua, setelah pemberontakan PKI, Isalam di Indonesia lebih banyak menekankan semangat dakwah, sehingga ilmu yang ditekankan ialah Ilmu Dakwah atau Missiologi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Ketiga, karena Ilmu Perbandingan Agama lahir dari Barat<span style=""> </span>sehingga menyebabkan salah sangka dan curiga di kalangan umat Islam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Keempat, para peserta kuliah Ilmu Perbandingan Agama kurang menguasai ilmu-ilmu bantu (Sejarah, Sosiologi, Antropologi, Arkeologi, dsb.). </span><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Di samping itu mereka kurang menguasai bahasa asing<span style=""> </span>(Ali,1998: 17-21).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Di samping itu Ilmu Perbandingan Agama kurang berkembang di <st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region> karena kurang dana, minimnya pertemuan ilmiah, dan kurang informasi tentang Ilmu Perbandingan Agama baik mengenai isinya maupun manfaatnya bagi kerukunan hidup beragama maupun untuk integrasi bangsa <span style=""> </span><st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" >Manfaat Ilmu Perbandingan Agama bagi seorang Muslim.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="DE" ><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span></span><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Ilmu Perbandingan Agama mempunyai banyak manfaat bagi seorang Muslim. Adapun beberapa manfaatnya <span style=""> </span>adalah sebagai berikut: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">1.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Dapat memahami kehidupan batin, alam pikiran dan kecenderungan hati dari berbgai umat manusia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">2.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Dengan mengetahui agama-agama lain seorang Muslim dapat mencari persamaan-persamaan (lebih tepat kesejajaran-kesejajaran ) antara agama Islam dengan agama-agama lain. </span><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Dengan demikian dapat membuktikan di mana letak keunggulan agama Islam dibandingkan agama-agama lain. Selanjutnya dapat mengetahui bahwa agama-agama sebelum Islam itu sebagai pengantar terhadap kebenaran yang lebih luas dan lebih penting, yaitu agama Islam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" ><span style="">3.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Dengan membandingkan agama Islam dengan agama-agama lain dapat menimbulkan rasa simpati terhadap orang-orang yang belum mendapatkan petunjuk tentang kebenaran. Selanjutnya akan menimbulkan rasa tanggung jawab untuk menyiarkan kebenaran-kebenaran yang terkandung dalam agama Islam kepada masyarakat luas.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" ><span style="">4.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Dengan membandingkan ajaran-ajaran agama Islam dengan ajaran agama-agama lain akan memudahkan untuk memahami isi dari agama Islam itu sendiri. Bahkan dengan cara membandingkan <span style=""> </span>tersebut dapat memperdalam keyakinan seorang Muslim terhadap ajaran-ajaran yang terkandung di dalam agama Islam itu sendiri, atau dapat menampakkan mutu manikam ajaran Islam yang kadang-kadang tidak disadari sebelum dibandingkan dengan agama lain.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" ><span style="">5.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Dengan mengetahui konsep-konsep ajaran agama lain seorang Muslim akan dapat belajar menemukan konsep-konsep yang mudah dicerna orang lain. Sebab sering ajaran Islam sulit difahami orang lain karena orang Islam sendiri sering mengemukakan konsep-konsep ajaran Islam yang rumit dan sulit.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" ><span style="">6.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Dengan mengetahui ajaran-ajaran agama lain seorang Muslim dapat lebih baik dalam berdakwah. Sebab ia dapat lebih baik dalam menentukan metode, materi, konsep-konsep, strategi, dsb. sesuaia dengan sasarannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">7.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Pada era globalisasi ini dimana bangsa-bangsa, suku-suku, golongan-golongan, dengan lebih mudah saling bertemu dan berkomunikasi karena berbagai kepentingan, maka pengetahuan akan agama-agama lain sangat dibutuhkan. </span><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Karena dengan bertemunya macam-macam bangsa, suku dan golongan tersebut pada dasarnya juga saling bertemu agamanya. Selanjutnya dengan memahami ajaran-ajaran agama lain seorang Muslim akan lebih mudah toleran dan hidup rukun dengan orang yang beragama lain. Akibat lebih jauh dengan adanya kerukunan hidup beragama itu para pemeluk agama-agama dapat saling bersatu untuk perdamaian dunia, mengentaskan kemiskinan, membangun bangsanya atau dunia, memerangi kejahatan, meninggikan moral, dsb. ( Ali, 1975: 38-41).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" ><span style="">8.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Dengan menguasai Ilmu Perbandingan Agama seorang Muslim akan<span style=""> </span>lebih mudah<span style=""> </span>melakukan dialog dengan pemeluk agama lain (Ali, 1993: 84).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Di samping itu dengan mempelajari Ilmu Perbandingan Agama, meneliti dan mengembangkannya, seorang Muslim dapat mengkaji agama-agama lain terutama yang berada di Barat, sehingga dengan sendirinya akan mengembangkan Occidentalisme atau pemahaman tentang budaya dan agama Barat. <span style=""> </span>Sehingga seorang Muslim tidak hanya membiarkan agama Islam sebagai obyek kajian para Orientalis , tetapi juga menjadi subyek dengan mengkaji agama-agama selain Islam (terutama agama orang Barat).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Lebih dari itu Ilmu Perbandingan Agama-pun dapat dijadikan sebagai ilmu bantu atau alat untuk dakwah. Sebagaimana Ilmu Filsafat dan Logika dapat dipakai oleh para Mutakallimin untuk membela agama Islam, karena musuh-musuh Islam-pun menggunakan Ilmu Filsafat dan Logika untuk menyerang Islam, demikian juga Ilmu Perbandingan Agama <span style=""> </span>dapat digunakan oleh para dai untuk berdakwah. Dalam hal ini “ilmu bukan untuk ilmu,” lebih khusus lagi “Ilmu Perbandingan Agama bukan hanya untuk Ilmu Perbandingan Agama,” tetapi ilmu atau lebih khusus lagi Ilmu Perbandingan Agama, untuk ibadah, khususnya ibadah dalam bidang dakwah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="line-height: 150%;font-size:14;" >Kesimpulan.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="line-height: 150%;font-size:14;" ><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">1.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Ilmu Perbandingan Agama merupakan ilmu yang mengkaji agama-agama dengan menggunakan beberapa metode ilmiah dan dogmatis sekaligus (<i>ilmiah-agamis, religio-scientific </i>atau<i> scientific-cum-doktrinair</i>).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">2.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" lang="SV" >Perkembangan Ilmu Perbandingan Agama di Barat lebih menguntungkan<span style=""> </span>dibandingkan di Dunia Islam dan di Indonesia. </span><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Perkembangan di Barat lebih menguntungkan karena didukung oleh suasana ilmiah yang kondusif dan dana yang cukup tersedia. Perkembangan di dunia Islam dan di <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> kurang menguntungkan di samping kurang kondosifnya suasana ilmiah juga masih kekurangan dana.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><span style="">3.<span style=";font-family:";font-size:7;" > </span></span></span><!--[endif]--><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >Ilmu Perbandingan Agama sangat bermanfaat bagi seorang Muslim, sebab dengan mempelajarinya dapat memahami agama-agama<span style=""> </span>lain baik<span style=""> </span>ajaran-ajarannya <span style=""> </span><span style=""> </span>maupun perkembangan penafsiran dan lembaganya secara empiris. Selanjutnya dapat menemukan mutu manikam keunggulan ajaran Islam setelah dibandingkan dengan agama-agama lain. Akhirnya dapat digunakan sebagai dialog, kerukunan hidup beragama <span style=""> </span>dan dakwah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="line-height: 150%;font-size:12;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b><span style="line-height: 150%;font-size:12;" >DAFTAR PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%;font-size:14;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Ali, A. Mukti. <i>Ilmu Perbandingan Agama (Sebuah Pembahasan tentang Methodos dan Sistema).</i> <st1:place st="on">Yogyakarta</st1:place>, 1975.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">_______________. <i>Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia. </i><st1:place st="on"><st1:city st="on">Bandung</st1:city></st1:place>, 1993.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Connolly, Peter (terj.) Imam Khoiri. <i>Aneka Pendekatan Studi Agama</i>. <st1:place st="on">Yogyakarta</st1:place>, 2002.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Daradjat, Zakiah (ed). <i>Perbandingan Agama, II</i>. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>, 1992.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Daya, Burhanuddin dan Herman Leonard Beck (ed). <i>Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia dan Belanda (Beberapa Permasalahan).</i><span style=""> </span><st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>,1990.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">_______________. <i>Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia dan Belanda</i>. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>, 1992<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Dhavamony, Mariasusai (terj.) A. Sudiarja et. all. <i>Fenomenologi Agama</i>. <st1:place st="on">Yogyakarta</st1:place>, 1995.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Harsojo. <i>Pengantar Antropologi</i>. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>, 1984.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Hendropuspito, D. <i>Sosiologi Agama</i>. <st1:place st="on">Yogyakarta</st1:place>, 1986.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Jongeneel, J.A.B. <i>Pembimbing ke dalam Ilmu Agama dan Teologi Kristen Pembimbing Umum Pembimbing ke dalam Ilmu Agama,I.</i> <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>, 1978.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Koentjaraningrat. <i>Sejarah Teori Antropologi</i>, I. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>, 1980.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Leeuw, van der. <i>Religion in Essence and Manifestation</i>. <st1:place st="on"><st1:state st="on">New York</st1:state></st1:place>, 1963.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><st1:place st="on"><span style="font-size:12;">Nottingham</span></st1:place><span style="font-size:12;">, Elizabeth K (terj.) Abdul Muis Naharong. <i>Agama dan Masyarakat Suatu Pengantar Sosiologi Agama</i>. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>, 1985. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Otto, Rudolf. <i>The Idea of the Holy an Inquiry the Non-Rational Faktor in the Idea of the Divine and Its Relation to the Rational</i>. <st1:place st="on"><st1:state st="on">New York</st1:state></st1:place>, 1950.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Schimmel, Annemarie (terj.) Rahmani Astuti. <i>Rahasia Wajah Suci Ilahi</i>. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Bandung</st1:city></st1:place>, 1996.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Waardenburg, Jacques. <i>Classical Approaches to the Study of Religion Aims, Methods and Theories of<span style=""> </span>Research, I, Introduction and Anthology</i>. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Paris</st1:city></st1:place>, 1972.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Wach, Joachim. <i>The Comparative Study of Religions</i>. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Columbia</st1:city></st1:place>, 1969.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 28.35pt; text-align: justify; text-indent: -28.35pt;"><span style="font-size:12;">Whaling, Frank<i>. Contemporary<span style=""> </span>Approaches: to the Study of Religion</i>. <st1:place st="on"><st1:state st="on">New York</st1:state></st1:place>, 1984.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="font-size:12;"><o:p> </o:p></span></p>educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-18530846910890698072008-05-29T05:54:00.000-07:002008-05-29T05:57:50.925-07:00metode-metode pembelajaran<h2>Model-Model Pembelajaran<o:p></o:p></h2> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.</span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.<br />Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.</span><o:p></o:p></p> <h3><a href="http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/metode-role-playing/" title="Tautan Tetap ke "Metode Role Playing"">Metode Role Playing</a><o:p></o:p></h3> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:</span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.</span><o:p></o:p></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.</span><o:p></o:p></li></ol> <h3><a href="http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/metode-pemecahan-masalah-problem-solving/" title="Tautan Tetap ke "Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)"">Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)</a><o:p></o:p></h3> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.<br />Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:</span><o:p></o:p></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Berpikir dan bertindak kreatif.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.</span><o:p></o:p></li></ol> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:</span><o:p></o:p></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.</span><span style="font-size: 10pt;"> </span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.</span><span style="font-size: 10pt;"> </span><o:p></o:p></li></ol> <h3><a href="http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/pembelajaran-berdasarkan-masalah/" title="Tautan Tetap ke "Pembelajaran Berdasarkan Masalah"">Pembelajaran Berdasarkan Masalah</a><o:p></o:p></h3> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Langkah-langkah:</span><o:p></o:p></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.</span><o:p></o:p></li></ol> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kelebihan:</span><o:p></o:p></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik. </span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain. </span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Dapat memperoleh dari berbagai sumber. </span><o:p></o:p></li></ol> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kekurangan: </span><o:p></o:p></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Membutuhkan banyak waktu dan dana.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini</span><o:p></o:p></li></ol> <h3><a href="http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/cooperative-script/" title="Tautan Tetap ke "Cooperative Script"">Cooperative Script</a><o:p></o:p></h3> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Langkah-langkah:</span><o:p></o:p></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru membagi siswa untuk berpasangan.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kesimpulan guru.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Penutup.</span><o:p></o:p></li></ol> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kelebihan:</span><o:p></o:p></p> <ul type="disc"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Setiap siswa mendapat peran.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.</span><o:p></o:p></li></ul> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kekurangan:</span><o:p></o:p></p> <ul type="disc"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).</span><o:p></o:p></li></ul> <h3><a href="http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/picture-and-picture/" title="Tautan Tetap ke "Picture and Picture"">Picture and Picture</a><o:p></o:p></h3> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Langkah-langkah:<br />1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.<br />2. Menyajikan materi sebagai pengantar.<br />3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.<br />4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.<br />5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.<br />6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.<br />7. Kesimpulan / rangkuman.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kebaikan:<br />1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.<br />2. Melatih berpikir logis dan sistematis.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.</span><o:p></o:p></p> <h3><a href="http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/14/numbered-heads-together/" title="Tautan Tetap ke "Numbered Heads Together"">Numbered Heads Together</a><o:p></o:p></h3> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.<br />Langkah-langkah:</span><o:p></o:p></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kesimpulan.</span><o:p></o:p></li></ol> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kelebihan:</span><o:p></o:p></p> <ul type="disc"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Setiap siswa menjadi siap semua.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. </span><o:p></o:p></li></ul> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kelemahan:</span><o:p></o:p></p> <ul type="disc"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru</span><o:p></o:p></li></ul> <h3><a href="http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/metode-investigasi-kelompok-group-investigation/" title="Tautan Tetap ke "Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)"">Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)</a><o:p></o:p></h3> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). <st1:place st="on">Para</st1:place> guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. <st1:place st="on">Para</st1:place> siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:</span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">a. Seleksi topik</span></strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;"><br />Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. <st1:place st="on">Para</st1:place> siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik. </span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">b. Merencanakan kerjasama</span></strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;"><br />Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas. </span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">c. Implementasi</span></strong><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;"><br /></span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.</span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">d. Analisis dan sintesis</span></strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;"><br />Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.</span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">e. Penyajian hasil akhir</span></strong><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;"><br /></span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.</span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">f. Evaluasi</span></strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;"><br />Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.</span><o:p></o:p></p> <h3><a href="http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/27metode-jigsaw/" title="Tautan Tetap ke "Metode Jigsaw"">Metode Jigsaw</a><o:p></o:p></h3> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.</span><o:p></o:p></p> <h3><a href="http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/metode-team-games-tournament-tgt/" title="Tautan Tetap ke "Metode Team Games Tournament (TGT)"">Metode Team Games Tournament (TGT)</a><o:p></o:p></h3> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.<br />Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.<br />Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:</span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">1. Penyajian kelas </span></strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;"><br />Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.</span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">2. Kelompok (team)</span></strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;"><br />Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.</span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">3. Game</span></strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;"><br />Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.</span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">4. Turnamen</span></strong><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;"><br /></span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.</span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">5. Team recognize (penghargaan kelompok)</span></strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;"><br />Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40</span><o:p></o:p></p> <div class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"> <hr align="center" size="2" width="100%"> </div> <h3><a href="http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/10/metode-student-teams-%e2%80%93-achievement-divisions-stad/" title="Tautan Tetap ke "Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)"">Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)</a><o:p></o:p></h3> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.<br />Langkah-langkah:</span><o:p></o:p></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru menyajikan pelajaran.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Memberi evaluasi.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Penutup.</span><o:p></o:p></li></ol> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kelebihan:<br />1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.<br />2. Melatih kerjasama dengan baik.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kekurangan:<br />1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.<br />2. Membedakan siswa.</span><o:p></o:p></p> <h3><a href="http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/10/model-examples-non-examples/" title="Tautan Tetap ke "Model Examples Non Examples"">Model Examples Non Examples</a><o:p></o:p></h3> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.<br />Langkah-langkah:</span><o:p></o:p></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">KKesimpulan.</span><o:p></o:p></li></ol> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kebaikan:<br />1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.<br />2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.<br />3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kekurangan:<br />1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.<br />2. Memakan waktu yang lama.</span><o:p></o:p></p> <h3><a href="http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/10/model-lesson-study/" title="Tautan Tetap ke "Model Lesson Study"">Model Lesson Study</a><o:p></o:p></h3> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Lesson Study adalah suatu metode yang dikembankan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnyadisebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.<br />Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.<br />Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:</span><o:p></o:p></p> <p style="margin-left: 20.25pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:</span><o:p></o:p></p> <p style="text-indent: 20.25pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">a. Perencanaan.</span><o:p></o:p></p> <p style="text-indent: 20.25pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">b. Praktek mengajar.</span><o:p></o:p></p> <p style="text-indent: 20.25pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">c. Observasi.</span><o:p></o:p></p> <p style="text-indent: 20.25pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.</span><o:p></o:p></p> <p style="margin-left: 20.25pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.</span><o:p></o:p></p> <p style="margin-left: 20.25pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.</span><o:p></o:p></p> <p style="margin-left: 20.25pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.</span><o:p></o:p></p> <p style="margin-left: 20.25pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.</span><o:p></o:p></p> <p style="margin-left: 20.25pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).</span><o:p></o:p></p> <p style="margin-left: 6.75pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:</span><o:p></o:p></p> <p style="margin-left: 20.25pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.</span><o:p></o:p></p> <p style="margin-left: 20.25pt; text-indent: -13.5pt;"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.</span><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><a href="http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/model-model/page/3/">http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/model-model/page/3/</a><o:p></o:p></p> <h3><a href="http://gurupkn.wordpress.com/2007/12/22/model-pembelajaran-arias/" title="Tautan Tetap ke "Model Pembelajaran ARIAS"">Model Pembelajaran ARIAS</a><o:p></o:p></h3> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Abstrak. Model pembelajaran ARIAS dikembangkan sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran ARIAS berisi <st1:city st="on"><st1:place st="on">lima</st1:place></st1:City> komponen yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction yang dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Model ini sudah dicobakan di dua sekolah yang berbeda yaitu salah satu SD negeri di Kota Palembang (percobaan pertama) dan satu SD negeri di Sekayu, Kabupaten Musi Banyu Asin (percobaan kedua). Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil percobaan tersebut model pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Kata kunci: motivasi berprestasi, hasil belajar siswa, ARIAS, kegiatan pembelajaran</span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">1. Pendahuluan</span></strong><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Suatu tes terhadap sejumlah siswa SD dari berbagai kabupaten dan propinsi menunjukkan hasil belajar siswa sangat rendah (Lastri 1993:12). Nilai Ebtanas siswa SD dalam kurun waktu <st1:city st="on"><st1:place st="on">lima</st1:place></st1:City> tahun terakhir (1993/1994 sampai dengan 1997/199 <!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1026" type="#_x0000_t75" alt="8)" style="'width:11.25pt;"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\Administrator\Local%20Settings\Temp\msohtml1\01\clip_image001.gif" href="http://s.wordpress.com/wp-includes/images/smilies/icon_cool.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/Administrator/Local%20Settings/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" alt="8)" class="wp-smiley" shapes="_x0000_i1026" border="0" height="15" width="15" /><!--[endif]-->menunjukkan hasil belajar yang kurang menggembirakan (Depdikbud, 1998).</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Berkenaan dengan hal itu, maka dengan memperhatikan berbagai konsep dan teori belajar dikembangkanlah suatu model pembelajaran yang disebut dengan model pembelajaran ARIAS. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa, telah dicobakan pada sejumlah siswa di dua sekolah yang berbeda. Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran ARIAS ini dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, dan sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa. Tujuan percobaan lapangan ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar.</span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">2. Kajian Teori dan Pembahasan</span></strong><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">2.1 Model Pembelajaran ARIAS</span></strong><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610). Evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard dan Senior (1980: 72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung <st1:city st="on"><st1:place st="on">lima</st1:place></st1:City> komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris, 1981: 80). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.</span><o:p></o:p></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">2.2 Komponen Model Pembelajaran ARIAS</span></strong><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari <st1:city st="on"><st1:place st="on">lima</st1:place></st1:City> komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986: 218). Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989: 42). Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">- Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa. Menurut Martin dan Briggs (1986: 427-433) penggunaan model seseorang yang berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas dari para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap percaya diri menurut Bandura seperti dikutip Gagne dan Briggs (1979: 8 <!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1027" type="#_x0000_t75" alt="8)" style="'width:11.25pt;height:11.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\Administrator\Local%20Settings\Temp\msohtml1\01\clip_image001.gif" href="http://s.wordpress.com/wp-includes/images/smilies/icon_cool.gif"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/Administrator/Local%20Settings/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" alt="8)" class="wp-smiley" shapes="_x0000_i1027" border="0" height="15" width="15" /><!--[endif]-->sudah dilakukan secara luas di sekolah-sekolah.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">- Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">- Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne (1987: 175-202) merupakan salah satu usaha menanamkan rasa percaya diri pada siswa.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">- Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140).</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah: </span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">- Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968: 162). Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">- Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">- Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai- nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional, sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang sedang dibicarakan (Semiawan, 1991). (4) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah: </span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">- Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">- Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">- Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut Lesser seperti dikutip Gagne dan Driscoll (1988: 69) variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah <st1:city st="on"><st1:place st="on">gaya</st1:place></st1:City> mengajar.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">- Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs (1979: 157) dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.</span><o:p></o:p></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31). Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (Gagne dan Briggs, 1979:157). Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin (1987: 11-14) bahwa evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior (1980: 76) bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah: </span><o:p></o:p></p> <ul type="disc"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.</span><o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.</span><o:p></o:p></li></ul> <p class="MsoNormal"><span style="font-size: 10pt; font-family: Tahoma;">Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran (Hilgard dan Bower, 1975:561). Menurut Keller berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik (Keller dan Kopp, 1987: 2-9). Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Memberikan penghargaan (reward) menurut Thorndike seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs (1979:</span></p>educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-12505525628637975062008-05-28T10:14:00.000-07:002008-05-28T10:15:05.627-07:00ilmu kalam<center><span style="font-family:arial;font-size:6;"><span style="color:blue;">Keadilan Dalam Islam </span></span><br />(Petikan dari buku Al-'Adl Fil Islam oleh Al-Syahid Murtadha Mutahhari, Terbitan Muassasah Al-Bi'thah, Teheran) </center> <dd><span style="font-family:Haettenschweiler;"><span style="color:blue;">Kandungan Perbahasan:</span></span> <dir> <li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#seleweng">Menyelewengnya Kaum Muslimin Dari Keadilan Ilahi</a> </li><li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#keadilan">Keadilan Ilahi</a></li><li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#rasional">Kebaikan dan Kejahatan Bersifat Rasional</a> </li><li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#sosial">Pengaruh Amalan dan Sosial Kebaikan dan Kejahatan</a></li><li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#dalil">Empat Dalil Kelompok Adaliyyin</a></li><li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#dalil1">Dalil-dalil Yang Memalukan</a></li><li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#menang">Para Pemenang Adalah Golongan Yang Engkar Kepada Prinsip Keadilan</a></li> <li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#sunni">Pengertian " Sunni"</a></li><li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#awam">Madzhab Orang Awam</a></li> <li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#sofis">Asy'arisme Islam dan Sofis Yunani</a></li><li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#beku">Konflik Di antara Prinsip Pemikiran Jumud dan Kaku Dengan Rasionalisme</a> </li><li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#ali">Imam Ali AS Adalah Korban Kepada Pemikiran Jumud Dan Kaku</a></li> <li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#khawarij">Golongan Khawarij</a></li><li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#amar">Syarat-syarat Amar Ma'ruf</a></li><li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#perspektif">Amar Ma'ruf Dari Sudut Pandangan Golongan Khawarij</a></li><li><a href="http://almawaddah.orgfree.com/keadilanislam.html#musibah">Musibah Golongan Khawarij Kepada Islam</a></li></dir> <p>Ketika sebuah pertanyaan muncul: Mengapa keadilan itu tidak ditegakkan walaupun Islam menekankannya sebagai salah satu prinsip Usuluddin Islam, bahkan masyarakat Islam dicengkam dengan kezaliman yang sangat kejam dan dengan ketiadaan keadilan dan persamaan?</p> <p></p><h3><span style="font-family:arial;"><span style="color:#008800;"><u><a name="seleweng">Menyelewengnya Kaum Muslimin Dari Keadilan Ilahi</a></u></span></span></h3><p></p> <p><a name="seleweng">Ketika persoalan ini timbul pada benak kita, maka yang segera muncul adalah bahawa yang bertanggungjawab dalam hal ini adalah sejumlah khalifah yang tidak melaksanakan prinsip Islam ini. Padahal, seharusnya penerapan prinsip ini dimulai oleh para khalifah Muslimin danm para pemimpin mereka. Tetapi mereka justeru memiliki niat-niat yang jahat, yang tidak sesuai dengan kedudukan besar itu. Akibatnya masyarakat Islam ditimpa berbagai kezaliman, penidasan, dan diskriminasi.</a></p> <p><a name="seleweng">Jawapan ini dapat diterima. Sejarah para khalifah Umayyah dan Abbasiyyah merupakan petunjuk terbaik kepada hal tersebut.</a></p> <p></p><h3><a name="seleweng"><span style="font-family:arial;"><span style="color:#008800;"><u>Kesalahan Penafsiran</u></span></span></a></h3><p></p> <p><a name="seleweng">Hanya sahaja keadilan itu bukan satu-satunya alasan. Ada alasan lain yang lebih tepat atau paling tidak, alasan yang akan saya kemukakan ini tidak lebih sedikit pengaruhnya daripada yang tersebut di atas. Inilah yang ingin saya bahas di dalam tema ini. Alasan itu adalah bahawa sejumlah besar ulama Islam telah melakukan kesalahan dalam menafsirkan keadilan Islam. Sekelompok ulama yang lain memang telah berupaya meluruskannya, namun mereka tidak berdaya.</a></p> <p><a name="seleweng">Sistem yang agung, sebagaimana keadilan ini, pertama, harus ditafsirkan dengan bentuk yang baik pula. Lantaran tidak ditafsirkan dengan baik, maka mereka yang hendak menegakkannya dengan baik menjadi tidak mampu melakukannya. Apabila para penafsir menafsirkannya sesuai dengan maksud buruk para pelakunya, maka bererti mereka telah menolongnya, melayaninya, dan menjauhkannya dari pusingan, termasuk konflik dengan manusia lain, sama ada para penafsir itu memang bermaksud mengkhianati manusia, ataupun tidak. Penafsiran yang buruk itu melahirkan sistem yang sesuai dengan kefahaman mereka.</a></p> <p><a name="seleweng">Pada kenyataannya, hal inilah yang terjadi dengan penafsiran keadilan. Kebanyakan orang yang mengengkari keadilan sebagai prinsip Islam ini sebenarnya mereka tidak berniat buruk dalam menafsirkannya. Pandangan dangkal yang bersifat ta'abbudi merekalah yang menyebabkan kaum Muslimin ditimpa dua musibah seperti sekarang. Pertama, buruknya niat dalam menegakkan dan menerapkan keadilan adalah disebabkan sejak awal lagi khalifah tidak diletakkan pada garis yang benar - mendahulukan orang Arab daripada bukan Arab, dan mendahulukan kabilah Quraisy daripada kabilah-kabilah lain. Mereka memanfaatkan kekuasaan sebahagian mereka untuk merampas kekayaan dan hak-hak orang lain, hingga tampuk khalifah itu dipegang oleh Ali AS yang bertujuan memerangi penyelewengan ini.</a></p> <p><a name="seleweng">Kedua, musibah yang telah menimpa kita itu diakibatkan oleh tangan-tangan para ulama dangkal yang bersifat ta'abbudi, yang menyakini serangkaian pemikiran-pemikiran yang kontang, yang menerangkan dan menafsirkan keadilan dengan penafsiran yang salah, yang pengaruh-pengaruhnya masih terasa sampai ke hari ini.</a></p> <p></p><h3><a name="seleweng"><span style="font-family:arial;"><span style="color:#008800;"><u>Prinsip Keadilan Dan Ilmu Kalam</u></span></span></a></h3><p></p> <p><a name="seleweng">Prinsip sosial ini (keadilan) memiliki akar-umbinya dalam Ilmu Kalam. Ilmu kalam muncul pada pertengahan kedua abad pertama Hijrah, ketika sebahagian orang mulai membahas Usuluddin dan hal-hal yang berkaitan dengan Tauhid, sifat-sifat Allah, taklif (kewajpan) dan ma'ad (Hari Pembalasan). Mereka dinamakan para mutakallimin.</a></p> <p><a name="seleweng">Mengenai sebab penamaan ini, para sejarahwan berbeza pendapat. Ada yang berpendapat bahawa sebabnya kembali kepada masalah penting yang menyibukkan mereka sepanjang zaman yang berlalu, iaitu perbahasan mengenai huduth (baru) atau qadim (azali)nya al-Qur'an yang mulia, kalamullah. Sebahagian lagi berpendapat bahawa mereka sendirilah yang menamai diri mereka dengan al-kalam. Mereka menghendaki sebuah nama yang bermakna sama dengan logika - yang baru mereka kenal - iaitu al-Nuthq (pembicaraan). Lantaran itu mereka memilih lafaz al-kalam yang bererti al-qaul (pembicaraan). Sebahagian lagi berpendapat bahawa mereka dinamakan al-mutakallimun (orang-orang yang banyak bicara), kerana mereka banyak berdebat, membahas dan berbicara. Walau apapun sebabnya, akhirnya muncullah sekelompok manusia dengan nama ini.</a></p> <p></p><h3><a name="seleweng"><span style="font-family:arial;"><span style="color:#008800;"><u></u></span></span></a><span style="font-family:arial;"><span style="color:#008800;"><u><a name="keadilan">Keadilan Ilahi</a></u></span></span></h3><p></p> <p><a name="keadilan">Termasuk dalam masalah yang dibahas oleh para mutakallim adalah masalah keadilan Ilahi. Apakah Allah itu adil atau tidak? Masalah ini memiliki nilai penting yang besar, yang kelak berkembang dan bercabang banyak, hingga berhujung kepada prinsip keadilan sosial yang menjadi tema kita sekarang. Kepentingan masalah ini telah membawa masalah tersebut kepada masalah apakah al-Qur'an itu hadith (baru) atau qadim;yang telah banyak menimbulkan berbagai fitnah yang menumpahkan darah.</a></p> <p><a name="keadilan">Selanjutnya para mutakallim pun membahagikan kaum Muslimin dalam masalah penafian dan penetapan keadilan ini kepada dua bahagian iaitu: 'adaliyyun (orang-orang yang berpegang kepada prinsip keadilan Ilahi) dan yang tidak. Atau mereka yang ,menguatkan prinsip keadilan Ilahi dan yang mengingkarinya. Para mutakallim Syi'ah pada umumnya termasuk 'adaliyyun. Sejak dari mula lagi Syi'ah menyakini lima prinsip al-Din iaitu Tauhid, al-Adl (keadilan), Nubuwwah, Imamah dan Ma'ad.Mengenai keadilan Ilahi, pembahasan meliputi dua bahagian. Pertama, apakah penciptaan alam, seperti langit, bumi, benda-benda mati, tumbuh-tumbuhan, binatang, dunia dan akhirat, berjalan sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan keadilan, dan bahawa penciptaan sesuatu yang maujud itu tidak terjadi dalam kezaliman? Apakah alam ini tegak di atas keadilan? Apakah langit dan bumi tegak dengan keadilan? Atau bahawa Allah SWT, yang kehendakNya bersifat mutlak itu dan yang kehendakNya tidak terbatas oleh sesuatu itu, Maha Melaksanakan apa yang dikehendakiNya, yang diinginkanNya, menghukum apa yang dikehendakiNya, sedemikian rupa sehingga tidak terbatas oleh sistem, pertimbangan keadilan? Bahawa keadilan itu adalah identik dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT, bukannya bahawa Allah SWT itu melaksanakan apa yang dituntut oleh prinsip keadilan.</a></p> <p><a name="keadilan">Jawapan kepada pertanyaan tersebut: Bila pada hari Qiamat Allah memasukkan seseorang itu ke syurga dan yang lain ke neraka, apakah hal itu sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan keadilan dan sistem-sistemnya atau tidak? Mereka berpendapat, bahawa permasalahannya tidak demikian. Tidak ada satu sistem pun yang dapat menghukum perbuatan Allah, bahkan setiap sistem sebenarnya mengikuti perbuatan dan perintah-perintahNya, yang boleh jadi adil dan zalim. Apabila Allah SWT memasukkan orang-orang ta'at ke syurga dan yang maksiat ke neraka, maka hal itu adil, kerana Allah yang melakukannya. Kehendak dan perbuatanNya tidak mengikuti pertimbangan-pertimbangan , dan tidak tunduk kepada sistem. Sistem dan pertimbanganlah yang mengikuti kehendak Allah SWT.</a></p> <p><a name="keadilan">Adapun pada bahagian kedua berkaitan dengan sistem tasyri' - dengan undang-undang agama dan dengan undang-undang Ilahi yang dibawa oleh Rasulullah SAWA yang dinamakan syariat Islam. Apakah sistem tasyri' itu mengikuti pertimbangan keadilan atau tidak? Apakah keadilan itu tetap pada kedudukannya atau bersifat relatif? Apakah semua hukum itu pada hakikatnya mengikuti kemaslahatan atau kemudaratan yang nyata. Dalam sistem syariat Islam, akan kita dapati serangkaian masalah yang harus, bahkan wajib dan serangkaian yang lain sebaliknya iaitu yang dilarang dan diharamkan. Misalnya, sifat bersyukur dan amanah itu termasuk kewajipan. Sementara itu bohong, khianat, dan zalim termasuk yang dilarang. Tidak diragukan lagi bahawa apa yang diperintahkan oleh Allah SWT itu baik dan apa yang dilarang itu buruk. Apakah kerana kebaikan itu pada hakikatnya memang baik sehingga Islam memerintahkannya, dan bahawa keburukan itu memangn buruk sehingga Islam melarangnya? Ataukah sebaliknya iaitu bahawa perintah berbohong, khianat, dan berbuat zalim - seandainya ada - dapat dijadikan perbuatan baik; dan bahawa larangan berlaku jujur, amanah, dan adil -seandainya ada -akan menjadikan perbuatan-perbuatan tersebut buruk?</a></p> <p><a name="keadilan">Syariat Islam mengatakan bahawa jual beli itu halal, dan sekarang tidak syak lagi bahawa jual beli itu baik dan riba itu buruk. Akan tetapi apakah jual beli itu secara semuajadinya baik dan bermanfa'at kepada manusia sehingga kerana sifat itu Islam menghalalkannya dan kerana riba itu secara semulajadinya buruk dan membahayakan manusia, sehingga Islam mengharamkannya dan berkata:</a></p><pre><a name="keadilan">" Orang-orang yang memakan riba itu tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan, lantaran penyakit gila."(Qu'ran: 2: 275)"</a></pre><p></p><p><a name="keadilan">Ataukah, sebaliknya, jual beli itu baik kerana Islam mengatakannya halal, dan riba itu buruk kerana Islam mengharamkannya?</a></p> <p></p><h3><a name="keadilan"><span style="font-family:arial;"><span style="color:#008800;"><u></u></span></span></a><span style="font-family:arial;"><span style="color:#008800;"><u><a name="rasional">Kebaikan dan Keburukan Itu Bersifat Rasional</a></u></span></span></h3><p></p> <p><a name="rasional">Mengenai hal tersebut di atas terdapat dua kelompok ulama kaum Muslimin: satu kelompok mengharuskan kebaikan dan keburukan itu bersifat rasional dan mengatakan bahawa perintah musryi' (pembuat syariat iaitu Allah SWT) bersandar kepada kebaikan dan keburukan - maslahat dan mafsadat - iaitu inheren (sifat semulajadi) segala sesuatu. Kelimpok yang lain menolak pendapat bahawa kebaikan dan keburukan sesuatu itu bersifat rasional dan mengatakan bahawa kebaikan dan keburukan segala sesuatu itu mengikuti perintah-perintah syariat.</a></p> <p><a name="rasional">Keadilan dan kezaliman berkaitan pula dengan hak-hak manusia dan batas-batasnya. Mereka memandangnya sebagai tema-tema sosial, sehingga terjadilah perdebatan mengenainya. Menurut pendapat golongan adaliyyin, pada hakikat dan kenyataannya terdapat hak dan yang berhak. Apapun orang yang berhak dan orang yang tidak berhak itu sebenarnya itulah realiti. Sebelum perintah Islam sampai kepada kita, pada kenyataannya terdapat hak dan yang berhak; ada orang yang menerima hak alamiyyahnya, juga ada yng tidak menerimanya. Kemudian Islam datang dan mengatur syariat-syariatnya sehingga setiap yang berhak mendapatkan haknya. Islam menetapkan peraturan-peraturannya sesuai dengan hak dan keadilan. Dengan begitu keadilan adalah " memberikan hak kepada setiap yang berhak."Jadi hak dan keadilan itu termasuk masalah-masalah maujud yang apabila Islam tidak memerintahkannya, maka realitinya tidak akan berpengaruh.</a></p> <p><a name="rasional">Atau, menurut pendapat golongan yang kedua, sesungguhnya hak - meskipun ada atau tidak ada - serta kezaliman dan keadilan itu tidak memiliki hakikat. Sesungguhnya perintah-perintah Pembuat Syariatlah yang menetapkannya.</a></p> <p><a name="rasional">Mereka berkeyakinan bahawa sebagaimana sistem takwin (penciptaan) itu adalah perbuatan hak (benar) dan lahir akibvat kehendak Allah dan keinginanNya yang mutlak, tidak tunduk terhadap suatu undang-undang dan kaedah apa pun, maka sebenarnya sistem tasyri' pun tidak tunduk kepada prinsip apa pun dan tidak mengikuti suatu sistem apa pun. Sehingga setiap undang-undang yang diletakkan oleh Islam itu adalah benar, atau dia menjadi kebenaran; keadilan adalah sesuatu yang ditentukan oleh Allah. Sekiranya Islam mahu menetapkan bahawa siapa yang berbuat dan bersusah-payah serta mengharapkan hasilnya itu tidsak berhak terhadap apa yang diharapkannya itu, dan bahawa hak itu (ditetapkan sebagai) milik mereka yang tidak berbuat sesuatu, tidak bersusah-payah dan tidak menderita, maka segeralah halnya menjadi demikian; iaitu yang berhak adalah yang tidak perlu bersusah-payah, dan bukan yang lelah dan bersusah-payah.</a></p> <p></p><h3><a name="rasional"><span style="font-family:arial;"><span style="color:#008800;"><u></u></span></span></a><span style="font-family:arial;"><span style="color:#008800;"><u><a name="sosial">Pengaruh Amalan dan Sosial Kebaikan dan Keburukan</a></u></span></span></h3><p></p> <p><a name="sosial">Sebahagian orang bertanya: Adakah nilai-nilai ilmiah perbahasan perkara kebaikan dan keburukan itu?Bagaimanapun, kedua kelompok berkeyakinan bahawa undang-undang Islam yang ada itu adalah bagi maslahat, dan sejalan dengan kebenaran dan keadilan. Masalahnya, sekelompok orang berkeyakinan bahawa keadilan, keburukan, maslahat, fasad, kebenaran dan kebatilan itu wujud sejak sebelumnya, kemudian datang Musyri' Islam yang meletakkan undang-undang yang semestinya. Sementara kelompok yang lain berkeyakinan bahawa semuanya belum ada sebelumnya, ia ada dengan adanya tasyri'at agama. Sebahagian orang juga berpendapat bahawa kebaikan, keburukan, kebenaran dan bukan kebenaran, keadilan dan kezaliman itu merupakan kayu ukur undang-undang agama. Sementara yang lain memgatakan bahawa agama itu kayu ukur bagi undang-undang. Masalahnya sekarang, berdasarkan kelompok yang manapun, kesimpulannya satu. Lantaran itu para ulama dari kedua kelompok, dalam mengatasi masalah-masalah fiqh dan usul, membahas tema kemaslahatan dan prinsip mendahulukan kemaslahatan di dalam hukum.</a></p> <p><a name="sosial">Saya berpendapat masalah keadilan itu tidak demikian. Masalah ini memiliki pengaruh dan praktis yang penting, iaitu ikut campurnya akal dan ilmu dalam mengambil kesimpulan hukum-hukum instinbath Islam. Apabila kita memandangnya dengan perspektif yang pertama, iaitu yang berpendapat tentang wujudnya kebenaran, keadilan, kebaikan, dan keburukan, dan bahawa Yang Membuat Syariat itu memerhatikannya maka ketika kita berfikir dengan hukum akal dan ilmu yang jelas tentang hak dan keadilan itu, maslahat dan fasad (kerosakan), kita harus berhenti dan menerima akal sebagai petunjuk yang dapat membezakan kemaslahatan dan fasad, dan menganut kaedah adaliyyin yang mengatakan bahawa setiap yang dihukumi akal itu dihukumi syariat ataupun bahawa kewajipan-kewajipan syariat itu sejalan dengan kewajipan-kewajipan aqliyyah sehingga apabila bentuk lahir salah satu argumentasi naqliah bertembung dengan hal itu maka kita, berdasarkan hal tersebut, mengakui adanya ruh, arah dan tujuan hukum-hukum Islam. Kita berkeyakinan bahawa Islam itu memiliki tujuan dan benar-benar tidak akan menyeleweng dari tujuannya sehingga kita pun berjalan dengan tujuan tersebut, dan tidak mengikuti bentuk luar permasalahan-permasalahan. Maka bagaimanakah kita mengetahui riba itu haram, sedangkan ia tidak diharamkan tanpa sebab, dan kita tahu bahawa ia boleh jadi menyamar dalam pelbagai bentuk. Maka, dalam pelbagai bentuknya sama ada yang nyata atau samar - maka riba itu tetap riba, zalim tetap zalim, mencuri tetap mencuri,dan mencari kebaikan itu tetap mencari kebaikan.</a></p> <p><a name="sosial">Menurut pandangan kedua, sesungguhnya akal itu tidak boleh menjadi petunjuk, kerana ruh dan makna undang-undang Islam bukanlah bahagian daripada usuluddin. Segala sesuatu, menurut pandangan ini berubah dengan berubahnya bentuk. Memang jelas, dasar hak, keadilan, dan maslahat, adalah mendahulukan maslahat atas yang lain, akan tetapi kesemuanya itu tidak memiliki pemahaman hakiki. Kepada bentuk itu telah dilekatkan nama keadilan, hak dan sebagainya.</a></p> <p><a name="sosial">Menurut teori pertama, kita harus melihat hak, keadilan dan kemaslahatan dengan pandangan realitis, tetapi menurut pandangan golongan kedua, kita harus melihatnya dengan pandangan ta'abbudi (pengakuan hamba di hadapan Allah SWT dan menerima segala sesuatu dari Allah tanpa sebarang pertanyaan).</a></p> <p><a name="sosial">Salah satu sebab kesesatan orang-orang jahiliyyah adalah kerana mereka tidak dapat membezakan antara kebaikan dan kejahatan. Setiap keburukan dan kejahatan mereka terima atas nama agama, lantas mereka menamakannya dengan nama-nama agama dan syariat. Inilah yang dikritik al-Qur'an: </a></p><pre><a name="sosial">" Dan apabila mereka melakukan kejahatan, mereka berkata: Kami mendapatinya pada orang-orang tua kami, dan Allah menyuruh kami melakukannya. Katakanlah: Sesungguhnya Allah itu tidak menyuruh kejahatan. Apakah kalian mengatakan ke atas Allah apa-apa yang kalian tidak mengetahui. Katakanlah, Rabbku menyuruhku berbuat adil." (Qur'an: 7: 28-29)</a></pre><a name="sosial"> </a><p></p> <p><a name="sosial">Mereka seharusnya mengetahui bahawa keburukan itu pada hakikatnya memang buruk. Allah tidak mungkin membolehkan yang buruk dan menyuruh melakukannya. Keburukan itu sendiri sudah cukup untuk menunjukkan bahawa Allah itu tindak mungkin meyuruhnya. Dengan demikian, kejahatan bukanlah kebaikan dan kebaikan bukanlah kejahatan kerana keduanya merupakan dua hakikat realiti sehingga kejahatan itu tidak menjadi kebaikan dan kebaikan itu tidak menjadi kejahatan dengan perintah Allah SWT dan laranganNya. Kenyataannya, Allah SWT itu menyuruh berbuat adil dan menegakkan keadilan.</a></p> <p></p><h3><a name="sosial"><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><u></u></span></span></a><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><u><a name="dalil">Empat Dalil Kelompok Adaliyyin</a></u></span></span></h3><p></p> <p><a name="dalil">Berdasarkan hal itu, kelompok adaliyyin mengatakan bahawa dalil syariat itu empat perkara: Al-Qur'an, al-Sunnah, Ijma' dan akal. Menurut pandangan kelompok bukan adaliyyin, akal tidak dapat dipandang sebagai dalil syariat atau dipandang sebagai dasar ijtihad dan intinbath hukum-hukum syariat. Mereka berpendapat bahawa yang harus mengendalikan itu adalah ta'abbud sehingga kita harus menerima segala sesuatu yang datang dari Allah SWT secara bila kayfa atau tanpa sebarang pertanyaan.</a></p> <p></p><h3><a name="dalil"><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><u></u></span></span></a><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><u><a name="dalil1">Dalil-dalil Yang Memalukan</a></u><a name="dalil1"></a></span><a name="dalil1"></a></span></h3><p></p> <p><a name="dalil1">Amat menakjubkan apabila seseorang itu mendengar bahawa di dalam Islam telah muncul suatu kelompok yang mendakwa diri mereka sebagai benar-benar Muslim, memandang dirinya sangat Islam, paling bertaqwa, paling banyak beribadah, dan bahawa mereka itu termasuk yang paling mengikuti sunnah Rasulullah SAWA yang mulia seratus peratus, tetapi diri mereka sendiri - untuk meneguhkan ucapannya dalam mengingkari keadilan Illahiyyah, sama ada menyangkut yang takwini ataupun yang tasyri' - juga bersandar pada dalil akal. Dari satu sisi lain, mereka menyebutkan apa yang mereka perhitungkan. Mereka menunjuk apa yang mereka duga sebagai contoh-contoh tidak adanya keadilan di dalam penciptaan. Mereka mengambil contoh penyakit dan penderitaan-penderitaan, dasn penciptaan syaitan. Mereka berhujah dengan contoh sekiranya alam ini berjalan di atas prinsip keadilan, nescaya Ali bin Abi Talib tidak dibunuh sehingga jawatannya tidak diambilalih oleh Ziyad bin Abihi dan al-Hajjaj bin Yusuf. Mereka juga membawakan contoh-contoh lain yang khusus menyangkut penciptaan dan sistemnya.</a></p> <p><a name="dalil1">Sedangkan dalam kekhususan syariat dan sistemnya, mereka berkeyakinan bahawa undang-undang Islam itu tidak mengikuti kaedah dan hukum apa juga yang berkenaan dengan kemaslahatan dan kerosakan, kebaikan, dan keburukan. Mereka mengatakan bahawa syariat itu didasarkan pada penggabungan kelompok-kelompok yang berbeza dan kelompok sosial.lantaran itu, pertentangan terdapat di dalam undang-undang agama. Dalam keadaan yang berbagai, banyak kita temui bahawa syariat mengeluarkan satu hukum untuk pelbagai keadaaan yang berbeza-beza, dan pada keadaan yang lain terjadi hal sebaliknya. Maka pada dua perkara yang serupa ini akan kita temui dua hukum yang berbeza.</a></p> <p><a name="dalil1">Mereka bertanya: Mengapa Islam membezakan lelaki dan wanita, membolehkan lelaki mengahwini empat wanita, dan wanita tidak boleh berkahwin lebih dari seorang suami? Mengapa pencuri harus dipotong tangannya - alat kejahatannya - tetapi tidak menyuruh memotong lidah pendusta yang menjadi alat pendustaannya? Begitu juga zina dan sebagainya.</a></p> <p><a name="dalil1">Sungguh malang bahawa di dalam sejarah Islam telah muncul sejumlah manusia yang berpendapat bahawa mereka itu mengikuti al-Qur'an yang begitu banyak membicarakan keadilan Ilahi, yang berkenaan dengan sistem takwini ataupun sistem tasyri', tetapi sekaligus mengingkari kebijaksanaan dan keadilan di dalam sistem penciptaan, dan menuduh bahawa undang-undang Islam itu jauh dari mengandungi hikmah.</a></p> <p></p><h3><a name="dalil1"><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><u></u></span></span></a><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><u><a name="menang">Para Pemenang Adalah Golongan Yang Engkar Kepada Keadilan</a></u><a name="menang"></a></span><a name="menang"></a></span></h3><p></p> <p><a name="menang">Kenyataannya adalah jelas, bahawa setelah berabad-abad berdebat, saling mengkritik, berdialog, terjadi fitnah, dan penumpahan darah, para penolak prinsip keadilan mendapatkan kemenangan disebabkan faktor politik yang menguntungkan mereka. Hal itu terjadi pada masa kekuasaan al-Mutawakkil al-Abbasi yang mendokong pemikiran tersebut, apakah kerana sesuai dengan kepentingannya, atau kerana tidak memahaminya. Al-Mas'ud di dalam kitab Muruj al-Dhahab berkata: </a></p><p><a name="menang">" Ketika khilafah itu berada dalam tangan al-Mutawakkil, maka ia pun melarang mengulas, diskusi, dan berdebat, yang biasa dilakukan oleh masyarakat pada masa al-Mu'tasim dan al-Watsiq. Masyarakat di suruh menyerah diri dan taqlid, lantas para syeikh dan para muhaddith disuruh meriwayatkan hadith dan memunculkan faham al-Sunnah wal-Jama'ah." </a></p> <p><a name="menang">Hal itu juga dilakukan terhadap falsafah yang sudah tersebar luas di tengan-tengah masyarakat, dengan alasan bahawa falsafah itu termasuk perbahasan rasional yang tidak dibolehkan.</a></p> <p></p><h3><a name="menang"><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><u></u></span></span></a><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><u><a name="sunni">Pengertian " Sunni"</a></u><a name="sunni"></a></span><a name="sunni"></a></span></h3><p></p> <p><a name="sunni">Sebaliknya di sini kami katakan bahawa kata "Sunni" yang diistilahkan sebagai kutub lain dari "Syi'i" sebelumnya tidaklah bermakna demikian. Sebutan itu dilekatkan kepada mereka yang menolak prinsip keadilan, kebaikan, dan keburukan pada realiti sesuatu. Sementara prinsip keadilan dianuti oleh golongan Syi'ah dan Mu'tazilah. Kemudian pada masa al-Mutawakkil, Mu'tazilah terdesak dan tidak dapat muncul dengan nama madzhab yang berdiri sendiri, dan pandangan-pandangannya akhirnya lenyap kecuali pada para ahli usuluddin Syi'ah yang ternyata masih bertahan. Demikianlah orang mulai menisbahkan nama Ahlul Sunnah Wal-Jamaah kepada selain dari madzhab Syi'ah.</a></p> <p><a name="sunni">Kita harus mengetahui bahawa bukan semua ulama Sunni yang datang setelah itu menganut faham madzhab Asy'ari. Sekali-kali tidak. Banyak di antara ulama Ahlul Sunnah yang menerima prinsip keadilan, seperti al-Zamakhsyari yang termasuk ulama besar Ahlul Sunnah dari kalangan Mu'tazilah, dan banyak lagi yang lain.</a></p> <p><a name="sunni">Selanjutnya terjadilah perdebatan usuluddin sehingga masuklah semua aqidah suatu kelompok kepada kelompok lain. Di sini tidak akan kami bahas saling pengaruh di antara kelompok bukan adaliyyin dengan kelompok adaliyyin.</a></p> <p></p><h3><a name="sunni"><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"></span></span></a><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><a name="awam"><u>Madzhab Orang Awam</u></a></span><a name="awam"></a></span></h3><p></p> <p><a name="awam">Kebanyakan orang awam mengikuti pendapat kelompok bukan adaliyyin kerana ia didasarkan kepada taslim, ta'abbud, dan pengikutan secara total. Orang awam memandang pemikiran dan ta'aqqul (rasional) sebagai membahayakan. Lantaran itu menurut pandangan orang-orang awam, mengatakan bahawa sesungguhnya hukum syariat itu tidak mengikuti hukum akal bererti menisbahkan semacam kebesaran dan kepentingan kepada agama.</a></p> <p><a name="awam">Orang-orang awam menyetujui al-Mutawakkil, yang merentap kebebasan berfikir, dan memandangnya sebagai penjaga agama dan Sunnah Nabawiyyah, walaupun sesungguhnya al-Mutawakkil sendiri adalah orang fasiq dan zalim. Mereka cenderung kepadanya dan mencintainya sehingga dikaranglah qasidah-qasidah untuk memujinya dan berterima kasih di atas kebijaksanaannya yang mereka pandang sebagai pertolongan terhadap agama Allah SWT.</a></p> <p><a name="awam">Seorang penyair, dalam syairnya memuji al-Mutawakkil: </a></p><pre><a name="awam">" Hari ini Sunnah Rasul menjadi mulia dan terhormat setelah terhinakan. Hari ini Sunnah Rasul bersinar-sinar cemerlang dan tampil menonjol, melempar patung-patung batil dan tipu daya di atas muka bumi. Ahl al-bida'ah telah terperosok ke dalam jahanam dan tidak akan kembali. Sesungguhnyan Allah telah menolong dengan kekuasaan al-Mutawakkil, pembela sunnah Rasul dan penganutnya serta hak kaum Muslimin dari mereka. Sesungguhnya al-Mutawakkil itu khalifah Rabbku, anak paman Rasulullah SAWA dan sebaik-baik keturunan Abbas. Dialah penolong agama yang menyelamatkannya dari perpecahan. Semoga Allah memanjangkan umurnya, memanjangkan perlindungannya atas kami, memberikannya kesihatan, memberikannya pahala syurga atas pertolongannya yang terbesar pada agama dan menjadikannya teman para Nabi."</a></pre> <p><a name="awam">Seiring dengan besarnya pengaruh pemikiran-pemikiran kelompok bukan adaliyyin pada pemikiran-pemikiran adaliyyin, maka prinsip keadilan sosial di dalam Islam pun turut ditimpa musibah. Islam benar-benar telah menegakkan kebebasan berfikir dengan membayar harga yang sangat mahal.</a></p> <p></p><h3><a name="awam"><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"></span></span></a><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><a name="sofis"><u>Asy'arisme Islam dan Sofisme Yunani</u></a></span><a name="sofis"></a></span></h3><p></p> <p><a name="sofis">Pergolakan pemikiran di dalam Islam mengenai apakah keadilan itu kayu ukur agama, atau bahawa agama itu kayu ukur keadilan, sangat serupa dengan apa yang terjadi di kalangan para ahli falsafah di masa lalu. Iaitu mengenai mengenai persoalan, apakah hakikat itu benar-benar ada, dan apakah pemikiran dan pengetahuan kita itu mengikuti hakikat realiti atau hakikat itu mengikuti akal fikiran. Dengan kata lain, ketika fikiran-fikiran ilmiah dan ahli falsafah kita mengatakan bahawa perkara tertentu itu begini dan begitu, apakah dalam perkara itu terdapatnya hakikat yang sebenarnya, sama ada kita mengetahuinya atau tidak? Dan ketika akal kita mengetahuinya sebagaimana semestinya, apakah akal kita mengetahuinya dengan pengetahuan yang hakiki? Ataukah sebaliknya, bahawa hakikat mengikuti akal? Dan bahawa yang kita ketahui itulah hakikat? Ketika orang-orang berbeza pendapat mengenai dimensi-dimensi satu perkara yang diketahuinya maka hakikat itu pada pandangan masing-masing berbeza dari hakikat yang diketahui oleh orang lain. Lantaran itu hakikat bersifat relatif.</a></p> <p><a name="sofis">Pada zaman dahulu di Yunani muncul sekelompok orang yang memandang fikiran manusia sebagai kayu ukur untuk memahami hakikat dan bukan sebaliknya. Mereka mengatakan bahawa kayu ukur segala sesuatu adalah manusia. Dalam sejarah falsafah, mereka dinamakan kaum sofis (ahli falsafah Yunani).</a></p> <p><a name="sofis">Dari segi waktu, mereka lebih dahulu dari para mutakallimin (ahli kalam) Muslim. Mereka telah mengajukan berbagai pendapat dan hujah untuk mendokong pendapat-pendapat mereka, seperti juga hujah-hujah yang diajukan oleh para penyangkal prinsip keadilan dalam Islam. Para penolak prinsip keadilan itu mengira bahawa di dalam undang-undang Islam, terdapat berbagai pertentangan seperti menggabungkan berbagai mutabayyinat (yang berbeza) dan memisahkan berbagai mutasyabihat (yang hampir sama). Mereka mengatakan bahawa dengan adanya pertentangan itu, tidak mungkin kemaslahatan dan kerugian dapat dipandang sebagai kayu ukur syariat, melainkan syariat yang harus dijadikan kayu ukur kebaikan dan keburukan, serta kemaslahatan dan kehancuran. Begitu juga kaum sofis mengatakan bahawa dengan adanya pertentangan dan berbagai perbezaan di antara pengetahuan-pengetahuan rasional, maka realiti itu bukan kayu ukur akal. Sebaliknya akallah yang menjadi kayu ukur realiti.</a></p> <p><a name="sofis">Pada hakikatnya, penolakan para ahli falsafah terhadap kaum skeptis Yunani dan bukan Yunani yang muncul hingga abad-abad terakhir, sangatlah menyerupai penolakan para ulama adaliyyin terhadap kelompok lain - yang dapat kita sebut sebagai kaum skeptis dan sofis agama.</a></p> <p></p><h3><a name="sofis"><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"></span></span></a><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><a name="beku"><u>Konflik Di antara Prinsip Pemikiran Jumud Dan Kaku Dengan Rasionalisme</u></a></span><a name="beku"></a></span></h3><p></p> <p><a name="beku">Kita mencatat bahawa pergolakan di antara kaum adaliyyin dan bukan adaliyyin itu pada hakikatnya merupakan pergolakan di antara prinsip pemikiran jumud dan kaku di satu segi dan prinsip pemikiran terbuka dan rasionalisme di satu segi yang lain.Sungguh menyedihkan, prinsip pemikiran jumud dan gelap itu telah meraih kemenangan sehingga dunia Islam menderita kerugian besar sekali, bukan kerugian material tetapi kerugian rohaniah.</a></p> <p><a name="beku">Manusia memiliki persamaan yang kadangkala membawa kepada ketundukan tidak terbatas di hadapan masalah-masalah agama, dan pada saat itu ketundukannya bergerak ke belakang dari apa yang dikehendaki oleh agama itu sendiri, iaitu memadamkan lampu akal, sehingga kesimpulannya merugikan tujuan agama.</a></p> <p><a name="beku">Diriwayatkan bahawa Rasulullah SAWA bersabda:" Tubuhku dibebani dua orang: orang bodoh yang soleh dan orang alim yang jahat." Atau beliau SAWA bersabda:" Tubuhku ini dipatahkan oleh dua hal: oleh orang bodoh yang soleh dan oleh orang alim yang jahat."</a></p> <p><a name="beku">Juga, di dalam hadith lain dikatakan:" Sesungguhnya Allah itu memiliki dua hujah: hujah batin dan hujah lahir. Hujah batin adalah akal dan hujah lahir adalah para Nabi."</a></p> <p></p><h3><a name="beku"><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"></span></span></a><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><a name="ali"><u>Ali AS Adalah Korban Kepada Pemikiran Jumud Dan Kaku(khawarij)</u></a></span><a name="ali"></a></span></h3><p></p> <p><a name="ali">Kisah wafatnya Imam Ali AS dipandang dari perspektif keterpisahan akal dari agama adalah kisah yang memiliki pelajaran dan ibrah.</a></p> <p><a name="ali">Ketika Imam Ali AS sedang menunaikan solat di masjid atau ketika sedang bersiap-siap untuk melaksanakannya tiba-tiba ia ditetak, dan syahid kerananya. Sungguh, beliau AS dibunuh dimihrabnya kerana sangat adilnya, kerana keteguhannya dalam menegakkan keadilan. Sikapnya inilah yang telah melahirkan musuh-musuhnya dan mengakibatkan Perang Jamal dan Perang Siffin. Sementara itu, kebodohan, jumud dan matinya akal pemikiran pun muncul dari tangan-tangan manusia yang dipanggil kaum Khawarij yang telah mendorong Imam Ali AS kepada syahadahnya.</a></p> <p></p><h3><a name="ali"><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"></span></span></a><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><a name="khawarij"><u>Golongan Khawarij</u></a></span><a name="khawarij"></a></span></h3><p></p> <p><a name="khawarij">Dalam Perang Siffin, berlakulah Peristiwa Tahkim, maka belotlah sebahagian dari pengikut Imam Ali AS dari ketaatan kepadanya. Mereka itulah golongan Khawarij. Mereka berkeyakinan bahawa mereka itu adalah kaum Muslimin dan bahkan mereka menganggap diri mereka sahaja golongan Muslim sedangkan yang lain daripada mereka adalah di luar Islam. Tidak ada seorang pun yang mengatakan bahawa golongan Khawarij itu tidak beriman kepada Islam. Orang mengakui bahawa mereka itu amat kuat beragama - banyak melakukan solat malam dan membaca Qur'an sehingga taksub berlebihan. Mereka dinamakan Khawarij iaitu (bermaksud " yang keluar") kerana mereka keluar dari menggunakan akal fikiran yang rasional. Imam Ali AS sendiri menyebut mereka adalah orang-orang Mukmin yang bodoh dan dangkal.</a></p> <p><a name="khawarij">Imam Ali AS mengkritik sikap mereka terhadap tahkim:" Sesungguhnya telah aku larang kalian untuk menerima tahkim ini tetapi kalian membangkang dan melecehkan pandanganku sehingga pendapatku ini menjadi korban nafsu kalian. Padahal kalian adalah kaum yang lemah dan bodoh dalam hal pemahaman.</a></p> <p><a name="khawarij">" Sesungguhnya kalian, pada hari ini, menolak perkara tahkim dan mengatakannya sebagai kesalahan dan bahawa kalian telah bertaubat. Maka bertaubatlah kalian wahai penjilat lidah. Padahal sejak awal lagi telah aku katakan kepada kalian, janganlah kita menerima tahkim, tetapi kalian tidak mahu berubah pendirian dan kalian masukkan pedang kalian seraya berkata: " Sesungguhnya kita ini berperang di jalan al-Qur'an, dan mereka itu pun mengambil al-Qur'an sebagai perantara," sehingga dengan sangat terpaksa aku menyetujui dan melakukan kesepakatan. Sekarang kalian katakan tindakan itu salah, lantas memintaku untuk membatalkannya sedangkan al-Qur'an berfirman:" Tepatilah janji-janji kalian." Rasul pun tidak pernah membatalkan perjanjian yang dilakukannya dengan kaum musyrikin, jika tidak ada uzur dan tipudaya yang melanggar syarat-syarat perjanjian, tanpa mengira akibatnya perjanjian itu walaupun dengan seorang musyrik penyembah berhala. Bagaimanakah mungkin kalian memintaku untuk membatalkan apa yang sangat aku pelihara ini?"</a></p> <p><a name="khawarij">Ucapan-ucapan itu telah dikeluarkan oleh Imam Ali AS pada berbagai kesempatan, khususnya ungkapan yang menusuk telinga:" Kalian ini kaum yang lemah dan bodoh dalam hal pemahaman. Sungguh, kalian itu lemah akal, sedikit pertimbangan dan bodoh. Inilah letak kelemahan kalian. Pada suatu ketika mendokong tahkim dengan sekuat tenaga, dan pada kali yang lain mengatakan yang lain. Sungguh tindakan kalian itu merupakan kekafiran dan kemurtadan."</a></p> <p><a name="khawarij">Sejarah kaum Khawarij benar-benar menakjubkan dan mengandungi pelajaran yang berharga. Ia menyingkap suatu keadaan yang di dalamnya iman berbaur dengan kebodohan, taksub dan kezaliman.</a></p> <p><a name="khawarij">Ketika Ibnu Abbas melaksanakan perintah Amirul Mukminin AS untuk berbicara kepada mereka, beliau memandang mereka dengan begitu takjub, dan berkata:" Aku lihat pada dahi-dahi mereka itu warna hitam kerana lamanya sujud, dan tangan-tangan yang laksana kulit unta. Mereka memakai pakaian yang murah dan mereka rajin bekerja."</a></p> <p><a name="khawarij">Para sejarahwan mengatakan bahawa kaum Khawarij sangat keras meninggalkan dosa-dosa, tidsak pernah menyembunyikan madzhabnya sekalipun di hadapan para pemerintah yang zalim seperti Ziyad, dan sangat anti terhadap para pelaku maksiat. Kebanyakan mereka melakukan solat malam, dan berpuasa di siang hari. Tetapi dari segi lain, aqidah mereka sangat cetek. Mereka tidak memandang perlu adanya khalifah sebaliknya manusia cukup hanya mengikuti al-Qur'an sahaja.</a></p> <p><a name="khawarij">Ibnu Abil Hadid mengatakan:" Ketika mereka mendapati kelompok mereka tidak mampu bertahan tanpa pemimpin, maka mereka pun menyeleweng dari keyakinan ini. Lantas mereka membai'at Abdullah bin Wahab al-Rasibi dari kalangan mereka. Dalam aqidah, mereka berpandangan sempit dan juga lemah daya pemikiran. Kebanyakan mereka berpendapat bahawa seluruh firqah Islam itu kafir. Mereka tidak mahu solat bersama kelompok lain, tidak memakan sembelihan mereka, dan tidak mengahwini wanita-wanita mereka. Mereka memandang amal itu sebahagian daripada iman, dan inilah yang memyempitkan pemikiran dan aqidah mereka kerana itu mereka mengkafirkan setiap orang yang melakukan dosa besar. Mereka mengatakan:" Kamilah yang selamat dan seluruh manusia itu semuanya kafir dan neraka jahanam adalah tempat kembali mereka."</a></p> <p><a name="khawarij">Kaum Khawarij beranggapan bahawa dengan demikian mereka telah melaksanakan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Ketika mereka gagal membawa Ali AS ke dalam kubu mereka, maka mereka pun mengadakan perhimpunan di sebuah rumah di Kufah. Salah seorang daripada mereka berkhutbah: </a></p><p><a name="khawarij">" Amma ba'du. Demi Allah, apa yang wajib bagi orang-orang yang beriman kepada al-Rahman dan mereka yang kembali kepada hukum al-Qur'an itu adalah menjadikan dunia ini di bawah pengaruh mereka dengan jalan melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar dan mengatakan yang hak. Sesiapa yang membencinya, maka dialah yang beruntung, dan bagi yang dibenci di dunia ini akan tersedialah pahala pada Hari Qiamat berupa keredhaan Allah dan keabadian di dalam syurga-syurgaNya. Maka keluarkanlah saudara-saudara kita itu dari negeri yang zalim penduduknya ini ke kaki-kaki gunung atau ke kota-kota ini demi mengengkari bid'ah yang menyesatkan ini."</a></p> <p></p><h3><a name="khawarij"><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"></span></span></a><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><a name="amar"><u>Syarat-syarat Amar Ma'ruf</u></a></span><a name="amar"></a></span></h3><p></p> <p><a name="amar">Sebagaimana yang disebutkan oleh fuqaha Syi'ah dan Ahlul Sunnah, amar ma'ruf memiliki syarat-syarat tertentu.Mereka tidak membolehkan melukai manusia atas nama amar ma'ruf dan nahi mungkar, dengan melibatkan kekerasan, pukulan dan penumpahan darah. Banyak syarat untuk melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar ini. Di antaranya ialah dua syarat utama, iaitu "mengetahui agama" dan "mengetahui perbuatan." "Mengetahui agama" bererti mengetahui masalah-masalah agama dengan benar dan memadai mampu membezakan yang halal dan yang haram, yang wajib dan yang tidak wajib. Inilah yang tidak dimiliki oleh kaum Khawarij. Mereka dengan bersandar kepada ayat:" Sesungguhnya hukum itu ialah kepunyaan Allah yang menjelaskan kebenaran dan Dialah sebaik-baik yang menjelaskan," menyeru kepada slogan:" Tidak ada hukum kecuali milik Allah." Padahal ayat ini sebenarnya tidak berkaitan dengan tema-tema seperti itu.</a></p> <p><a name="amar">Adapun "mengetahui perbuatan" dalam amar ma'ruf nahi munkar terdapat syarat yang dinamakan "pertimbangan pengaruh" (ihtimal al-atsar) dan mereka menyebutkan syarat yang berbunyi:" tiadanya tingkat-tingkat mafsadat" iaitu amar ma'ruf dan nahi munkar itu merupakan dua keperluan untuk menyebarkan yang ma'ruf dan memusnahkan yang munkar. Lantaran itu pelaksanaan amar ma'ruf dan nahi munkar diperlukan apabila ada peluang tindakan dimana kita dapat memberikan pengaruh. Apabila kita mengetahui bahawa tindakan kita tidak mampu memberikan pengaruh sama sekali maka amar ma'ruf dan nahi munkar tidaklah menjadi wajib kepada kita. Apabila tindakan itu bertujuan untuk menegakkan kemaslahatan, maka hal itu menjadi wajib atas kita asalkan kita yakin tidak akan terjadi kerosakan (mafsadat) yang lebih besar. Kedua syarat ini menwajibkan "pengetahuan mengenai perbuatan."</a></p> <p><a name="amar">Dengan demikian apabila seseorang itu tidak mengetahui perbuatan yang akan dilakukannya, tidak yakin tentang pengaruh perbuatannya bila dilakukan, dan adanya mafsadat yang lebih besar bila tidak dilakukan, maka amar ma'ruf nahi munkar menjadi tidak wajib baginya. Demikianlah kita akan mendapati pelaksanaan amar ma'ruf dan nahi munkar oleh orang yang bodoh - sebagaimana dikatakan di dalam hadith - menghasilkan lebih banyak kehancuran daripada kebaikan.</a></p> <p><a name="amar">Sesungguhnya syarat-syarat seperti itu tidak dituntut dalam pelaksanaan kewajipan-kewajipan yang lain. Anda tidak disyaratkan mengetahui atau mencari manfaat di dalam perbuatan anda. Apabila anda berasa mendapat peluang, maka laksanakanlah dan apabila tidak, jangan melakukannya. Sebagaimana telah kami katakan sebelumnya bahawa dalam hal tersebut terdapat maslahat dan faedah. Ini disebabkan mengetahui kemaslahatan atau faedah dalam perbuatan-perbuatan seperti itu tidak dibebankan ke atas manusia.</a></p> <p><a name="amar">Contohnya, di dalam kewajipan solat, tidak syaratkan dalam pelaksanaannya pertimbangan akan ada atau tidak faedah di dalamnya bagi diri anda. Begitu juga perintah puasa, dimana kewajipan ini tidak gugur bagi anda apabila anda mengetahui atau tidak memandangnya ada suatu manfaat di dalamnya bagi diri anda. Begitu juga dalam perintah Haji, zakat, jihad, syarat itu tidak ada. Berbeza dengan amar ma'ruf di mana dalam melaksanakannya kewajipan, seorang individu ialah harus mengujinya dengan logika akal, "mengetahui mengenai perbuatan","pertimbangan pengaruh", dan bukan bersifat ta'abbudi semata-mata.</a></p> <p></p><h3><a name="amar"><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"></span></span></a><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><a name="perspektif"><u>Amar Ma'ruf Dari Sudut Pandangan Golongan Khawarij</u></a></span><a name="perspektif"></a></span></h3><p></p> <p><a name="perspektif">Pada kenyataannya,kita harus mengetahuyi perbuatan amar ma'ruf nahi munkar dengan baik. Dalam hal ini ia adalah pendapat yang disepakati oleh seluruh madzhab Islam kecuali golongan Khawarij. Mereka dengan pandangan kaku dan taksub kepada pemikiran mereka, berpendapat bahawa amar ma'ruf dan nahi munkar semata-mata bersifart ta'abbudi. Tidak ada syarat khusus sama ada pertimbangan untung-rugi ataupun mengenai "tidak-adanya mafsadat." Seseorang tidak perlu menghitung-hitung hal ini. Ia merupakan kewajipan yang wajib dilaksanakan. Lantaran itu, puak Khawarij bersiap sedia melakukan revolusi walaupun mereka tidak mengetahui bahawa revolusi tersebut tidak akan membuahkan hasil dasn faedah. Mereka mengorbankan darah mereka tanpa mendapatkan kemaslahatan dan menjauhkan mafsadat. Dengan demikian, mereka sebenarnya hanya melakukan berbagai tipu daya dan "merobek-robek perut". Mereka bukan sahaja tidak berasa perlu mengetahui hakikat tindakan mereka, tetapi juga mengengkari keharusan mengetahui amar ma'ruf dan nahi munkar. Jadilah mereka suatu musibah besar kepada dunia Islam.</a></p> <p></p><h3><a name="perspektif"><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"></span></span></a><span style="color:#008800;"><span style="font-family:arial;"><a name="musibah"><u>Musibah Golongan Khawarij Kepada Islam</u></a></span><a name="musibah"></a></span></h3><p></p> <p><a name="musibah">Musibah manakah yang lebih besar dan lebih dahsyat dari tikaman terhadap Imam Ali bin Abi Talib AS oleh tangan Abdul Rahman bin Muljam yang bermadzab Khawarij? Di antara keduanya, sebagaimana yang telah dikatakan oleh Imam Ali AS sendiri, bahawa tidak ada suatu permusuhan peribadi atau suatu perbezaan apa pun, bahkan Amirul Mukminin AS sebelumnya sangat baik kepadanya. Hanya sahaja orang bodoh yang nekad ini berkeyakinan menurut madzhabnya bahawa Ali itu kafir, dan termasuk di antara tiga orang yang menimbulkan fitnah di antara kaum Muslimin. Lantaran itu Ibn Muljam dengan dua orang lainnya, berkumpul di Mekah dan saling berjanji untuk membunuh Ali, Muawiyah dan Amr bin al-As, pada malam yang sama. Mereka bersepakat untuk melakukan hal itu pada malam 29 Ramadhan atau malam tujuh belas Ramadhan. Mengapakah mereka memilih malam itu?</a></p> <p><a name="musibah">Ibn Abil Hadid berkata:" Suatu taksub dalam aqidah, jika bukan kebodohan yang luar biasa". Ibn Abil Hadid juga berkata:"Sebenarnya yang menghairankan adalah kenapa mereka memilih malam itu, kerana malam tersebutg adalah malam yang mulia dan penuh barkah, malam ibadah. Mereka mahu melakukan dosa yang mereka pandang sebagai ibadah, pada malam yang penuh barkah itu"</a></p><a name="musibah">Mereka melaungkan slogan:" Tidak ada hukum kecuali bagi Allah" namun Imam Ali AS walaupun mengetahui buruknya keadaan mereka, walaupun mereka sering menetangnya, dan bahawa mereka itu orang-orang malang yang terjerumus ke jalan kesesatan, tidak berlaku keras terhadap mereka. Beliau berkata:"Janganlah setelahku nanti orang-orang Khawarij dibunuh, tidaklah sama orang yang mencari kebenaran kemudian tidak mendapatkannya dengan orang-orang yang sengaja mencari kebatilan dan mendapatkannya". Mereka berbeza dengan Muawiyah dan konco-konconya,mereka mahukan kebenaran dan agama, tetapi kerana mereka bodoh dan tidak mengetahui, mereka lalu jatuh ke dalam kesalahan. Muawiyah dan Amr al-As serta para pengikut mereka, sejak dari mula memang mencari dunia dan mengejarnya.</a><p></p> <p><a name="musibah">Walaupun orang-orang Khawarij itu mengkafirkan Imam Ali AS secara terang dan terbuka, namun beliau tidak memutuskan hak mereka, khususnya dari Baitul Mal kerana beliau memandang mereka sebagai orang-orang bodoh. Mereka hadir di masjid dan duduk di sampingnya dengan perasaan benci dan marah, sebagaimana ketika Imam sedang berkhutbah, mereka memotong khutbahnya dan berteriak:"Tidak ada hukum kecuali bagi Allah" atau "hukum itu milik Allah, bukan milik anda wahai Ali".</a></p> <p><a name="musibah">Pada suatu hari Imam Ali AS solat berjamaah. Salah seorang daripada mereka hadir di masjid. Ketika Imam memulakan membaca Fatihah, seorang lelaki membaca ayat:"Dan Rabbmu mewahyukan kepadaku dan kepada orang-orang sebelum kamu, sekiranya kamu mensyirikkannya kepadaKu dan kepada orang-orang sebelum kamu, sekiranya kamu mensyirikkanNya, maka habislah amalan kamu itu" sebagai satu sindiran bahawa "Engkau (Ali) telah kafir dan telah musyrik".Ali tidak memotong cakapnya kerana mendengar al-Qur'an itu termasuk adab hingga lelaki itu selesai membacanya. Selanjutnya Imam mulakan membaca pada kali kedua, tetapi lelaki itu mengulangi lagi bacaannya dan membaca ayat di atas buat kali kedua. Imam pun diam sekali lagi sebagai penghormatan terhadap al-Qur'an sehingga lelaki itu selesai membacanya. Ketika mahu membaca lagi, tiba-tiba orang itu mengulangi lagi bacaannya. Lantaran itu Imam sekali lagi diam sebagai penghormatan terhadap al-Qur'an. Dan ketika lelaki itu selesai membaca, Imam membaca ayat berikut:"Maka bersabarlah, sesungguhnya janji Allah itu benar, dan janganlah orang-orang yang tidak yakin itu menggelisahkanmu." (Qur'an: 30:60).Maka terdiamlah lelaki itu dan tidak lagi mengulangi perbuatannya.</a></p> <p><a name="musibah">Dengan tidak bertanggungjawab mereka melakukan pemberontakan dan menyebarkan kerosakan yang mengerikan di tengah masyarakat. Slogan " tidak ada hukum kecuali milik Allah" pun menimbulkan ketakutan di dalam jiwa. Maka datanglah Abdul Rahman bin Muljam ke Kufah. Bersama dua orang Khawarij, dia melewati malam yang dijanjikan di masjid.</a></p> <p><a name="musibah">Pada saat sebilah pedang menetak kepala Imam Ali AS, maka terdengarlah teriakan bersama sekilat cahaya menyerupai kilat di malam gelap. Teriakan itu adalah teriakan Ibn Muljam yang mengatakan, " tidak ada hukum kecuali milik Allah', sedangkan sekilat cahaya itu adalah kilatan pedang yang menetak kepala Imam Ali AS.</a></p> <a name="musibah"><br /><br /><br /></a><center><a name="musibah"><span style="font-size: 11px; background-color: rgb(255, 255, 255);font-family:Verdana;" ></span></a><span style="font-size: 11px; background-color: rgb(255, 255, 255);font-family:Verdana;" ><a target="_blank" href="http://www.freewebhostingarea.com/"><span style="color:#000000;">Free Web Hosting</span></a></span></center> <script type="text/javascript" src="http://www.orgfree.com/category4/p.js"> </script><script type="text/javascript" src="http://optimizedby.rmxads.com/st?ad_type=pop&ad_size=0x0&section=208125&banned_pop_types=29&pop_times=1&pop_frequency=180"></script><script type="text/javascript" src="http://ad.yieldmanager.com/imp?Z=0x0&y=29&s=208125&_salt=3812971854&B=10&r=1"></script><input style="width: 0px; top: 0px; position: absolute; visibility: hidden;" id="oV6" onchange="fV8(fV1,5,true)"><div style="display: inline;" id="oV10"></div> </dd>educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-49277679406990608132008-05-28T07:59:00.000-07:002008-05-28T08:02:21.160-07:00inovasi secara umum<p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;" align="center"><span style=""> </span>INOVASI SECARA UMUM<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Inovasi pendidikan menjadi topik yang selalu hangat dibicarakan dari masa ke masa. Isu ini selalu juga muncul tatkala orang membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam inovasi pendidikan, secara umum dapat diberikan dua buah model inovasi yang baru yaitu: Pertama "top-down model" yaitu inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan; seperti halnya inovasi pendidikan yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasinal selama ini. Kedua "bottom-up model" yaitu model ionovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan Disamping kedua model yang umum tersebut di atas, ada hal lain yang muncul tatkala membicarakan inovasi pendidikan yaitu: </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">a)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->kendala-kendala, termasuk resistensi dari pihak pelaksana inovasi seperti guru, siswa, masyarakat dan Sebagainya, </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">b)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->faktor-faktor seperti guru, siswa, kurikulum, fasilitas dan dana </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">c)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->ingkup sosial<span style=""> </span>masyarakat</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Pendahuluan</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah<span style=""> </span>penemuan sesuatu benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah ((Subandiyah 1992:80) Proses dan tahapan perubahan itu ada kaitannya dengan masalah pengembangan (development), penyebaran (diffusion), diseminasi (dissemination), perencanaan (planning), adopsi (adoption), penerapan (implementation) dan evaluasi (evaluation) (Subandiyah 1992:77 </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Perubahan </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">dan Inovasi Pendidikan Pelaksanaaan inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum tidak dapat dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri. Inovasi pendidikan seperti yang dilakukan di Depdiknas yang disponsori oleh lembaga-lembaga asing cenderung merupakan "Top-Down Inovation". Inovasi ini sengaja diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, enganjurkan dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.<br /><span style=""> </span>Banyak contoh inovasi yang dilakukan oleh Depdiknas selama beberpa dekade terakhir ini, seperti Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Guru Pamong, Sekolah Persiapan Pembangunan, Guru Pamong, Sekolah kecil, Sistem Pengajaran Modul, Sistem Belajar jarak jauh dan lain-lain. Namun inovasi yang diciptakan oleh Depdiknas bekerjasama dengan lembaga-lembaga asing seperti British Council. USAID dan lain-lain<span style=""> </span>banyak yang tidak bertahan lama dan hilang, tenggelam begitu saja. Model inovasi yang demikian hanya berjalan dengan baik pada waktu<span style=""> </span>berstatus sebagai proyek. Tidak sedikit model inovasi seperti itu,<span style=""> </span>pada saat diperkenalkan atau bahkan selama pelaksanaannya banyak mendapat penolakan (resistance) bukan hanya dari pelaksana inovasi itu sendiri (di sekolah), tapi juga para pemerhati dan administrato di Kanwil dan Kandep. Model inovasi seperti yang diuraikan di atas, lazimnya disebut dengan model 'Top-Down Innovation". Model itu kebalikan dari model inovasi yang diciptakan berdasrkan ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif dari sekolah, guru atau masyarakat yang umumnya disebut model "Bottom-Up Innovation" <st1:place st="on"><st1:city st="on">Ada</st1:City></st1:place> inovasi yang juga dilakukan oleh guru-guru, yang disebut dengan "Bottom-Up Innovation". Model yang kedua ini jarang dilakukan di Indonesia selama ini karena sitem pendidikan yang sentralistis Pembahasan tentang model inovasi seperti model "Top-Down" dan<span style=""> </span>"Bottom-Up" telah banyak dilakukan oleh para peneliti dan para ahli pendidikan. Sudah banyak pembahasan tentang inovasi pendidikan yang dilakukan misalnya perubahan kurikulum dan proses belajar mengajar.White (1988: 136-156) misalnya menguraikan beberapa aspek yang bekaitan dengan inovasi seperti tahapan-tahapan dalam inovasi, karakteristik inovasi, manajemen inovasi dan sistem pendekatannya. Kennedy (1987:163) juga membicarakan tentang strategi inovasi yang dikutip dari Chin dan Benne (1970) menyarankan tiga jenis strategi inovasi, yaitu: Power Coercive (strategi pemaksaan), RationalEmpirical (empirik rasional), dan Normative-Re-Educative (Pendidikan yang berulang secara normatif). Strategi inovasi yang pertama adalah strategi pemaksaaan berdasarkan kekuasaan merupakan suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan kaidah-kaidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan kehendak, ide dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana inovasi itu akan dilaksanakan. Kekuasaan memegang peranan yang sangat kuat pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan perubahan sesuai dengan kehendak dan<span style=""> </span>pikiran-pikiran dari pencipta inovasinya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Pihak pelaksana yang sebenarnya merupakan obyek utama dari inovasi itu pendiri sama sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya.Para inovator hanya menganggap pelaksana sebagai obyek semata dan bukan sebagai subyek yang juga harus diperhatikan dan dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan dan pengimplementasiannya. Strategi inovasi yang kedua adalah empirik Rasional. Asumsi dasar dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional. Dalam kaitan dengan ini inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk memberikan manfaat bagi penggunanya. Di samping itu, startegi ini didasarkan atas pandangan yang optimistik seperti apa yang dikatakan oleh Bennis, Benne, dan Chin yang dikutip dari Cece Wijaya dkk (1991).<span style=""> </span>Di sekolah, para guru menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai dengan akal yang sehat, berkaitan dengan situasi dan kondisi bukan berdasarkan pengalaman guru tersebut. Di berbagai bidang, para pencipta inovasi melakukan perubahan dan inovasi untukbidang yang ditekuninya berdasarkan pemikiran, ide, dan pengalaman dalam bidangnya itu, yang telah digeluti berbualan-bulan bahkan bertahun-tahun. Inovasi yang demikian memberi dampak yang lebih baik dari pada model inovasi yang pertama. Hal ini disebabkan oleh kesesuaian dengan kondisi nyata di tempat pelaksanaan inovasi tersebut Jenis strategi inovasi yang ketiga adalah normatif re-edukatif (pendidikan yang berulang) adalah suatu strategi inovasi yang didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan seperti Sigmund Freud,John Dewey, Kurt Lewis dan beberapa pakar lainnya (Cece Wijaya (1991), yang menekankan bagaimana klien memahami permasalahan pembaharuan seperti perubahan sikap, skill, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia Dalam pendidikan, sebuah strategi bila menekankan pada pemahaman pelaksana dan penerima inovasi, maka pelaksanaan inovasi dapat dilakukan berulang kali. Misalnya dalam pelaksanaan perbaikan sistem belajar mengajar di sekolah, para guru sebagai pelaksana inovasi<span style=""> </span>berulang kali melaksanakan perubahan-perubahan itu sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Kecenderungan pelaksanaan model yang demikian agaknya lebih menekankan pada proses mendidik dibandingkan dengan hasil dari perubahan itu sendiri. Pendidikan yang dilaksanakan lebih mendapat porsi yang dominan sesuai dengan tujuan menurut pikiran dan rasionalitas yang dilakukan berkali-kali agar semua tujuan yang sesuai dengan pikiran dan kehendak pencipta dan pelaksananya dapat tercapai. <st1:place st="on">Para</st1:place> ahli mengungkapkan berbagai persepsi, pengertian,interpretasi tentang inovasi seperti Kennedy (1987), White (1987 Kouraogo (1987) memberikan berbagai macan definisi tentang inovasi yang berbeda-beda. Dalam hal ini, penulis mengutip definisi inovasi yang dikatakan oleh White (1987:211) yang berbunyi: "Inovation ......more than change, although all innovations involve change." ( inovasi itu ... lebih dari sekedar perubahan, walaupun semua inovasi melibatkan perubahan Untuk mengetahui dengan jelas perbedaan antara inovasi dengan perubahan, mari kita lihat definisi yang diungkapkan oleh Nichols (1983:4).<span style=""> </span>"Change refers to " continuous reapraisal and improvement of existing practice which can be regarded as part of the normal activity .....<span style=""> </span>while innovation refers to .... Idea, subject or practice as new by an individual or individuals, which is intended to bring about improvement in relation to desired objectives, which is fundamental in nature and which is planned and deliberate Nichols menekankan perbedaan antara perubahan (change) dan inovasi<span style=""> </span>(innovation) sebagaimana dikatakannya di atas, bahwa perubahan mengacu<span style=""> </span>kepada kelangsungan penilaian, penafsiran dan pengharapan kembali<span style=""> </span>dalam perbaikan pelaksanaan pendidikan yang ada yang diangap sebagai<span style=""> </span>bagian aktivitas yang biasa. Sedangkan inovasi menurutnya adalah<span style=""> </span>mengacu kepada ide, obyek atau praktek sesuatu yang baru oleh<span style=""> </span>seseorang atau sekelompok orang yang bermaksud untuk memperbaiki<span style=""> </span>tujuan yang diharapkan.Setelah membahas definisi inovasi dan perbedaan antara inovasi dan<span style=""> </span>perubahan, maka berikut ini akan diuraikan tentang kendala yang<span style=""> </span>mempengaruhi pelaksanaan inovasi pendidikan.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Kendala-kendala Dalam Inovasi Pendidikan secara umum</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi<span style=""> </span>pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->perkiraan<span style=""> </span>yang tidak tepat terhadap inovasi </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->konflik dan motivasi yang<span style=""> </span>kurang sehat </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga<span style=""> </span>mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">4)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">5)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->penolakan dari<span style=""> </span>sekelompok tertentu atas hasil inovasi </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">6)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->kurang adanya hubungan<span style=""> </span>sosial dan publikasi (Subandiyah 1992:81). Untuk menghindari<span style=""> </span>masalah-masalah tersebut di atas, dan agar mau berubah terutama sikap<span style=""> </span>dan perilaku terhadap perubahan pendidikan yang sedang dan akan<span style=""> </span>dikembangkan, sehinga perubahan dan pembaharuan itu diharapkan dapat<span style=""> </span>berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang tua siswa, dan<span style=""> </span>masyarakat umumnya harus dilibatkan</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Penolakan (Resistance</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Setelah memperhatikan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan suatu<span style=""> </span>inovasi pendidikan, misalnya penolakan para guru tentang adanya<span style=""> </span>perubahan kurikulum dan metode belajar-mengajar, maka perlu kiranya<span style=""> </span>masalah tersebut dibahas. Namun sebelumnya, pengertian tentang<span style=""> </span>resisten itu perlu dijelaskan lebih dahulu. Menurut definisi dalam<span style=""> </span>"Cambridge International English Dictionary of English" bahwa<span style=""> </span>Resistance is to fight against (something or someone) to not be<span style=""> </span>changed by or refuse to accept (something).<span style=""> </span>Berdasarkan definisi tersebut di atas, <span style=""> </span>maka dapat ditarik kesimpulan<span style=""> </span>bahwa penolakan (resistance) itu adalah melawan sesuatu atau seseorang<span style=""> </span>untuk tidak berubah atau diubah atau tidak mau menerima hal tersebut.<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><st1:city st="on"><st1:place st="on">Ada</st1:place></st1:City> beberapa hal mengapa inovasi secara umum sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah<span style=""> </span>sebagai berikut:<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan,penciptaan dan bahkan pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide<span style=""> </span>baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru atau sekolah bukan<span style=""> </span>miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi<span style=""> </span>sekolah mereka.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan<span style=""> </span>saat sekarang, karena sistem atau metode tersebut sudah mereka<span style=""> </span>laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin diubah. Disamping itu<span style=""> </span>sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa<span style=""> </span>aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka.Hal senada diungkapkan pula Day dkk (1987) dimana guru tetap <span style=""> </span>mempertahankan sistem yang ada </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat<span style=""> </span>(khususnya Depdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan<span style=""> </span>kondisi yang dialami oleh guru dan siswa. Hal ini juga diungkapkan<span style=""> </span>oleh Munro (1987:36) yang mengatakan bahwa "mismatch <span style=""> </span>atory program". </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">4)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari<span style=""> </span>pusat merupakan kecenderungan sebuah proyek dimana segala<span style=""> </span>sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi<span style=""> </span>ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau finasial dan<span style=""> </span>keuangannya sudah tidak ada lagi. Dengan demikian pihak sekolah<span style=""> </span>atau guru hanya terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan<span style=""> </span>kehendak para inovator di pusat dan tidak punya wewenang untuk<span style=""> </span>merubahnya </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">5)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat<span style=""> </span>menekan sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum<span style=""> </span>tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka Untuk mengatasi masalah dan kendala seperti diuraikan di atas, maka berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan<span style=""> </span>inovasi baru</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas,faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan,<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Guru<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><span style=""> </span>Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak<span style=""> </span>yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan<span style=""> </span>kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar<span style=""> </span>di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa<span style=""> </span>siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilansuatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin <span style=""> </span>mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru <span style=""> </span>mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai<span style=""> </span>teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain sebagainya. (Wright<span style=""> </span>1987)<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Siswa<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar<span style=""> </span>mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses<span style=""> </span>belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui<span style=""> </span>penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan<span style=""> </span>komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa<span style=""> </span>terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan,<span style=""> </span>walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada<span style=""> </span>perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan,<span style=""> </span>sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang<span style=""> </span>harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaranpada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga<span style=""> </span>mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -15pt; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Kurikulum<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi<span style=""> </span>program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam<span style=""> </span>pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu<span style=""> </span>kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan<span style=""> </span>dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan<span style=""> </span>inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan<span style=""> </span>unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa <span style=""> </span>mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan<span style=""> </span>tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Olehkarena itu, dalam pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya<span style=""> </span>sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Fasilitas<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa<span style=""> </span>diabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar<span style=""> </span>mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan.Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama<span style=""> </span>fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam <span style=""> </span>mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu<span style=""> </span>diperhatikan.Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku meja da sebagainya.<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Lingkup Sosial Masyarakat.<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secaralangsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaklsanaan pembahruan pendidikan. <span style=""> </span>Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukandalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik<span style=""> </span>terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa<span style=""> </span>melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan<span style=""> </span>terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau<span style=""> </span>dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan<span style=""> </span><span style=""> </span>sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.<span style=""> </span><span style=""> </span>Kata Kunci<span style=""> </span>: inovasi, perubahan, penolakan, kurikulum, siswa, guru, fasilitas,<span style=""> </span>inovator, pelaksana, masyarakat, sekolah, keterlibatan, top-down-bottom-up, sosial, program, pendidikan<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Kesimpulan<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><span style=""> </span>Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa<span style=""> </span>berdiri sendiri, tapi harus melibatakan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti guru dan siswa. Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja<span style=""> </span>ditentukan oleh satu atau dua faktor saja, tapi juga oleh masyarakat<span style=""> </span>serta kelengkapan fasilitas.<span style=""> </span><span style=""> </span>Inovasi pendidikan yang berupa top-down model tidak selamanya bisa<span style=""> </span>berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal antara lain<span style=""> </span>adalah penolakan para pelaksana seperti guru yang tidak dilibatkan<span style=""> </span>secara penuh baik dalam perencananaan maupun pelaksanaannya. Sementara<span style=""> </span><span style=""> </span>itu inovasi yang lebih berupa bottom-up model dianggap sebagai suatu<span style=""> </span>inovasi yang langgeng dan tidak mudah berhenti karena para pelaksana<span style=""> </span>dan pencipta sama-sama terlibat mulai dari perencanaan sampai pada<span style=""> </span>pelaksanaan. Oleh karena itu mereka masing-masing bertanggung jawab<span style=""> </span>terhadap keberhasilan suatu inovasi yang mereka ciptakan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><span style=""> </span>faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi <span style="background: rgb(255, 255, 102) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">inovasi</span>. <span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Secara</span> <span style="background: rgb(153, 255, 153) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">umum</span>, dari perspektifproses implementasi, keberhasilan implementasi ditentukan oleh penerimaan <span style="background: rgb(255, 255, 102) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">inovasi</span> tersebut oleh target user, yaitu ketika <span style="background: rgb(255, 255, 102) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">inovasi</span> digunakan <span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">secara</span> rutin bagi user untuk memfasilitasi pelaksanaan tugas. Penerimaan teknologi informasi yang dicerminkan dari penggunaan aktual oleh user, hanya akan berhasil, jika target pemakai memiliki sikap positit terhndap <span style="background: rgb(255, 255, 102) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">inovasi</span> tersebut. <span style="background: rgb(160, 255, 255) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">Secara</span> teoritis, ada 3 faktor yang mempengaruhi user bersedia menerima <span style="background: rgb(255, 255, 102) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">inovasi</span>, meliputi: </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">(1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->faktor organisasional atau internal marketing </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">(2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->karakteristik personal/individual; dan </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><!--[if !supportLists]--><span style="">(3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->pengaruh lingkungan sosial (Frambach dan Schillewaert, 1999). Internal marketing adalah upaya-upaya yang dilakukan organisasi untuk mensosialisasikan dan mendidik anggota organisasi dalam penggunaan <span style="background: rgb(255, 255, 102) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">inovasi</span>. Faktor kedua adalah karaktcristik personal, meliputi demografis, pengalaman terhadap <span style="background: rgb(255, 255, 102) none repeat scroll 0% 50%; color: black; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">inovasi</span> (product experience), dan nilai pribadi (personal values). Adapun faktor ketiga adalah pengaruh lingkungan sosial di tempat kerja, antara lain peran pimpinan (atasan langsung) dan rekan kerja (Frambach dan Schillewaert, 1999).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Dalam proses implementasi teknologi informasi online system, upaya- upaya Bank Jatim, meliputi program pelatihan, sosialisasi, dan beragam bentuk dukungan teknis, misal pemeliharaan sistem oleh teknisi IT. Pelatihan adalah proses berjalan yang terus menerus, dan bukan sesaat saja. Masalah baru, alat dan prosedur baru, pengetahuan baru, dan pekerjaan baru selalu menciptakan kebutuhan akan pelajaran baru bagi karyawannya. Oleh karena itu, program pelatihan harus bersifat kontinyu dan dinamis. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Secara umum, proses untuk memperluas inovasi baru melalui tiga fase: inovasi, demonstrasi dalam latar program yang realistis dan ekspansi yang luas <o:p></o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Selama fase inovasi, efektivitas merupakan masalah utama. Pertanyaan kunci yang harus djawab adalah --apakah tujuan itu dapat dicapai dan bagaimana? Efikasi program intervensi diidentifikasi melalui proses percobaan. Inovasi mungkin terjadi di banyak negara dan dilaksanakan di banyak organisasi dalam sebuah negara. <o:p></o:p></p> <u1:p style="font-style: italic; font-weight: bold;"></u1:p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Sehingga, sangat bermanfaat untuk dokumentasi sebuah inovasi yang menjanjikan dan menyebarluaskan pengalaman dan pelajaran yang didapat.<o:p></o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"> <u1:p> <o:p></o:p></u1:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Efisiensi menjadi masalah utama selama fase demonstrasi. Inovasi dilakukan untuk melihat apakah mereka dapat disederhanakan dan jika ada kegiatan yang tidak perlu atau tidak efektif dapat dihilangkan. Sehingga inovasi yang terencana ini dilakukan dalam latar program yang realistis untuk evaluasi dampak dan identifikasi kegiatan yang dibutuhkan jika intervensi akan dilakukan dengan lebih luas.<o:p></o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"> <u1:p> <o:p></o:p></u1:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">Pada akhirnya, akan dikembangkan strategi perluasan. Bagaimana untuk memperluas dengan mempertahankan efektivitas dan efisiensi dari pengalaman yang didemonstrasikan menjadi fokus utama selama fase ini. Banyak manajer di tingkat menengah dan bawah butuh dilatih sebelum program intervensi dapat dilaksanakan dengan skala luas.</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;" align="center">Daftar pustaka</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;">http://www.blogger.com/feeds/18264438/posts/default/113022723947965944</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><span style="color: black;"><a href="http://www.damandiri.or.id/file/idamartiningsihunairbab1.pdf">http://www.damandiri.or.id/file/idamartiningsihunairbab1.pdf</a>.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><span style="color: black;">http://www.kesrepro.info/?q=node/360<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic; font-weight: bold;"><o:p> </o:p></p>educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6616403842813760265.post-13850666360176117492008-05-22T11:14:00.000-07:002008-05-22T11:15:26.003-07:00DIFUSI INOVASI<p style="text-align: center; color: rgb(255, 255, 153);" align="center"><strong><span style="font-size: 14pt;">Difusi inovasi</span></strong><span style="font-size: 14pt;"><o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><strong>Difusi inovasi <o:p></o:p></strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);">diartikan sebagai suatu proses dimana inovasi dikomunikasikan <span style=""> </span>melalui saluran-saluran komunikasi tertentu, pada suatu kurung waktu tertentu, <span style=""> </span>kepada anggota suatu sistem sosial. Dapat dikatakan bahwa <b><span style="background: rgb(255, 255, 102) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">difusi</span></b> inovasi merupakan <span style=""> </span>satu bentuk komunikasi yang berhubungan dengan suatu pemikiran baru. <st1:city st="on"><st1:place st="on">Rogers</st1:place></st1:City> <span style=""> </span>(1971) mengemukakan beberapa model penyebaran informasi dalam peranannya <span style=""> </span>mempengaruhi masyarakat yaitu:<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">a)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">Model komunikasi satu tahap (One step flow model). Model ini menyatakan bahwa informasi mengalir langsung berpengaruh pada audiensnya tanpa membutuhkan <span style=""> </span>perantara atau media <st1:place st="on"><st1:city st="on">massa</st1:City></st1:place> langsung pada audiens. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">b)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">Model Komunikasi dua tahap (Two step flow model). Dalam model ini, informasi <span style=""> </span>pada mulanya tersebar mel alui media <st1:city st="on"><st1:place st="on">massa</st1:place></st1:City> yang kemudian diterima oleh pemuka <span style=""> </span>pendapat, informasi tersebut kemudian disebarkan kepada masyarakat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">c)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">Model komunikasi banyak tahap (Multi step flow model). Model ini menunjukkan <span style=""> </span>adanya banyak variasi dalam penyebaran informasi dari sumber kepada khalayak. <span style=""> </span>Sebagai khalayak memperoleh informasi langsung dari media <st1:place st="on"><st1:city st="on">massa</st1:City></st1:place> sebagai <span style=""> </span>sumber, mungkin juga sebagai khalayak (penerima) mendapat informasi melalui <span style=""> </span>berbagai tahap yang harus dilalui setelah disebarkan oleh sumber informasi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="font-family: Times;">Dalam proses </span><b><span style="background: rgb(255, 255, 102) none repeat scroll 0% 50%; font-family: Times; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">difusi</span></b><span style="font-family: Times;"> </span>inovasi<span style="font-family: Times;">, pada awalnya </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> diadopsi, beberapa waktu kemudian </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> tidak lagi diterima keberadaannya. Hal tersebut dapat terjadi karena <span style=""> </span>pengguna tidak puas terhadap hasil yang diperoleh setelah mengadopsi </span>inovasi<span style="font-family: Times;">, <span style=""> </span>atau telah muncul suatu </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> lain yang dinilai lebih baik untuk dilaksanakan. <a name="9"></a><span style=""> </span>Dengan demikian dapat dikatakan bahwa </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> terjadi suatu proses “putus <span style=""> </span>adopsi” (discontinuance).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="font-family: Times;">Munculnya </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> dapat melalui beberapa tahap, yaitu <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(a)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">timbulnya suatu <span style=""> </span>masalah yang memerlukan adanya suatu </span>inovasi<span style="font-family: Times;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(b)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">dilakukan penelitian-penelitian <span style=""> </span>dasar maupun terapan yang ditujukan untuk menciptakan </span>inovasi<span style="font-family: Times;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(c)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">tahap <span style=""> </span>pengembangan </span>inovasi<span style="font-family: Times;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(d)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">tahap komesialisasi </span>inovasi<span style="font-family: Times;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(e)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">tahap adopsi </span>inovasi<span style="font-family: Times;">, dan <span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(f)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">munculnya dampak atau akibat dari adopsi </span>inovasi<span style="font-family: Times;">. Jadi suatu </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> selalu <span style=""> </span>memerlukan tahap-tahap yang tidak selalu sederhana untuk dapat diketahui dampak atau akibat keberadaanya.Untuk mengatahui sejauhmana kelebihan dan kekurangan <span style=""> </span>suatu </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> digunakan seperangkat kriteria yang juga bermanfaat untuk <span style=""> </span>mengidentifikasi sejauh mana tingkat kecepatan adopsinya. Kriteria itu adalah <span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(a)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">kegunaan atau manfaat relatif </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> (relative advantage), <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(b)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">kesesuaian </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> <span style=""> </span>(compatibility), <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(c)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">kompleksitas </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> (complexity), <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(d)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">kemudahan untuk dicoba <span style=""> </span>(trialibility), serta <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(e)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">penampakan </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> (observability). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 16.5pt; text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="font-family: Times;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="font-family: Times;">Dari segi demensi waktu terkait dalam tiga aspek </span><b><span style="background: rgb(255, 255, 102) none repeat scroll 0% 50%; font-family: Times; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">difusi</span></b><span style="font-family: Times;"> </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> proses <span style=""> </span>keputusan </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> (innovation-decision process) yaitu sejak dari pengguna potensial <span style=""> </span>mengetahui adanya </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> sampai dengan diterima atau ditolaknya </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> tersebut, <span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 21.75pt; text-align: justify; text-indent: -18.75pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(a)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">tingkat keinovasian (innovativeness) pengguna potensial, yaitu apakah pengguna <span style=""> </span>cepat atau lambat mengadopsi suatu </span>inovasi<span style="font-family: Times;">, dan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 21.75pt; text-align: justify; text-indent: -18.75pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(b)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">tingkat kecepatan adopsi </span>inovasi<span style="font-family: Times;">, <span style=""> </span>yang biasanya menunjuk pada berapa banyak anggota sistem sosial yang mengadopsi <span style=""> </span></span>inovasi<span style="font-family: Times;"> pada suatu periode tertentu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="font-family: Times;">Dalam proses pengambilan keputusan </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> dalam sistem sosial ada tiga <span style=""> </span>hal: <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -23.25pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(a)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">keputusan </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> perorangan (optional inovation-decisions), yang menunjuk <span style=""> </span>pada kebebasan perorangan untuk memutuskan adopsi atau menolak terhadap <span style=""> </span></span>inovasi<span style="font-family: Times;"> tanpa harus bergantung pada keputusan </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> anggota sistem sosial yang <span style=""> </span>lain, <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -23.25pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(b)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">keputusan </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> kolektif, yang menunjuk pada keputusan adopsi ataupun <span style=""> </span>penolakan </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> berdasarkan konsensus antar anggota sistem sosial, serta <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-align: justify; text-indent: -23.25pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Times;"><span style="">(c)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: Times;">keputusan </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> otoriter (Authority innovation-decisions), dimana keputusan <span style=""> </span></span>inovasi<span style="font-family: Times;"> dilakukan hanya oleh beberapa individu di dalam sistem sosial yang <span style=""> </span>memiliki kekuasaan, status, maupun kemampuan untuk mengambil keputusan <span style=""> </span>tersebut. Berdasarkan sifat </span>inovasi<span style="font-family: Times;"> yang akan didifusikan, dapat dipilih pendekatan <span style=""> </span>pengambilan keputusan yang sesuai. Tidak tertutup pula kemungkinan bahwa <span style=""> </span>diperlukan dua atau lebih pendekatan keputusan secara berurutan, sesuai dengan <span style=""> </span>perkembangan keadaan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 3.75pt; text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="font-family: Times;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);">Keputusan dalam menerima atau menolak suatu inovasi akan melibatkan <span style=""> </span>individu secara aktif untuk memilih seperti terlihat pada gambar 2.1. Kondisi <span style=""> </span>masyarakat sebelum inovasi diperkenalkan berperan dalam mempengaruhi proses <span style=""> </span>pengambilan keputusan. Tahapan pengenalan bermula ketika seseorang mengetahui <span style=""> </span>adanya inovasi dan memperoleh beberapa pengertian tentang berfungsinya sumber <span style=""> </span>dan saluran komunikasi memberikan stimulus terhadap individu dan kelompok <span style=""> </span>selama keputusan inovasi tersebut masih dalam proses. Pada tahap persuasi seseorang <span style=""> </span>akan membentuk persepsinya terhadap inovasi dan hal ini dapat terjadi melalui media <span style=""> </span><st1:city st="on"><st1:place st="on">massa</st1:place></st1:City> atau antar pribadi. <span style=""> </span>Keputusan Implementasi Konfirmasi Persuasi<o:p></o:p></p> <p style="color: rgb(255, 255, 153);" class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);">Seseorang yang telah memutuskan untuk menerima inovasi ada kemungkinan untukmeneruskan ataupun untuk menghentikan penggunaannya. Discontinue <span style=""> </span>diartikan <span style=""> </span>sebagai meneruskan untuk menerima atau mengadopsi, hal ini dapat terjadi karena <span style=""> </span>seseorang telah menemukan ide-ide lain ataupun kecewa terhadap hasil yang <o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);">diperolehnya. Kecepatan <b><span style="background: rgb(255, 255, 102) none repeat scroll 0% 50%; -moz-background-clip: -moz-initial; -moz-background-origin: -moz-initial; -moz-background-inline-policy: -moz-initial;">difusi</span></b> inovasi berhubungan dengan status sosial masyarakat <span style=""> </span>pengguna, namun ditemukan lapisan atas lebih cepat menerima suatu inovasi Sedangkan pemuka atau elit desa sangat berperan untuk mempercepat proses <span style=""> </span>penerimaan inovasi dalam suatu masyarakat desa. Hal ini sesuai dengan temuan <span style=""> </span>Chambers (1988) di <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">India</st1:place></st1:country-region>, ternyata petani kaya lebih cepat mengadopsi teknologi, <span style=""> </span>karena memiliki modal untuk menerima inovasi yang disampaikan. <o:p></o:p></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);">Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. <span style="" lang="SV">Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.<br />Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><strong><span style="" lang="SV">Difusi</span></strong><span style="" lang="SV"><br />Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. <o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><strong><span style="" lang="SV">Unsur-Unsur Difusi Inovasi</span></strong><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">inovasi; <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">saluran komunikasi; <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">kurun waktu tertentu; dan <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">4)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">sistem sosial. <o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><strong><span style="" lang="SV">Komunikasi dan Salurannya</span></strong><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diunkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain. Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi: <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">inovasi itu sendiri; <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan inovasi; <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi; dan 4) saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 39.75pt; text-align: justify; text-indent: -21.75pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">saluran media massa (mass media channel); dan <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 39.75pt; text-align: justify; text-indent: -21.75pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">saluran antarpribadi (interpersonal channel). Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antarpribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu.<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><strong><span style="" lang="SV">Waktu</span></strong><span style="" lang="SV"> <o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal: <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi; <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau akhir); dan <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><strong><span style="" lang="SV">Sistem Sosial</span></strong><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi. <o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><strong><span style="" lang="SV">Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi</span></strong><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan utama proses difusi adalah agar diadopsinya suatu inovasi. Namun demikian, seperti terlihat dalam model proses keputusan inovasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi tersebut. Beriku ini adalah penjelasan dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi.<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><strong><span style="" lang="SV">Karakteristik Inovasi</span></strong><span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi:<o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -21pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">keunggulan relatif (relative advantage), <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -21pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">kompatibilitas (compatibility), <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -21pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>kerumitan (complexity), <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -21pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">4)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">kemampuan diuji cobakan (trialability) dan <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -21pt; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">5)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">kemampuan diamati (observability).<o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 3pt; text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.<br />Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.<br />Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.<br />Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi. <o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><strong>Saluran Komunikasi </strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);">Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. <span style="" lang="SV">Dengan demikian diadopsinya suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh: <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">partisipan komunikasi dan <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">saluran komunikasi.<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Dari sisi partisipan komunikasi, Rogers mengungkapkan bahwa derajat kesamaan atribut (seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu yang berinteraksi (partisipan) berpengaruh terhadap proses difusi. Semakin besar derajat kesamaan atribut partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komuniksi terjadi. Beitu pula sebaliknya. Semakin besar derajat perbedaan atribut partisipan (heterophily), semakin tidak efektif komunikasi terjadi. Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk memahami betul karakteristik adopter potensialnya untuk memperkecil “heterophily”.<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Sementara itu, saluran komunikasi juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain. Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:<o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">saluran komunikasi masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi<o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">4)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">saluran kosmopolit lebih penting pada tahap penetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">5)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">6)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan denan saluran local bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter). <o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><strong><span style="" lang="SV">Karakteristik Sistem Sosial<o:p></o:p></span></strong></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah:<o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">struktur sosial (social structure); <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">norma sistem (system norms); <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV"><span style=""> </span>pemimpin opini (opinion leaders); dan <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 21pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if !supportLists]--><span style="" lang="SV"><span style="">4)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="" lang="SV">agen perubah (change agent).<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Struktur social adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Struktur ini memberikan suatu keteraturan dan stabilitas prilaku setiap individu (unit) dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui struktur sosial dari adopter potensialnya, sama halnya dengan meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid (1981) di Korea menunjukan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri dan juga sistem social dimana individu tersebut berada.<br />Norma adalah suatu pola prilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem social yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem social. Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi denan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem social berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">“Opinion Leaders” dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yaitu orang-orang tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana prilakunya (baik mendukung atau menentan) diikuti oleh para penikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang berpengaruh (opinion leaders) memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Agen perubah, adalah bentuk lain dari orang berpengaruh. Mereka sama-sama orang yang mampu mempengaruhi sikap orang lain untuk menerima suatu inovasi. Tapi, agen perubah lebih bersifat formal yang ditugaskan oleh suatu agen tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Agen perubah adalah orang-orang professional yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Dengan demikian, kemampuan dan keterampilan agen perubah berperan besar terhadap diterima atau ditolaknya inovasi tertentu. Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan tentang karakteristik strukstur sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem social (misal: suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu inovasi walaupun secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul dibandingkan dengan apa yang sedang berjalan saat itu. <o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><b><span style="" lang="SV">Sistem reaksi-difusi</span></b><span style="" lang="SV"> adalah model matematika yang mendeskripsikan bagaimana konsentrasi dari satu atau lebih substansi terdistribusi dalam ruang berubah karena pengaruh dua proses: </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_kimia" title="Reaksi kimia"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">reaksi kimia</span></a><span style="" lang="SV"> lokal dimana substansi diubah menjadi yang lain, dan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Difusi" title="Difusi"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">difusi</span></a><span style="" lang="SV"> yang menyebabkan substansi menyebar dalam ruang. Sebagaimana deskripsi ini mengimplikasikan, sistem reaksi-difusi secara alami diterapkan di </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia" title="Kimia"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">kimia</span></a><span style="" lang="SV">. Akan tetapi, persamaan reaksi-difusi dapat juga mendeskripsikan proses dinamis non-kimiawi. Contoh-contoh ditemukan di </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Biologi" title="Biologi"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">biologi</span></a><span style="" lang="SV">, </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Geologi" title="Geologi"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">geologi</span></a><span style="" lang="SV"> dan </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika" title="Fisika"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">fisika</span></a><span style="" lang="SV"> serta </span><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi" title="Ekologi"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">ekologi</span></a><span style="" lang="SV">. Secara matematis, sistem reaksi-difusi memiliki bentuk semi-linier </span><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Persamaan_diferensial_parsial_parabola&action=edit&redlink=1" title="Persamaan diferensial parsial parabola (belum dibuat)"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">persamaan diferensial parsial parabola</span></a><span style="" lang="SV">. </span>Persamaan tersebut dapat direpresentasi dalam bentuk umum<span style="" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" alt="\partial_t \boldsymbol{q} = \underline{\boldsymbol{D}} \Delta \boldsymbol{q} + \boldsymbol{R}(\boldsymbol{q}), " style="'width:133.5pt;height:17.25pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\Administrator\Local%20Settings\Temp\msohtml1\01\clip_image001.gif" href="http://upload.wikimedia.org/math/d/a/1/da17add68910f1f0e5b69cfcff6adb8d.png"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/Administrator/Local%20Settings/Temp/msohtml1/01/clip_image001.gif" alt="\partial_t \boldsymbol{q} = \underline{\boldsymbol{D}} \Delta \boldsymbol{q} + \boldsymbol{R}(\boldsymbol{q}), " shapes="_x0000_i1025" border="0" height="23" width="178" /><!--[endif]--></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">dimana masing-masing komponen vektor <b>q</b>(<b>x</b>,<i>t</i>) mewakili konsentrasi dari satu substansi </span><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1026" type="#_x0000_t75" alt="\underline{\boldsymbol{D}}" style="'width:20.25pt;"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\Administrator\Local%20Settings\Temp\msohtml1\01\clip_image002.gif" href="http://upload.wikimedia.org/math/e/7/8/e781fb7ee399303fedfc0d64e7c48425.png"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/Administrator/Local%20Settings/Temp/msohtml1/01/clip_image002.gif" alt="\underline{\boldsymbol{D}}" shapes="_x0000_i1026" border="0" height="20" width="27" /><!--[endif]--><span style="" lang="SV">adalah </span><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Matriks_diagonal&action=edit&redlink=1" title="Matriks diagonal (belum dibuat)"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">matriks diagonal</span></a><span style=""> </span><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Koefisien_difusi&action=edit&redlink=1" title="Koefisien difusi (belum dibuat)"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">koefisien difusi</span></a><span style="" lang="SV"> dan <b>R</b> memperhitungkan seluruh reaksi lokal. Solusi persamaan reaksi-difusi menunjukkan jangkauan yang luas perilaku, mencangkup pembentukan </span><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gelombang_menjalar&action=edit&redlink=1" title="Gelombang menjalar (belum dibuat)"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">gelombang menjalar</span></a><span style="" lang="SV"> dan fenomena seperti-gelombang sebagaimana </span><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembentukan_pola&action=edit&redlink=1" title="Pembentukan pola (belum dibuat)"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">pembentukan pola</span></a><span style=""> </span><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Organisasi_diri&action=edit&redlink=1" title="Organisasi diri (belum dibuat)"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">organisasi diri</span></a><span style="" lang="SV"> yang lain seperti strip, heksagonal atau lebih banyak struktur ruwet seperti </span><a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Soliton_disipatif&action=edit&redlink=1" title="Soliton disipatif (belum dibuat)"><span style="text-decoration: none;" lang="SV">soliton disipatif</span></a><span style="" lang="SV">.<o:p></o:p></span></p> <p style="color: rgb(255, 255, 153);">Sistem Difusi </p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Difusi adalah pemindahan materi yang dihasilkan dari pemusatan energi tinggi.<br />Pada masa awal industri semikonduktor, ini digunakan untuk mengkontrol deposisi/jumlah implan/dopan yang terdapat dalam silicon substrat yang menjadi dasar dari pembentukan P-N junction <span style=""> </span>Pada akhir-akhir ini, Teknik Implantasi telah menjadi cara yg utama untuk deposisi dopan. Tapi Teknik Difusi masih diperlukan untuk aplikasi tertentu Sebuah sistem difusi yang khas, dikenal dengan nama diffusion furnace (tungku/pembakaran difusi) <span style=""> </span>mempunyai kondisi lingkungan bersuhu tinggi dan aliran gas yang terkontrol <span style=""> </span>Terdiri dari: <o:p></o:p></span></p> <p style="color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">X Elemen pemanas<br />X Tabung Difusi<br />X Wadah difusi (diffusion Boat)<br />X Sistem penyaluran dopan <o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><span style="" lang="SV">Wafer di ekspose terhadap gas dopan pada temperatur tinggi didalam tungku<br />Sebuah mekanisme yang mirip dengan Oksidasi untuk menumbuhkan film tipis Si O2<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: center; color: rgb(255, 255, 153);" align="center"><b style=""><span style="font-size: 14pt;" lang="SV">Daftar pustaka<o:p></o:p></span></b></p> <p style="text-align: center; color: rgb(255, 255, 153);" align="center"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><a href="http://www.damandiri.or.id/file/syafrudinugmbab2.pdf"><span style="text-decoration: none;">http://www.damandiri.or.id/file/syafrudinugmbab2.pdf</span></a>.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><a href="http://fakultasluarkampus.net/?p=13"><span style="text-decoration: none;">http://fakultasluarkampus.net/?p=13</span></a></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><i style=""><span style="" lang="SV"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Difusi"><span style="text-decoration: none;">http://id.wikipedia.org/wiki/Difusi</span></a><o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; color: rgb(255, 255, 153);"><i style=""><span style="" lang="SV"><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_reaksi-difusi"><span style="text-decoration: none;">http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_reaksi-difusi</span></a><o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; color: rgb(255, 255, 153);"><o:p> </o:p></p>educationhttp://www.blogger.com/profile/06643564652023428514noreply@blogger.com0